Bab 22 - It's Only Me.

12.5K 2K 363
                                    

It's only me : satu kalimat yang menyatakan segalanya.
*****
Direct-Love?
Bab 22
*****


Jati tidak tahu apa yang membuat Aruna tiba-tiba saja datang ke perusahaannya. Meskipun akhirnya mengetahui Aruna datang karena membawa berkas penting, rasanya bukan Aruna sekali. Ingat, semakin lama mengenal gadis itu, Aruna bukanlah gadis yang penuh inisiatif. Selalu Jati yang memulai interaksi diantara mereka. Bahkan, Aruna juga terlihat biasa-biasa saja ketika Jati dengan sengaja menghilang selama lima hari karena kesibukannya. Selama itu, Jati tak banyak mengirimkan pesan. Hanya memberikan makanan, mungkin hanya dua kali.

Sejujurnya, selama lima hari ini, Jati memang merasa sedikit kacau. Selain pegawainya yang mendadak berbuat ulah, Dewa lagi-lagi lenyap sekalipun orang-orang kepercayaan Radeva mencarinya sampai di pelosok Bali. Membuat Jati bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi setelah Arjuna meninggal? Kenapa keluarga Arjuna menghilang dan menutup diri? Dan yang paling penting adalah; siapa orang yang menyembunyikan mereka di balik semuanya ini? Tidak hanya itu, sepanjang hari, mobil misterius itu, masih saja mengikuti Jati. Meskipun intensitasnya tidak sering, tetapi praduga Jati mengatakan, bahwa mobil itu selalu mengikutinya, jika ia bersama Aruna. Mungkinkah mereka adalah kaki tangan keluarga Barata? Jati tidak ingin berpikir terlalu jauh, karena fokusnya sekarang adalah menemukan Dewa dan keluarga Arjuna. Dan hal itu benar-benar membuatnya lelah sekarang, karena apapun yang dia lakukan, selalu berakhir nihil.

"Kenapa bengong lagi?"

Jati mengerjapkan mata, ketika suara lembut Aruna kembali menyapanya. Mereka masih ada di dalam ruangan Jati, berdiri bersisihan sembari melihat akuarium raksasa yang Jati pasang di ruangannya.

"Baiknya kamu pulang saja. Kayaknya capek banget. Saya jadi nggak enak kalau ganggu." kata Aruna lagi.

Jati menahan lengan Aruna ketika gadis itu akan beranjak. Ia tidak mau menyangkal diri, jika kehadiran Aruna memang membuat penatnya berkurang. Lima hari tidak melihat Aruna, dan melihat gadis itu datang secara cuma-cuma ke perusahaannya, tentu tidak akan Jati lewatkan begitu saja. Hari itu, sepertinya Aruna juga bekerja sangat keras. Terlihat dari ikatan ponytail miliknya yang tidak rapi, dan membuat anak rambutnya sebagian jatuh. Tetapi, tidak bisa dipungkiri jika Aruna masih saja menarik.

"Kenapa kamu jadi berpikir seperti itu? Kalau kamu lupa, tadi kita sudah sepakat buat dinner bareng. Kenapa harus nggak jadi, hanya karena saya capek? Toh, kalau capek juga bisa makan bareng di apartemen, order online juga bisa."

Mungkin, Jati terkesan memaksa. Tetapi, di sisa hari ini, dia memang butuh teman untuk melepas penat. Juga, untuk memastikan jika semua kalimat Radeva sebelum ini adalah omong kosong. Jati tidak akan mengkhianati sahabat pertamanya. Tidak, tidak akan pernah.

Jika biasanya Aruna akan memberikan ekspresi dingin, atau yang paling manusiawi adalah mengerucutkan bibir sembari menatapnya kesal, kini gadis itu hanya mengulum senyum tipis, sembari mengangguk, seolah menenangkan Jati, bahwa Aruna tidak akan pergi. Aneh, apa Aruna sedang kemasukan jin hari ini? Meskipun perubahan sikap gadis itu menunjukan ke arah yang baik dan lebih hidup, tetap saja Jati masih terkejut dengan perubahan kecil ini.

"Kenapa Neon Tetra ini, nggak ditaruh di kolam yang lebih besar aja? Kasian pegawai kamu, kalau kamu suruh berhitung lagi pasti bingung."

Lihat? Bahkan Aruna semakin banyak bicara. Hari ini, Jati sudah banyak terkejut.

"Sengaja, biar pada repot."

"Memang sampai sekarang belum ada yang bisa nebak?"

Jati menggeleng, "Belum ada, kecuali kamu."

Direct-Love?Where stories live. Discover now