Part 30

3.5K 301 9
                                    

Enjoy this story <3



































Setelah kepergian Arsen semuanya berjalan seperti biasanya. Hanya ada satu yang berubah. Mereka saling mendiami satu sama lain terlebih-lebih lagi sikap Arta pada papanya. Entahlah Arta hanya belum sepenuhnya menerima.

Hati Arta yang semula terluka karena kepergian Arkan akan sembuh kembali terluka dengan kepergian Arsen. Sikap Arta kepada Arvin pun menjadi sedikit dingin walaupun Arta juga masih memerhatikan adik bungsu itu.

Arvin sebenarnya juga sedih dengan kepergian abangnya yang selalu menemaninya kemana-mana. Sikap Arta yang menjadi sedikit dingin padanya juga menambah kesedihannya.

Arvin tau penyebab kepergian abangnya. Ia merasa bersalah atas itu. Andai saja waktu itu ia tidak mengajak Arsen bermain pasti Arsen masih ada disini menemaninya. Rumah yang semula mulai hidup pun kini kembali mati.





Tok tok tok





Arvin mengetuk pintu kamar Arta. Tak lama pintu terbuka dan muncullah Arta dengan wajah datarnya.

"Makan dulu mas."

"Ada papa?" Arvin menganggukkan kepalanya.

"Nanti aja kalau gitu." Ucap Arta lalu hendak menutup pintu.

"Jangan mas. Mas harus makan. Adek bawain kesini aja ya." Ucap Arvin mencegah.

Arta hanya menganggukkan kepalanya lalu menutup pintu kamarnya.

Arvin hanya menghela nafas dan mengambilkan makanan untuk Arta.

"Untuk apa?" Tanya papa.

"Untuk mas." Jawab Arvin lalu pergi menuju kamar Arta dengan piring di tangannya meninggalkan sang papa di ruang makan.

"Mas." Panggil Arvin membuka pintu Arta.

Arta yang sedang membaca buku di ranjang pun mendongakkan kepalanya. Arvin langsung menghampiri Arta lalu menaruh piring di nakas samping ranjang.

"Makasih." Ucap Arta.

Arvin hanya menganggukkan kepalanya lalu keluar dari kamar Arta. Sebelum menutup pintu kamar Arta, Arvin menolehkan kepalanya ke arah Arta.

"Jangan sedih terus ya mas."

Arta tertegun mendengar itu. Kepalanya hanya mengangguk singkat. Arvin yang melihat itu tersenyum dan menutup pintu kamar Arta.

Setelah pintu kamar tertutup, Arta langsung mengehela nafas dan membanting buku di tangannya. Tangannya mengusap kasar rambutnya.

Dipandangi sejenak makanan yang dibawa adiknya lalu ia ambil piring itu.

"Maaf adek. Mas belum bisa. Mas masih sakit. Jangan dekat-dekat dulu ya dek. Mas takut menyakiti kamu. Maafin mas ya kak, bang." Lirih Arta kemudian Arta memakan makanannya.












Disisi lain, Arvin sedang duduk melamun di ranjangnya. Pikirannya bercabang kemana-mana tentang masalah yang datang secara bertubi-tubi. Mulai dari penyakit Arkan, kenyataan tentang orang tuanya, kepergian Arkan, dan kepergian Arsen. Ditambah lagi dengan sikap Arta yang tak seperti dulu karena laki-laki menjadi lebih pendiam.

Arvin ingat tentang sesuatu. Arvin langsung berdiri dan mencari sebuah kotak yang dulu ia pernah simpan di bawah meja belajar. Arvin langsung menyingkirkan buku-buku yang menutupi.

Arvin mengehela nafas lega saat kotak itu masih ada. Dibawanya kotak itu duduk di ranjang. Arvin membuka kotak itu lalu tersenyum saat melihat isinya.

Sebuah foto dalam figura yang dulu sempat ia cetak. Sebuah foto yang isinya empat orang anak dengan baju kotor penuh lumpur. Ia ingat sekali saat itu mereka sedang mengikuti lomba menangkap belut yang diadakan untuk bersenang-senang.

Arvin memeluk foto itu dengan erat. Ia rebahkan tubuhnya ke belakang dengan tangan yang masih mendekap foto itu. Tak terasa air matanya menetes.















"Adek kangen."










































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Where stories live. Discover now