Bab 28 - Tak Bisa ke Lain Hati.

12.1K 1.8K 111
                                    

Tak Bisa ke Lain Hati ; Selalu menemukan jalan untuk kembali kepada Si Pemilik Hati.
*****
Direct-Love?
Bab 28
*****


Jati sudah bertemu berbagai macam tipe orang dalam hidupnya. Dan selama itu juga, dia akan berusaha mengenali orang itu, sebelum bertindak dan bersikap. Hal itu nyatanya membuat dirinya disukai oleh banyak orang. Jati tak pernah berekspektasi lebih, dia hanya melakukan, seperti yang Ayahnya dulu lakukan. Memperlakukan orang lain sebaik mungkin adalah kunci, supaya ketika kesulitan, bantuan akan dengan mudah menghampiri, entah dari siapa, pasti akan ada jalan.

Rupanya, hal itu memang benar adanya. Ketika di Boston, Jati tidak memiliki siapapun. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Namun, bekerja paruh waktu dan mengikuti banyak kegiatan membuatnya membangun banyak relasi. Jati tidak lagi merasa kesulitan, meskipun hidupnya memiliki banyak tantangan.

Tetapi, untuk pertama kali, Jati merasa kesulitan untuk mengenali seseorang. Jati masih mengingat saat itu, seseorang yang tiba-tiba masuk dalam ruangannya, meminta bantuan dengan wajah tanpa ekspresi. Seseorang yang nyatanya masih menimbulkan debaran halus pada jantungnya, meski sekian tahun telah berlalu.

Aruna.

Bisakah Jati sebut dengan cinta pertamanya, meski mereka tidak benar-benar saling mengenal sebelumnya?

Atau,

Bisakah jatuh cinta pada pandangan pertama berevolusi dengan cepat menjadi cinta pertama? Jika cinta pertama adalah ia yang membekas meski ribuan hari terlewat tanpa sapa, tentu hal itu benar adanya.

Jati bahkan tidak mengenal Aruna dengan baik ketika mereka masih berada di bangku kuliah. Gadis itu terlalu jauh untuk dia gapai, meski dia ingin. Dan dengan gadis itu pula, Jati harus membuang rasa yang belum mekar sempurna itu jauh-jauh. Sebab, sahabatnya memiliki rasa yang sama, bahkan mungkin jauh lebih besar. Jati hanya menyimpan rasa itu dalam sudut hatinya. Berfokus pada mimpi dan cita-citanya.

Bertemu dengan Aruna lagi, seolah takdir. Bahkan, ketika mendapati gadis itu meminta bantuannya, Jati merasa semesta sedang mengujinya. Jati adalah pria yang mengutamakan logika, sedangkan Arjuna masih menjadi porosnya untuk mencari keadilan. Pada akhirnya, untuk pertama kali Jati kalah, ia membiarkan perasaannya menang, ketika jantungnya terus berdebar untuk Aruna. Seharusnya ia tersadar, jika dari awal, dia telah kalah.

Tidak hanya itu, seolah kebetulan selalu datang bertubi-tubi, Jati selalu melihat Aruna disaat terpuruknya, secara naluriah mencoba peduli, namun malangnya perasaannya sendiri semakin tidak terkendali, hingga Jati benar-benar menyerah, menjadikan gadis itu mengambil peran besar dalam hidupnya--kesempatan yang tak pernah Jati berikan pada gadis lain.

Mengungkapkan segala perasaannya pada Aruna adalah hal spontan. Namun, lidah Jati mendadak kelu ketika ingin mengatakan aku mencintaimu. Sehingga yang terlontar hanyalah perasaan dan gambaran masa depan yang ia inginkan dengan Aruna. Jati harap yang dilakukannya benar, mengingat wajah Aruna yang nampak berbeda ketika lagu "Untitled" terputar di seluruh penjuru ruang. Dan Jati hanya bisa memberikan pelukan lembut ketika tangis gadis itu luruh, hingga anggukan berulang dari gadis itu menjadi jawaban.

Jati merasa sangat lega.

Rasanya lebih menyenangkan daripada program barunya memperoleh rating tinggi, ataupun film pertamanya meledak di pasaran.

Ini jauh lebih dari cukup. Semoga Aruna bisa lebih terbuka, sehingga Jati bisa memperlakukan gadis itu dengan benar. Dan jangan lupakan, suatu hari nanti, dia akan mengungkapkan tiga kata keramat yang selalu saja tertahan di ujung lidahnya.

"Jangan menangis seperti ini. Aku jadi merasa, kalau aku baru saja melukai kamu."

Aruna menggeleng dalam pelukannya. "Ini tangis bahagia. Aku memang mudah menangis kalau berhadapan dengan kamu."

Direct-Love?Where stories live. Discover now