Bab 21 - Konvensional.

11.5K 1.9K 329
                                    

Konvensional : Mulai tidak asing dengan keberadaan dan perilaku dari seseorang telah yang dikenal.

*****
Direct-Love?
Bab 21
*****

Bukankah jatuh cinta yang paling sehat adalah karena terbiasa?

*****

Aruna tidak pernah mempercayai ini sebelumnya. Dia pikir, dia tak akan lagi bisa merasa. Faktanya, dia hanya manusia biasa. Diberikan akal dan perasaan. Sejauh apapun logika berusaha melumpuhkan hatinya, setiap bentuk dari perasaan akan terus membentuk dirinya.

Gadis itu memejamkan mata, rapat. Mengingat akhir-akhir ini, dia berlaku di luar kendali. Hampir tidak pernah ada lagi Aruna yang berwajah datar yang tak memiliki ekspresi berarti. Aruna kembali tersenyum, tertawa, menangis, bahkan kesal, beraneka macam rasa yang dulu dia pendam di sudut terdalam hatinya karena terlampau sakit merasakan luka.

--dan yang membuat dirinya sendiri takjub adalah... hanya di dekat seseorang dia bisa melakukan semua itu.

Lazarus Begawaning Sejati.

Kenapa?

Batin Aruna selalu bertanya, kenapa dari sekian banyak orang yang datang silih berganti dalam hidupnya, hanya Jati yang mampu membuatnya kembali merasakan berbagai macam ekspresi?

Perlakuan Jati bisa dengan mudah membuat Aruna kehilangan kontrol diri. Apa ini karena dia terlalu lama sendiri, dan selalu mengandalkan dirinya sendiri? Jadi, ketika dia berada di titik terendah dan putus asa, dan Jati datang menawarkan bantuan, kehadiran laki-laki itu mampu mendobrak segala rasa Aruna yang telah lama terkubur dalam.

Seiring kebersamaan mereka, tidak bisa dipungkiri, kepercayaan Aruna pada laki-laki itu semakin meningkat dari hari ke hari. Jati kembali membawa rasa percaya yang telah lama dia anggap musnah. Mungkin, karena itu juga, Aruna merasa nyaman pada laki-laki itu. Apalagi, Jati selalu memperlakukannya dengan sangat baik. Seolah, Aruna tidak memiliki alasan untuk takut, atau berhati-hati pada laki-laki itu.

"Bu... Bu Aruna, ada kiriman makan siang dari Pak Jati."

Sepasang mata Aruna kembali terbuka. Gadis itu mengusap lengan, sebelum kembali duduk di kursi kebesarannya. Dalam hati merutuk, karena lagi-lagi pikirannya kembali terpusat pada seseorang. Sedangkan Amanda, menyajikan beberapa kotak makan yang berasal dari salah satu restoran terkenal, juga beberapa macam minuman dingin yang cukup membuat Aruna syok, karena dia yakin tidak akan mampu menghabiskan semua yang Jati kirimkan hari ini.

"Saya ambil chiken teriyaki sama kentang gorengnya. Minumnya yang ini saja. Sisanya buat kamu, atau bagi ke siapa terserah." kata Aruna sembari mengambil satu cup teh dingin dengan irisan buah segar di dalamnya.

Amanda tersenyum senang, sekretarisnya itu berulang kali mengucapkan terima kasih. Sudah menjadi rahasia umum jika Amanda sangat hobi makan. Beruntungnya, badannya tidak pernah menggemuk meski makan lebih dari tiga kali sehari.

"Titip makasih saya buat Ayang Beb-nya Bu Aruna ya! Sering-sering kirim yang banyak, biar saya dapet jatah."

Aruna mengendik, ketika Amanda mengedipkan satu matanya. Mengambil gawainya, Aruna mengirim pesan singkat pada Jati, meskipun hanya ungkapan terima kasih. Sudah lima hari berlalu semenjak pertemuan terakhir mereka di apartemen Aruna. Setelah Jati keluar unitnya dengan terburu-buru, Aruna tak pernah melihat batang hidung Jati lagi. Jati juga tak pernah muncul tiba-tiba seperti sebelumnya. Hanya beberapa kali mengiriminya pesan singkat dan kiriman berupa makanan.

Direct-Love?Where stories live. Discover now