Bab 35 - Luka.

13.6K 2.1K 236
                                    

Luka : Goresan rasa yang berakhir lara.
*****
Direct-Love?
Bab 35
*****

Untuk yang terkasih; Bethani Aruna Barata.

Mengenalmu, adalah sukacita, menyayangimu adalah anugerah.
Di awal pertemuan kita, aku merasa kita seperti sudah terhubung sebelumnya. Apalagi, ketika mengetahui nama kita hampir serupa, Arjuna dan Aruna. Kupikir, hal sederhana itu adalah rangkaian takdir untuk menjadikan kamu dan aku menjadi kita, tetapi semakin mengenalmu, nyatanya kita memang sudah terikat jauh sebelum ini. Namun, bukan dengan ikatan yang aku harapkan.

Aruna, ketika kamu membaca surat ini, artinya aku tidak bisa melawan takdir yang sudah Tuhan gariskan. Artinya, aku sudah terlalu bebal dengan perasaan ini sehingga Tuhan mengambilku, supaya takdir tetap berjalan semestinya.

Maka, tak ada lagi kata 'aku mencintaimu' dalam surat ini, karena yang sepantasnya aku katakan adalah 'aku menyayangimu' karena nyatanya kita memiliki darah yang sama.

Jika ada yang pantas disalahkan dalam hubungan kita, orang itu adalah aku. Aku yang sedari awal selalu menolak kenyataan tentang kita, merasa paling terluka, dan pada akhirnya membuat kamu menderita. Maafkan aku, bahkan ketika menulis surat ini, masih sulit bagiku untuk merelakanmu. Aku masih ingin mencoba kesempatan terakhirku. Berharap kenyataan tentang kita adalah omong kosong, dan kita bisa bersatu.

Aruna, terima kasih telah membuat hari-hariku indah. Kamu pantas berbahagia bukan dengan manusia egois sepertiku. Tidak hanya sebagai kekasih, mungkin aku juga tidak pantas menjadi saudaramu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, atas semua yang terjadi. Kamu adalah gadis yang kuat. Apapun yang sedang kamu hadapi, pasti dapat kamu lalui.

Kemudian, tentang Ayahmu. Aku selalu berpikir apa yang dikatakannya adalah omong kosong. Jika dia adalah Pamanku, kenapa dia terlihat membenciku? Meski begitu, setiap kita bertemu, tak sedetikpun dia melupakan kamu. Minimal, dia selalu bertanya, 'apa yang Aruna lakukan hari ini?' Atau berkata, 'jaga Aruna dengan baik.' Mungkin, hal itu adalah salah satu bentuk kasih sayang. Dan mungkin, memang aku pantas mendapat kebencian darinya, karena aku selalu menentangnya, jika dia selalu bertanya tentang hubungan kita. Kamu tahu, apa yang selalu dia tanyakan? "Kapan kalian putus?" begitu katanya. Tetapi, mungkin saja itu adalah upayanya untuk mempertahankan takdir. Aku saja yang terlalu bebal karena terlampau menyayangimu.

Aruna...
Ternyata, kemiripan nama membuat kita merajut takdir yang lain. Jika surat ini telah sampai di tanganmu, artinya... kamu harus siap menerima takdir yang lain. Mungkin... dengan seseorang yang memiliki nama yang berhubungan dengan namamu? Atau... seseorang yang ternyata menyukaimu lebih dulu dibanding aku?
Satu hal, takdir mungkin tak bisa berubah. Tetapi kebahagiaan bisa diusahakan.

Terima kasih sudah hadir dalam hidupku. Sebagai teman, kekasih, dan sekarang adalah saudara. Berbahagialah karena kamu pantas merasakannya.

Dengan penuh kasih,
--Arjuna.

*

****

Seharusnya, Aruna tahu jika dia tidak pernah siap membaca surat dari Arjuna. Bahkan, Aruna tidak bisa mendefinisikan apa yang sedang dirasakan hatinya sekarang. Yang pertama, dia merasa dibohongi. Arjuna dan Ayahnya sudah mengerti jika mereka memiliki darah yang sama, tetapi tidak pernah mengatakannya pada Aruna. Yang kedua, adalah kesedihan, hingga Aruna tidak bisa membendung tangisnya lagi. Membaca surat Arjuna, membuatnya mengingat saat mereka bersama dahulu. Arjuna selalu bisa menjadi apapun yang Aruna andalkan, terlebih sebagai sosok kakak karena Aruna tak memiliki sosok itu, namun siapa sangka hal itu memang kenyataannya? Arjuna adalah saudaranya. Saudara sepupunya. Juga, ada setitik rasa kebahagiaan, karena perasaan Arjuna untuknya, bukanlah pura-pura. Meski takdir harus mengacaukan segalanya, Aruna tidak menyesal, jika Arjuna pernah menjadi bagian hidupnya.

Direct-Love?Where stories live. Discover now