Enjoy this story <3
Setelah bel pulang berbunyi, Arta dan kedua adiknya langsung pulang ke rumah. Namun saat hendak masuk ke rumah, ada seorang wanita di depan gerbang. Ya, itu adalah mamanya. Mengapa mamanya tidak bisa masuk? Karena gerbang selalu di kunci dan kuncinya selalu dibawa oleh Arta.
Mamanya yang melihat mobil datang pun langsung menghampiri mobil tersebut. Ia mengetuk-ngetuk kaca jendela sembari memanggil nama Arta, Arsen dan Arvin.
Arta langsung menyuruh Arsen untuk mengambil kemudi mobil. Ia langsung turun dan membuka gerbang agar mobilnya bisa masuk. Setelah mobilnya masuk, Arta langsung menutup gerbang kemudian menatap mamanya dengan datar.
"Mau apa anda kesini?" Ucap Arta dingin.
"Arta sayang. Maafin mama ya nak. Mama salah. Mama mohon maafkan mama ya nak." Mohon mama memegang tangan Arta.
Arta pun menyentak tangan itu.
"Apakah dengan begini kakak saya akan kembali? Enggak!"
"Mama mohon. Mama akui mama salah. Mama mohon maafkan kesalahan mama sayang. Mama mohon." Ucap mama memelas.
"Dan tolong bebasin suami mama ya sayang. Mama mohon." Lanjut mama.
Arta yang semula akan luluh pun langsung mendidih kembali mendengar ucapan mamanya itu.
"Apa?! Membebaskan pembunuh itu?! Tidak akan! Saya tekankan itu!" Geram Arta.
Mama terus-menerus memohon kepada Arta dengan menarik-narik lengan Arta membuat Arta risih. Arta ingin melepas tangan mama namun sulit.
Sampai ada tangan yang menyentak tangan mama hingga tangan mama terlepas dari lengan Arta. Arta dan mama menoleh dan terkejut mendapati orang itu.
"Papa..." Lirih Arta.
"Apa-apaan kamu?! Kenapa kamu begitu ke Arta?!" Ucap papa kesal.
"Aku hanya minta Arta buat bebasin suami aku."
"Hahaha.....kamu gila?! Suami kamu itu sudah membunuh Arkan. Membunuh darah daging kamu sendiri. Dan kamu masih membelanya?! Waras kamu?!" Sentak papa.
Muka papa mulai memerah menahan amarah.
"Gak tahu malu ya kamu?! Jangan lagi kamu mohon-mohon untuk membebaskan suami kamu itu. Dan jangan temui lagi anak-anakku." Ucap papa.
"Mereka juga anakku!"
"Anak apa yang kamu maksud?! Kamu menelantarkan mereka."
"Kamu juga menelantarkan mereka!"
"Seenggaknya aku masih berusaha untuk mereka. Aku selalu memantau mereka dari jauh dan mengirim uang untuk kebutuhan mereka. Sedangkan kamu?! Aku gak tahu harus ngomong apa lagi. Sudah cukup kamu selingkuh bertahun-tahun dariku dan menelantarkan anak-anak." Geram papa.
"Inget! Jangan lagi muncul di hadapan anak-anak!" Tekan papa.
Papa langsung menggandeng Arta yang sedari tadi diam menyaksikan pertengkaran keduanya untuk masuk dan meninggalkan mama. Tak lupa papa mengunci gerbang agar mama tak bisa masuk.
Mereka pun masuk ke rumah. Arsen dan Arvin yang menunggu di ruang tamu terkejut melihat Arta datang bersama papa.
"PAPA?!"
cause i'm happy right now
See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3
YOU ARE READING
Drasananta✓
FanfictionKisah empat putra Drasananta yang selalu ditinggal oleh orang tuanya untuk bekerja. Si Kakak yang menjadi panutan. Si Mas yang selalu tegar. Si Abang yang ceria. Dan Si Adek yang masih perlu pengawasan. Kehidupan dunia yang keras tak terelakkan ini...