Part 2

9.3K 744 9
                                    

Enjoy this story<3


Sesampainya di sekolah, mereka turun dan Arta memberi jatah uang jajan yang Arkan berikan padanya tadi.

"Belajar yang rajin. Jangan bikin ulah." Nasehat Arta kepada kedua adiknya.

Arvin mengangguk mengerti sedangkan Arsen memutar bola matanya malas.

"Abang jangan bikin ulah mulu." Peringat Arta kepada Arsen.

"Iya." Jawab Arsen jengah.

"Jangan iya-iya mulu tapi dilakuin." Ucap Arta.

"Iya. Udah ah. Ayo adek! Abang anter ke kelasnya adek biar adek sampai dengan selamat sentosa." Ucap Arsen langsung pergi dari hadapan Arta sembari merangkul Arvin.

Arvin hanya pasrah dengan tingkah abangnya ini. Sedangkan Arta hanya geleng-geleng kepala kemudian menuju ke ruang kelasnya.


••••••


Arkan yang sudah selesai mencuci piring langsung mengambil tas di kamarnya dan pergi dari rumah.

Sebenarnya ia tidak ada jadwal kuliah hari ini. Arkan bekerja part-time di cafe salah satu temannya. Adik-adiknya tidak ada yang tahu akan hal ini.

Arkan bisa saja menggunakan uang dari orang tuanya. Namun mengingat orang tuanya selalu sibuk sehingga lupa anak membuat Arkan sakit hati dan kasihan terhadap adik-adiknya karena kekurangan kasih sayang.

Arkan hanya akan menggunakan uang dari orang tuanya untuk hal penting saja seperti biaya sekolah.

Arkan sampai di cafe temannya yang bernama Rainblow Cafe. Ia langsung masuk ke dalam dan berganti baju di ruang ganti. Setelah selesai ia langsung menuju ke dapur. Ia bertugas sebagai asisten koki atau koki pengganti jika koki utama tidak datang.

"Udah dateng Ar?" Tanya Genta, koki utama. Arkan hanya menganggukkan sambil tersenyum.

"Yaudah. Kamu masak untuk pesanan yang nomor 14 ya. Bisa kan?" Ucap Genta.

"Bisa kok, bang."


•••••


Arta membereskan bukunya dan menggendong tasnya ingin pulang.

"Arta, adik kamu Arvin ada di ruang BK." Ucap seorang siswi.

Arta langsung berlari keluar kelas menuju ke Ruang BK.

Braaak

Arta membuka pintu dengan keras membuat yang berada di dalam terkejut. Disana terdapat Arvin duduk menunduk dengan wajah lebam dan disampingnya terdapat siswa yang lebam juga.

"Artama Drasananta!" Peringat guru BK.

"Maaf Bu. Saya terlalu kalut dengan keadaan adek saya." Ucap Arta meminta maaf.

"Mengapa adek saya berada di sini Bu?" Lanjut Arta.

"Arvin berant-"

Braaak

"Arvin! Kamu gak apa-apa kan dek? Mana yang sakit? Siapa yang bikin kamu begini? Bilang sama Abang?" Cerocos Arsen sambil menelisik badan Arvin.

"Arsena Drasananta!" Peringat guru BK. Arsen hanya menyengir.

Arsen kalut saat mendengar adeknya yang tidak pernah berbuat ulah malah masuk ruang BK ditambah wajah tampan adeknya babak belur.

"Jadi gimana Bu?" Tanya Arta.

"Arvin berantem dengan teman sekelasnya, Robin. Arvin yang mulai memukul duluan. Saya sudah tanya kepada Arvin apa masalahnya tapi dia diam saja." Jelas guru BK.

Arta mengangguk mengerti. Ia menoleh ke arah Arvin yang senantiasa menunduk.

"Saya atas nama Arvin minta maaf Bu. Saya akan tanya apa alasannya dan saya pastikan Arvin tidak akan mengulangi lagi." Ucap Arta meminta maaf.

Guru BK hanya mengangguk. Arta berjalan menuju tempat Arvin. Arta menoleh sekilas ke arah Robin dan keluar dari ruang BK bersama Arvin dan Arsen.















See you in next chapter<3
Don't forget to vote and comment<3<3

Drasananta✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें