Part 29

3.3K 327 15
                                    

Enjoy this story <3



















Suara langkah tergesa terdengar di rumah sakit. Arta dengan baju yang penuh darah berlari sambil menggenggam tangan Arsen.

Sesampainya di depan ruang gawat darurat Arsen langsung dibawa masuk meninggalkan Arta yang hanya diam berdiri memandang pintu ruangan itu.

Puk

Arta yang merasa ditepuk pundaknya pun menolehkan kepalanya dan mendapati wajah sang papa. Arta langsung menepis tangan yang ada dipundaknya.

Arta langsung berjalan ke tembok samping pintu dan duduk dengan kepala yang menelungkup di antara tangannya.

"Arta...Nak kamu kenapa?"

Papa berjalan mendekati Arta. Namun sebelum sampai suara Arta menginterupsi membuat langkah papa berhenti.

"Berhenti! Jangan dekati saya!"

Papa hanya diam terpaku. Tak lama pintu ruang gawat darurat terbuka dan muncullah dokter. Arta langsung segera menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok?" Cemas Arta.

"Maaf. Adik anda sudah meninggal karena kehabisan darah." Ucap dokter dengan berat hati kemudian pergi.

Arta yang mendengar itu langsung merasa hatinya tertusuk pisau. Ia pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.

Deja Vu.

Perasaan yang sama saat kakaknya meninggalkan dunia ini.

"AAAARRRGGGHHHH!!" Jerit Arta sambil mencengkram rambutnya.

Papa yang melihat itu langsung menghampiri Arta dan berusaha melepas tangan anaknya itu dari rambut. Arta langsung mendorong tubuh papanya. Matanya memerah. Perasaan marah dan sedih bercampur menjadi satu.

"PUAS ANDA?! PUAS BUAT ADEK SAYA MATI?! HAH?! AARRGGHH!"

"Kenapa papa marahin Abang tadi? Padahal Abang gak sengaja. Abang punya panick attack papa. Abang gak bisa dimarahin. Eh iya? Papa gak tahu kan ya? Hahaha. Apasih yang papa tahu tentang anak papa?" Ucap Arta dengan wajah yang begitu memilukan.

"Salah Arta juga sih ya. Kenapa Arta percaya sama papa? Udahlah."

"Jadi? Di dalam itu Arsen?" Ucap papa lirih.

"IYA! ANAK YANG ANDA MARAHI TADI DAN SEKARANG SUDAH GAK BERNYAWA. ANDA PENYEBAB INI SEMUA. SEKARANG ANDA PERGI!" Ucao Arta emosi.

Arta langsung masuk ke ruangan meninggalkan sang papa. Saat ini adiknya lebih penting dari urusan papa. Adiknya pasti kedinginan di dalam ruangan. Arta langsung menghampiri tubuh adiknya yang memucat.

"Abang."

Arta menggenggam tangan yang biasanya hangat kini menjadi dingin.

"Tangan Abang kok dingin? Kedinginan ya? Ini ac-nya mas naikin dulu. Sebentar ya bang."

Arta langsung mencari remote AC dan menaikkan suhunya agar lebih hangat.

"Mas udah naikin suhunya. Sekarang udah hangat loh. Tapi kok tangan Abang masih dingin sih." Ucap Arta lirih sambil menggenggam tangan Arsen.

Tak ada jawaban dari Arsen. Hal itu membuat Arta langsung menangis sambil memeluk tubuh dingin itu. Tangan Arsen diciumi agar terasa hangat. Kegiatan ini yang dulu ia selalu lakukan saat Arsen masih kecil.

Air mata Arta mengalir deras. Adik kecil yang dulu ia selalu cubit pipinya sampai menangis saat kecil karena gemas kini sudah meninggalkan dirinya menyusul sang kakak. Adik yang sangat ia sayangi walaupun tingkahnya yang menyebalkan kini telah pergi.


















































Meet me again ('∩。• ᵕ •。∩')
Mungkin selama seminggu atau lebih aku gak bakal update
Dikarenakan PTS (╥﹏╥)
Do'ain aku ya kawan-kawan
Semoga dapat nilai bagus
Bubay(◠‿・)-☆






See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Where stories live. Discover now