Bab 15 - Dinner

13.9K 2.1K 282
                                    


Dinner : Makan bareng yang bikin makin laper, atau jadi baper?
******
Direct-Love?
Bab 15
******

Aruna tidak percaya. Setelah bertahun-tahun dirundung duka, menjadi manusia minim ekspresi, juga tanpa perasaan, dia kembali mengikuti kata hati, untuk melepas beban barang sejenak. Bebas. Rasanya menyenangkan. Aruna ingin menghentikan waktu sebentar saja, meski bersama Jati bukan pilihan.

Sekali lagi, Jati berhasil mendobrak pertahanan diri Aruna. Menjadikan Aruna manusia setelah sebelumnya seolah kehilangan nyawa. Meski Jati selalu ada di saat terburuknya, Aruna tak ingin meniadakan batas yang selama ini dia bangun--pertahanan terakhirnya. Berulang kali dikecewakan oleh orang yang dia anggap dekat, membuatnya takut jika kembali terluka. Sebab hatinya hanyalah sebuah sisa. Tak lagi utuh untuk bisa merasa.

Tak ada lagi tujuan dalam hidupnya, selain ingin merasakan kehidupan yang bebas tanpa tekanan. Sebuah hal mustahil yang sepertinya hanya menjadi angan. Melihat keluarga Barata--termasuk Ayahnya terlihat keberatan ketika berita tentang akuisisi Bee TV mulai merajai media. Keputusan Aruna tidak diterima begitu saja. Seolah, Aruna yang sekarang hanya pemimpin dalam bayang Toni Barata.

Bertemu dengan Ayahnya, selalu menimbulkan luka baru. Komunikasi meraka sudah tidak baik. Banyak pertanyaan yang mengendap dalam pikiran Aruna tanpa bisa tahu kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi, Ayahnya selalu enggan menjelaskan. Aruna tahu, jika Toni Barata masih memiliki banyak rahasia. Entah apa tujuan aslinya, Ayahnya itu selalu mengatakan, bahwa semuanya demi kebaikan Aruna.

Kebaikan, katanya?

Bagaimana Aruna bisa percaya, jika sebelumnya, Aruna berulang kali menyaksikan Ayahnya menggunakan cara kotor demi mencapai semua tujuannya? Bagian mana yang disebut baik?

Jika Ayahnya sendiri bisa menjadi sumber lukanya, bagaimana mungkin Aruna bisa memercayai orang lain? Membela Jati dihadapan Ayahnya hanyalah sebuah bentuk perlindungan diri. Dia tak mungkin menyerahkan siaa hatinya pada laki-laki asing yang baru dia kenal, meski laki-laki itu sudah banyak berbuat baik. Aruna tidak boleh terlena, meski dalam satu hari Jati berhasil membuatnya menjadi manusia.

Lagi pula, penolakan Toni dan Tantra Barata pada Jati menimbulkan sebuah kecurigaan baru. Masih terbelenggu dengan penyebab kematian Arjuna yang tidak biasa, Aruna kembali dihadapkan dengan rasa waspada terhadap orang yang mulai dia percayai.

"Bu Aruna!"

Suara nyaring Amanda membuatnya tersentak dari lamunan panjang. Pekerjaannya sedikit lebih longgar dari kemarin. Tinggal mengirimkan undangan resmi pada Tantra Barata, sebelum Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan. Terima kasih kepada Jati dan staff-nya, sehingga Aruna dan timnya lebih dimudahkan.

"Kenapa?"

Amanda tersenyum sok imut, kemudian memukul pelan bahu Aruna pelan. "Lihat dong, Bu!"

Gadis itu menunjukkan gawainya pada Aruna, membuat Aruna merasakan matanya nyaris keluar, begitu membaca headline yang terpampang pada layar Amanda.

Kencan Seru Ala Dua Pengusaha Muda, Romantis Banget!

"Ternyata ngilang kemarin mau kencan, toh! Untung jadwal Bu Aruna masih aman buat ditunda. Gemes banget, Bu! Pakai baju couple kayak anak muda baru pertama kencan! Atau jangan-jangan, kalian lagi di-endorse sama Dufan, ya?"

Aruna lupa, berurusan dengan Jati, sama saja berurusan dengan media. Dia tidak menyangka jika ada saja paparazi yang mengikuti mereka kemarin. Padahal saat itu Dufan tak terlalu ramai, bukan juga weekend ataupun musim liburan. Tetapi, kenapa foto mereka berdua bisa dengan mudahnya beredar di sosial media?

Direct-Love?Where stories live. Discover now