Bab 23 - Jatuh Cinta.

11.9K 2K 371
                                    

Jatuh Cinta : Rasa berdebar yang menyusup dalam dada; perasaan asing yang membuat seseorang terlena; mulai melihat seseorang secara istimewa.
*****
Direct-Love?
Bab 23
******


Aruna berulang kali menengok pintu apartemennya, dengan harapan ada bel berbunyi, atau seseorang yang tiba-tiba datang. Semenjak pulang bersama Jati dengan insiden tak terduga yang membuat lengannya memar, Jati tak menepati dirinya untuk datang lagi ke apartemen Aruna untuk mengantar peliharaan baru pada gadis itu. Pria itu juga tidak menghubunginya. Seharusnya, Aruna tidak perlu cemas, kan? Karena sebelum Aruna meninggalkan Jati, pria itu terlihat akan berbicara serius pada Radeva yang diketahui adalah teman Jati.

Terhitung sampai hari minggu, Jati sama sekali tidak menampakan batang hidungnya. Dan selama itu pula, Aruna tak bisa mengenyahkan Jati dari dalam pikirannya. Jati pasti baik-baik saja, kan?

Menggigit bibirnya cemas, Aruna melihat hasil masakannya yang belum tersentuh. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Aruna memindahkan sebagian makanannya pada kotak bekal yang masih bersih. Gadis itu memutuskan untuk memberi Jati makanan, sekaligus mengecek keadaan laki-laki yang menghilang setelah bersikap manis padanya.

Dengan segenap keberanian yang tersisa, Aruna menekan tombol bel apartemen milik Jati. Tidak secepat biasanya, Jati baru membuka pintu setelah Aruna selesai mengecek laporan Amanda dari dalam ponsel.

"Sorry, sudah nunggu lama?"

Aruna terkejut melihat penampilan Jati pagi ini. Entah apa yang terjadi selama pria itu tidak menampakan diri, Jati terlihat kacau dengan pakaian acak-acakan, bahkan kumis tipis dan jambang halus yang belum bercukur, menandakan bahwa pria itu sama sekali tidak memedulikan apapun.

Aruna menggeleng sekilas, gadis itu menyodorkan kotak bekal yang telah dia siapkan untuk Jati. "Buat kamu."

Jati terlihat canggung. Seolah berbeda dengan Jati yang terakhir kali dia temui. Laki-laki itu sama sekali tidak memandang wajahnya, dan hanya berguman ketika mengatakan terima kasih. Jati bahkan tidak membuka lebar pintu apartemennya, atau mempersilakan Aruna masuk, membuat Aruna bertanya-tanya, apa permasalahan yang sedang dihadapi pria itu?

Ketika Jati akan menutup pintu apartemennya, Aruna menahan lengan Jati. "Ada masalah? Kamu... sibuk?"

"Ya." jawab Jati sembari menatap lantai, "Maaf, ikan punya kamu akan saya antar ketika urusan saya selesai."

Saya?

Jati benar-benar terasa dingin sekarang. Meski tidak nyaman, Aruna mencoba maklum, berkaca pada dirinya yang selalu membutuhkan waktu sendiri ketika dilanda masalah. Mengusap lengan Jati yang tadi sempat ditahannya, Aruna berbisik pelan, sembari tersenyum tipis. "Take your time."

Dengan langkah gontai, gadis itu kembali ke unitnya sendiri. Sikap Jati mendadak tak membuatnya bersemangat lagi. Apa memang dia sudah mulai bergantung dengan kehadiran Jati? Jadi, ketika Jati tidak ada dalam pandangannya, Aruna akan merasa kurang? Namun, kenapa dia harus merasakan hal itu? Bukankah Jati hanya teman dekatnya?

Aruna bersandar pada pintu apartemennya yang baru saja dia tutup. Bahkan dia tak menyadari jika dia telah berjalan sembari memikirkan Jati. Gadis itu melirik sudut ruangan, tempat dimana dia meletakan kanvas dan peralatan catnya. Dari tempat dia berdiri sekarang, Aruna bisa melihat dengan jelas, gambarnya yang baru setengah jadi. Potret Jati sewaktu pria itu tidak sengaja tertidur karena kelelahan menjaganya semalam.

Menghela napas dalam-dalam, sembari memejamkan mata, yang terbersit dalam benak Aruna adalah Jati, segala tentang Jati. Melihat Jati yang acak-acakan pagi ini, membuat Aruna ingin pria itu juga membagi beban itu padanya. Setelah banyak hal yang Aruna lalui dalam titik terendah, dan Jati selalu ada di dalamnya.

Direct-Love?Where stories live. Discover now