Part 15

3.4K 359 2
                                    


Enjoy this story<3












Mereka terdiam beberapa saat.

"Kenapa?" Ucap Arta membuat mereka menoleh ke arahnya.

"Kenapa kakak bohong? Kenapa harus bohong? Setelah bohong tentang penyakit kakak sekarang kakak bohong lagi? Apa ada lagi yang kakak sembunyiin dari kita? Kenapa bohong? KENAPA?!" Ucap Arta dengan wajah memerah.

"Kakak gak bermaksud untuk bohong,mas." Jawab Arkan.

"Buktinya kakak bohong kan sekarang." Ucap Arsen membuat Arkan menoleh ke arah Arsen dan menggeleng.

"Kakak terpaksa." Jawab Arsen lirih.

"Apa kakak lupa kalo kakak gak bisa kecapekan?! Emangnya uang dari mama papa kurang sampai kakak kerja begini?!" Ucap Arta dengan nada tinggi.

"IYA. BAHKAN MAMA PAPA UDAH GAK NGIRIM UANG LAGI BUAT KITA." Teriak Arkan membuat mereka semua bungkam.

"MAMA PAPA GAK PERNAH LAGI KIRIM UANG SEJAK KAKAK MASUK RUMAH SAKIT." Lanjut Arkan.

Arkan terduduk menangis tersedu-sedu setelah mengatakan itu.

Faktanya, setelah orang tua mereka pergi malam itu, mereka tidak pernah mengirim uang dan tidak mengabari anak-anaknya. Jika sebelumnya Arkan bekerja karena tidak sudi menggunakan uang orang tuanya maka sekarang Arkan bekerja untuk berjaga-jaga jika uang itu habis.

Arta terdiam mendengar penuturan kakaknya. Memang setelah ia menelfon saat Arkan di rumah sakit ia tidak pernah menghubungi orang tuanya lagi.

"Kenapa mama papa gak pernah kirim uang lagi kak?" Tanya Arvin yang sedari tadi diam.

Arkan menggelengkan kepalanya.

"Kakak memang dari dulu kerja bahkan saat mama papa masih kirim uang. Niat kakak mau berhenti sejak kakak masuk rumah sakit. Tapi karena papa mama gak pernah kirim uang lagi kakak gak jadi berhenti. Uang dari papa mama yang selama ini gak kakak gunakan akan kakak gunakan untuk biaya sekolah kalian dan kuliah kakak. Kakak kerja buat kebutuhan kita lainnya." Jelas Arkan panjang lebar.

"Kakak udah tanya mama papa?" Tanya Arsen.

"Udah. Tapi gak dibales. Mereka hilang gak tau kemana." Jawab Arkan.

Dunia mereka seakan runtuh. Setelah menelantarkan anaknya demi pekerjaan sekarang mereka pergi tanpa tau kemana.

Arkan menghampiri Arta yang sedari tadi terdiam lalu memeluknya. Arta membalas pelukan sang kakak dan menumpahkan tangisannya di pundak sempit itu.

Arsen dan Arvin yang melihat itu langsung berhambur memeluk kedua kakaknya yang saling memeluk. Mereka menangis.

Lagi-lagi rumah ini menjadi saksi bisu tangis keempat putra Drasananta.

































See you in next chapter<3
Don't forget to vote and comment<3<3

Drasananta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang