Part 17

3.1K 339 3
                                    


Enjoy this story <3




Setelah keributan pagi hari, Arkan bersama adik kecilnya yaitu Arvin pergi jalan-jalan ke mall. Sebenarnya Arkan ingin mengajak dua adiknya yang lain, tapi karena ada insiden itu jadilah hanya dia dan Arvin yang jalan-jalan.

Sesampainya di mall, Arkan dan Arvin hanya berkeliling tanpa tujuan.

"Ini masa cuma keliling doang sih kak? Katanya mau jalan-jalan." Keluh Arvin.

"Ya ini kan jalan. Tuh pake kaki bukan pake tangan." Jawab Arkan enteng.

"Ya gak gitu konsepnya. Ih kakak mah. Sebel adek."

Arkan tersenyum dan mengusap surai adiknya ketika mendengar rengekan sang adik.

"Iya-iya. Ayo ke Timezone!" Ajak Arkan.

"Beneran?!"

"Iya. Ayok!"

Arkan berjalan mendahului. Arvin yang tertinggal langsung berlari menyusul sang kakak dengan melompat-lompat seperti anak kecil lalu menggandeng tangan sang kakak. Kamu umur berapa Arvin?!






•••••








Sementara di rumah lebih tepatnya di ruang tamu terdapat dua orang yang nampaknya masih bermusuhan. Siapa lagi kalau bukan biang dari keributan pagi tadi.

"Mas!"

"Hm."

"Sana di luar aja nungguin kasur."

"Idih siapa situ?" Ucap Arta dengan wajah malas.

"Seorang pangeran tampan yang entah berantah bisa terjebak di dunia ini." Jawab Arsen dramatis.

Arta muntah mendengar ucapan yang sayangnya adiknya.

"Udah ih sana keluar tungguin kasurnya."

"Ogah."

Arta langsung pergi ke kamarnya meninggalkan adiknya yang menggerutu. Mau tak mau Arsen yang harus menunggu kasurnya itu kering.







•••••




Setelah selesai bermain-main, Arkan dan Arvin langsung pulang dan pastinya membawa makanan untuk Arta dan Arsen.

Saat Arkan ingin masuk mobil, ia melihat sosok wanita yang familiar. Itu mamanya. Wanita yang sudah lama tak pulang ke rumah. Tapi mengapa bersama seorang pria asing yang tak Arkan kenali.

Tanpa pikir panjang, Arkan langsung berlari mengejar mamanya meninggalkan Arvin yang terbengong di dalam mobil.

Arvin pun langsung mengikuti sang kakak karena kakaknya itu tidak boleh kecapekan. Ia takut sang kakak akan drop nantinya.




"MAMA!"

"MAMA!

"MAMA!"

Mamanya tidak menoleh.

Arkan terus berusaha mengejar mamanya sampai tak sadar jika dirinya sudah di tengah jalan dan-





TINN





BRAAKK







Tubuh Arkan terasa sakit dan remuk. Tubuhnya mati rasa. Darah terus mengalir dari kepalanya. Dilihatnya orang-orang tengah mengerubunginya.

Kepala Arkan terasa pening bukan main. Ia sudah diambang batas sadar. Dilihatnya sang adik tengah berlari menghampiri dirinya dengan menangis.












Itulah penglihatan terakhirnya dan gelap.








































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Where stories live. Discover now