Part 11

4K 397 1
                                    


Enjoy this story<3



Hari ini empat putra Drasananta sedang asik bercanda di ruang rawat Arkan. Sampai akhirnya candaan mereka terhenti tatkala bunyi pintu terbuka.


Ceklek

Seorang dokter dengan satu perawat dibelakangnya masuk dan berjalan ke arah brankar Arkan. Arta dan lainnya langsung menjauh untuk memberikan ruang bagi si dokter.

"Hai Arkan." Sapa dokter.

"Hai juga dokter."

"Bagaimana perasaannya?"

"Udah mendingan dok."

"Baiklah kalau begitu. Jika keadaannya terus membaik seperti ini kita bisa melakukan operasi dengan segera." Ucap si dokter.

"NGGAK."

Satu kata yang keluar dari mulut Arkan membuat satu ruangan terkejut.

"Kakak harus Operasi biar sembuh." Ucap Arsen.

"Percuma juga. Kemungkinan untuk sembuh cuma sedikit. Operasi gak bisa menjamin kakak sembuh bang. Bahkan malah bisa membuat tumor kakak memburuk." Ucap Arka menatap Arsen.

"Tapi seenggaknya kita berusaha dulu kak." Ucap si bungsu.

"Kakak gak mau menyia-nyiakan waktu kakak untuk pengiriman yang gak pasti. Kakak mau menikmati hari-hari akhir kakak hidup." Jawab Arkan.

"KAK!" Sentak Arta.

Arta tidak suka apabila sang kakak berbicara seperti itu. Sangat tidak suka.

Sang dokter hanya menghela nafas dan tersenyum.

"Baiklah. Kalau begitu tolong pikirkan kembali ya. Seenggaknya kita sudah berusaha untuk menyembuhkan penyakit itu." Kata dokter.

"Gak dok. Saya gak mau di Operasi." Putus Arkan.

Sang dokter hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.

"Kak, pikirkan lagi kak. Kakak harus operasi biar kakak sembuh. Mau ya kak?" Mohon Arta.

"Please mas. Keputusan kakak udah bulat. Kakak gak mau operasi. Kakak cuma mau menikmati sisa-sisa hidup kakak. Tolong ngertiin kakak. Anggap ini permintaan terakhir kakak." Kata Arkan memohon dengan air mata yang mengalir.

Arta, Arsen dan Arvin saling menatap dan kemudian mereka mengangguk. Mereka mendekat ke arah Arkan dan berpelukan. Isak tangis terdengar dari mulut empat putra Drasananta itu.




•••••




Hari ini Arsen dan Arvin berangkat sekolah hanya berdua karena Arta harus menemani Arkan. Seperti biasanya Arsen mengantarkan Arvin ke kelasnya dulu kemudian dia baru akan ke kelasnya.

Arsen yang sudah sampai di kelasnya langsung duduk di bangkunya. Di sampingnya ada Harsa yang sedang main game. Harsa menoleh ke arah Arsen dan melihat wajah masam Arsen lalu menghentikan gamenya.

"Napa lo? Sepet amat tuh muka." Tanya Harsa.

"Gak apa-apa."

"Emang kita kenal baru sehari dua hari apa. Gue tau lo ada masalah. Sini ceritain ke gue. Masalah orang tua lo?" Ucap Harsa. Arsen hanya menggelengkan kepalanya.

"Kak Arkan." Ucap Arsen.

"Emang kenapa sama Kak Arkan?" Tanya Harsa.

"Kak Arkan punya tumor otak." Jawab Arsen lesu.

"HAH?!" Teriak Harsa yang membuat satu kelas memandang mereka. Namun Harsa tak peduli.

"Kok bisa sih? Terus keadaannya sekarang gimana?" Tanya Harsa.

"Gak tau. Keadaannya sekarang udah membaik. Tapi kak Arkan gak mau di operasi. Katanya dia mau menikmati sisa hidupnya karena kemungkinan untuk sembuhnya itu kecil." Jawab Arsen kemudian ia menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya dan menangis.

Harsa hanya bisa mengelus punggung Arsen berniat menenangkan. Harsa tidak bisa membayangkan seterpuruk apa hati sahabatnya itu sekarang.




























See you in next chapter<3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Where stories live. Discover now