Bab 12 - Tidak Peduli.

14.3K 2.4K 174
                                    


Tidak Peduli : Salah satu langkah yang dilakukan agar tujuan tercapai.
*****
Direct-Love?
Bab 12
*****

Jati tidak tahu kapan terakhir kali dia berada sedekat ini dengan seorang wanita. Merasakan embusan napas lembut, dan aroma feminim yang mengirimkan stimulus dalam tubuhnya yang membuat Jati nyaris tergoda. Tidak tahu, atau malah mungkin tidak pernah. Otak cerdasnya buntu ketika Aruna berlalu begitu saja ketika mereka berdebat panjang. Jati pikir, setelah melihat Aruna banyak tersenyum dan tertawa hari ini, gadis itu pasti dengan mudah akan melakukan sandiwara mereka.

Nyatanya, gadis itu menolak dengan alasan yang menurut Jati tidak masuk akal, karena keluarganya terlalu baik, justru penerimaan keluarganya terhadap Aruna, sebenarnya malah mempermulus skenario Jati. Agaknya, karena terlalu buntu dengan permainan yang sedang dia lakukan, Jati memilih untuk menikmatinya saja.

Maka, detik itu Jati memutuskan, jika dia dan Aruna sama-sama menikmatinya, kenapa mereka tidak mewujudkan hubungan yang nyata?

Perasaan tak lagi penting bagi Jati, ketika dia memiliki tujuan. Toh, Dia dan Aruna sama-sama memiliki banyak keuntungan. Aruna akan merasakan kehangatan keluarga yang dia miliki, sedangkan dengan perlahan, dia akan tahu kebenaran tentang kematian Arjuna. Jika memang sandiwara ini tak lagi menguntungkan, Jati tinggal berkata pada keluarganya, bahwa dia dan Aruna tidak cocok, selesai. Jati tidak akan membiarkan Aruna mengaku pada keluarganya, tidak dalam waktu sesingkat ini--bahkan setelah dia berhasil meyakinkan kakak perempuannya yang super peka.

"Bagaimana?"

Aruna masih enggan bersuara. Gadis itu selalu mengalihkan pandang agar tatapannya tak bertemu dengan milik Jati.

"Apa yang anda maksud dengan mewujudkan hubungan yang nyata?"

Jati menarik sudut bibir, rupa-rupanya Aruna masih betah dia kurung seperti ini. Aruna sepertinya sedang mencoba melawan ketakutannya sendiri.

"Kamu mau kita menjadi sepasang kekasih sungguhan? Atau mau saya menjadi suami kamu? Mari kita lakukan."

Kedua tangan Aruna terkepal di sisi tubuhnya. Menunduk lama, sebelum akhirnya berani menatap mata Jati yang hanya berjarak satu jengkal dengan miliknya.

"Atas dasar apa anda ingin melakukan itu? Saya nggak bodoh menilai perasaan anda pada saya."

"Perasaan saya ataupun kamu tidak penting." tandas Jati. "saya dan kamu sama-sama menikmati peran kita, jadi lakukan saja dengan sungguh-sungguh tanpa merasa jika kita berbohong untuk melakukan sandiwara."

Sulit bagi Jati untuk mengendalikan diri jika berhadapan dengan Aruna dengan jarak sedekat ini, apalagi hari ini Aruna mengenakan setelan santai dengan kerah sabrina, tulang selangka Aruna terlihat jelas. Kecantikan Aruna bertambah pesat. Satu hal yang Jati sadari, jika otaknya nyaris kacau apabila tidak bertahan dengan baik.

"Jangan buat saya menjadi manusia paling berdosa di dunia ini." ucap Aruna dengan mata berkaca-kaca.

Dengan berani, Aruna menunjuk dada Jati. "Mungkin, bagimu perasaan sama sekali tidak penting. Tetapi, saya selalu melibatkan perasaan dalam tindakan saya. Bagaimana mungkin saya memanfaatkan keluarga kamu hanya demi kehangatan keluarga yang diam-diam saya rindukan?"

Direct-Love?Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora