Bab 19 - Nyaman.

13K 2K 126
                                    

Nyaman : Merasa aman, mulai percaya jika tidak perlu ada yang dikhawatirkan.
*****
Direct-Love?
Bab 19
*****

"Bu... Bu Aruna?"

Aruna terkesiap ketika Amanda melambaikan tangan tepat di wajahnya.

"Bu Aruna nggak enak badan? Mau saya panggilkan dokter ke sini?" tanya Amanda bertubi.

Aruna memandang Amanda bingung, kemudian menggeleng panik, menyadari sedari tadi dia kesulitan mendapatkan fokusnya.

"Nggak... nggak perlu, saya cuma lagi banyak pikiran. Setelah RUPS disetujui, akan banyak yang harus disiapkan."

Amanda menjentikkan jari, seolah baru saja mengingat sesuatu. "Nah! Betul, banyak yang di siapkan. Barusan Pak Ganendra memberi kabar, selepas makan siang, Pak Jati akan ke sini."

Aruna melotot kaget, bahkan rasanya dia lupa untuk berekspresi biasa-biasa saja.

"Memangnya ada perlu apa?"

Amanda mengurut pelipisnya, seolah-olah prihatin karena si bos mendadak kehilangan kepintarannya.

"Bu, setahu saya, penyusunan rancangan akuisisi akan dilakukan oleh kedua belah pihak. Meski garis besarnya sudah terbuat sebelum RUPS, tetapi detailnya harus kita selesaikan dalam jangka waktu tertentu." terang Amanda.

Aruna menggigit bibirnya, diam-diam merasa panik karena tidak siap bertemu dengan Jati. Sejak menemukan dirinya menggenggam erat tangan Jati saat bangun tidur, dan mendapati Jati tidur terduduk di lantai sembari menumpukan badan di sisi ranjangnya, perasaan Aruna campur aduk. Malu, seolah tak punya muka lagi jika berhadapan dengan laki-laki itu, sebab semalam Aruna bertingkah memalukan karena ketakutan terlalu mendominasi dirinya. Tenang, karena Jati tidak meninggalkannya semalam. Juga, diam-diam Aruna merasa nyaman, meski jemarinya terasa kebas, Aruna tak pernah tidur selelap itu sebelumnya.

"Manda..." Aruna memanggil sekretarisnya, "Kalau pertemuan dengan Pak Jati mundur, apa tidak bisa?"

"Ibu beneran sakit? Wah, yang ada Pak Jati terobos lampu merah." celetuk Amanda tidak memberikan jawaban memuaskan untuk Aruna.

"Bukan, jawab saja jadwal saya penuh. Atau, saya akhirnya turun tangan sama series dari rumah produksi yang kemarin viral itu, deh."

Bukannya segera melaksanakan perintah, Amanda malah memandangnya jahil. "Baru berantem gemes ya, Bu? Kok kayaknya ogah banget lihat wajah Pak Jati."

"Bukan urusan kamu." jawab Aruna sinis.

Tetapi, Amanda malah tertawa keras, seolah jawaban Aruna adalah lelucon lucu.

"Wah, maaf Bu... tapi Pak Jati sudah tahu jadwal Bu Aruna hari ini... lagi pula, sejak kapan Bu Aruna mau ikut-ikutan? Semuanya sudah di atasi oleh Direktur Program. Sebentar lagi, laporannya akan sampai ke meja Ibu."

Aruna mengurut pelipisnya karena usahanya ternyata sia-sia. Departemen Program memang baru saja mendapat masalah, salah satu rumah produksi yang mengambil naskah dari novel best seller tanah air, memiliki pemain yang terlibat kasus narkoba. Tidak hanya itu, naskah mereka dirumorkan bocor, dengan alur dan ending berbeda, sehingga banyak menimbulkan spekulasi negatif dari masyarakat. Meski akhirnya hal itu bisa diatasi dengan baik, tetap saja hal itu membuat Aruna kepikiran.

Amanda berdeham, mengambil atensi Aruna kembali. "Bu, setelah ini akan ada rapat direksi, mohon Bu Aruna segera bersiap."

Sedangkan Aruna tidak memiliki pilihan lain, selain mempersiapkan diri. Berulang kali gadis itu merutuki diri sendiri karena tidak biasanya dia bersikap tidak profesional. Malahan, dahulu Aruna sama sekali tidak memedulikan tentang rasanya sendiri.

Direct-Love?Onde histórias criam vida. Descubra agora