Bab 11 - Gemas.

15.2K 2.5K 233
                                    


Gemas : Sekali tersenyum membuat raga melemas.
*****
Direct-Love?
Bab 11
*****

Aruna tidak percaya hal ini akan terjadi. Saat dimana dia membohongi orang-orang yang terlihat tulus. Pagi tadi, Jati menghubunginya untuk singgah ke apartemen laki-laki itu. Tanpa prasangka, dan sedikit pemaksaan, Aruna menurutinya. Dia pikir, Jati memintanya datang untuk membahas proses akuisisi, atau memberikan informasi yang berkaitan dengan nama mereka yang melejit baru-baru ini. Nyatanya, Aruna mendapatkan lebih dari kejutan ketika wanita paruh baya yang potretnya pernah Aruna lihat di unit Jati menyambutnya dengan hangat.

Rasa bersalah semakin membelenggu Aruna ketika mereka harus bersandiwara di hadapan Ibunda Jati yang ternyata super baik hati. Aruna tahu sangat salah jika membandingkan hal ini, tetapi Ibunda Jati memperlakukannya seolah Aruna adalah anak dari wanita itu sendiri. Mengingatkannya pada perlakuan lembut Bundanya meski Anjani--Ibunda Jati lebih cerewet. Sangat berbeda dengan perlakuan keluarga Arjuna yang terlihat sungkan dan menjaga jarak aman ketika Aruna berkunjung. Meskipun setelah kepergian kekasihnya itu, mereka masih menjalin hubungan baik.

"Aruna suka makan apa? Ibu masih di sini sampai besok, biar besok Ibu masak makanan favorit kamu."

Suara lembut Anjani menyapa sepasang gendang telinga milik Aruna. Mereka baru saja selesai mencuci piring dan peralatan masak yang mereka gunakan pagi itu.

"Nggak usah. Aruna nggak mau ngrepotin."

"Loh! Sama sekali enggak. Ibu lagi nggak ada referensi menu buat masak besok. Bisa sekalian. Kamu jangan sungkan makan setiap hari selama Ibu di sini. Mbak Nana dan Kezia pasti juga suka kamu gabung."

Aruna merasa serba salah. Jika menghindar dengan berbagai alasan, tidak sanggup rasanya menolak kebaikan. Tetapi, jika meneruskan sandiwara, entah sekecewa apa jika keluarga Jati tahu.

"Aruna jadi sungkan kalau Ibu sebaik ini. Bisa saja, Aruna nggak sebaik yang Ibu lihat hari ini, kan? Bagaimana kalau ternyata Aruna ini cuma memanfaatkan kebaikan Ibu?" ucap Aruna mencoba mengeluarkan unek-unek yang ada di hatinya.

Anjani membawa Aruna untuk duduk di sisinya. Kemudian mengambil kedua tangan Aruna dan mengusapnya pelan. "Lihat kamu yang bisa bilang seperti itu, Ibu yakin kalau kamu adalah gadis yang baik. Jika memang ternyata kamu ini orang jahat, Ibu nggak peduli. Yang penting niat Ibu baik sama kamu."

Aruna merasakan dadanya berdesir. Rasa bersalah semakin mendera, tetapi juga merasa senang karena menemukan seseorang yang tulus dalam kehidupan yang dia anggap suram.

"Boleh Aruna peluk Ibu?"

Anjani merentangkan tangannya lebar, membiarkan Aruna masuk dalam dekapan hangat yang selama ini Aruna rindukan. Pelukan Anjani hangat, meski tidak terasa sama dengan milik Bundanya.

"Wah, belum jam dua belas sudah ada adegan teletubbies!"

Suara bariton yang terdengar menyebalkan, menyentak kesadaran Aruna. Membuatnya mengurai pelukan Anjani meski sebenarnya enggan.

"Nang! Dari tadi lho, kamu gangguin Aruna terus!"

Aruna menarik sudut bibirnya, menyadari Anjani membelanya. Entah kenapa hari ini dia merasa lebih unggul dari Jati.

"Ibu lebay, ah! Lihat dulu dong siapa yang datang!"

Aruna ikut terkejut ketika anak perempuan berkucir dua langsung menubruk Anjani dalam pelukan sembari berteriak.

"Nenek!"

Masih dalam pelukan neneknya, mata bulat milik anak perempuan itu menatap Aruna penasaran, "Tante siapa? Aku Sasa."

Direct-Love?Where stories live. Discover now