Part 23

3.2K 342 11
                                    

Enjoy this story <3













Arta dan Arsen berlari tergesa menuju ruangan Arkan. Dibukanya pintu ruangan itu dengan kasar. Disana terlihat Arvin yang menangis histeris memeluk tubuh Arkan yang memucat. Bahkan alat-alat ditubuhnya pun sudah tak ada lagi.

Arsen langsung memeluk tubuh Arkan sembari menggoyangkan tubuh itu guna membangukan. Air matanya sedari tadi juga tidak berhenti keluar.

"KAKAK.... KAKAK BANGUN....JANGAN PERGI...hiks... hiks." Teriak Arsen.

Arta menghampiri brankar itu. Ia berdiri di tempat Arvin tadi. Sedangkan Arvin sudah terduduk bersandar di laci samping brankar dengan tangisan yang masih sesenggukan.

"Kak bangun yuk. Masak kakak pergi gak pamit sama mas sih. Kalaupun pamit juga mas gak bakal izinin kakak pergi. Bangun yuk kak. Kasian loh adek-adek kak. Jangan pergi dong kak." Bisik Arta pada telinga Arkan.

Tubuh Arkan yang tak merespon itu membuat Arta meneteskan air matanya. Ia menghela nafas sebentar. Ia harus bisa menerima semua ini.

"Kakak pasti capek ya? Aku gak apa-apa kalo emang kakak udah capek dan memilih pergi."

"Selama istirahat panutan ku."

Setelah mengucapkan itu, Arta langsung menangis sejadi-jadinya. Ia tak sanggup kehilangan si sulung. Panutannya pergi tanpa pamit membuat hatinya terasa sangat sakit.

Keempat putra Drasananta yang saling menguatkan kini harus mengikat tali kembali karena salah satunya sudah pergi melepas ikatan tali di antara mereka.








•••••








Selesai pemakaman Arkan, mereka pulang dan langsung masuk kamar masing-masing.

Sesungguhnya mereka masih belum bisa melepas kepergian Arkan. Namun yang mereka bisa lakukan adalah ikhlas. Untuk ayah Harsa alias penabrak Arkan, ia sudah di jebloskan ke penjara oleh Arta.

Bukan untuk balas dendam, ia hanya memberikan hukuman yang seharusnya diterima oleh orang itu. Dan untuk mamanya, Arta sudah tak peduli dengan wanita itu.

Untuk Harsa, ia tidak membenci anak itu. Arta tau seberapa menderitanya anak itu karena Arsen sering menceritakannya. Bahkan Harsa meminta maaf atas kelakuan ayahnya padahal ia juga tidak bersalah.



Arta memasuki kamar Arkan. Ia melihat-lihat rak-rak buku yang isinya buku pelajaran dengan beberapa novel. Netranya melihat kotak berwarna merah di rak bawah. Arta mengerutkan keningnya karena ia tak pernah melihat kotak itu. Sepertinya Arkan meletakkannya di situ baru-baru ini.

Diambilnya kotak itu lalu di buka. Di dalamnya terdapat beberapa foto dan sebuah kertas surat. Foto-foto mereka berempat saat kecil maupun dewasa.

Diambilah salah satu foto yaitu foto saat kelulusan Arvin di tingkat SD. Dibalik lah foto itu dan terdapat tulisan disana.

Kelulusan si bungsu. Kenapa mereka cepet gede sih. Kakak sayang kalian banyak-banyak.

Arta tersenyum membaca tulisan itu. Arta lalu mengambil kertas surat itu dan membacanya.




Hai kesayangan-kesayangan kakak:)

Mungkin suatu saat kakak akan pergi dari kalian
Di saat itu terjadi, kakak hanya minta kalian jangan sedih ya
Kakak gak suka lihat kalian sedih
Tolong selalu bahagia ya adek-adek kakak
Tersenyum selalu dengan indah seperti foto-foto di dalam kotak
Mungkin kakak bukan kakak yang terbaik
Tapi kakak sangat menyayangi kalian dengan sepenuh hati kakak
Senyum selalu ya dek


Dari Arkana Drasananta
Si pecinta adek-adek

Arta menangis membaca surat dari Arkan. Dipeluknya kertas itu erat-erat. Dadanya terasa sesak mengingat Arkan yang selalu ada untuk mereka di saat mereka terpuruk. Kakaknya itu melakukan segalanya untuk mereka yang seharusnya dilakukan oleh orang tuanya.








































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Where stories live. Discover now