Part 31

3.5K 299 24
                                    

Enjoy this story <3
































Hari ini setelah sekolah Arta pergi ke Cafe Rainblow dimana tempat Arta dulu bekerja. Arvin ia suruh pulang terlebih dahulu karena ia ingin menikmati waktu sendirinya.

Sesampainya di cafe, Arta langsung duduk dan memesan minuman. Ia duduk di pojok dekat jendela. Tak berselang lama pesanannya pun datang.

"Ini pesanannya. Silahkan menikmati."

Arta menoleh dan menganggukkan kepalanya. Orang yang mengantarkan minuman itu langsung duduk di depan Arta membuat Arta mengernyitkan dahinya.

"Adiknya Arkan kan?"

Arta menganggukkan kepalanya.

"Perkenalkan saya Genta. Orang yang pernah melerai pertengkaran kamu dengan Arkan waktu itu." Ucap Genta mengulurkan tangannya.

"Saya Arta." Ucap Arta membalas uluran tangan Genta.

Setelahnya hanya keheningan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing dengan mata yang memandang keluar yang kebetulan sedang gerimis.

"Dulu Arkan selalu memikirkan adik-adiknya. Bagaimana agar kalian gak merasa kesepian. Bagaimana agar kalian cukup baik kasih sayang maupun finansial. Bagaimana agar kalian gak akan mengetahui kalau di punya penyakit yang nantinya akan membuat kalian sedih." Ucap Genta memecah keheningan.

Arta hanya menganggukkan kepalanya.

"Kakak emang kayak gitu. Selalu memikirkan orang lain daripada dirinya. Kakak gak pernah egois dari kami kecil. Satu kali kakak egois untuk dirinya sendiri yaitu waktu kakak memilih untuk membuat dirinya gak merasakan sakit walaupun harus meninggalkan adik-adiknya." Ucap Arta lalu menoleh menatap mata Genta dengan tulus.

"Makasih ya Mas Genta udah mau jaga kakak selama disini."

Genta dapat melihat ketulusan dari ucapan laki-laki di depannya ini. Genta pun mengangguk.

"Udah dulu ya. Saya mau ke belakang dulu. Mau masak pesanan." Ucap Genta.

"Loh? Masnya koki?"

Genta hanya tertawa ringan.

"Iya. Tadi kebetulan aja gak ada pesanan makanan makanya bantu yang lain. Udah dulu ya." Ucap Genta lalu menepuk bahu Arta.

Arta menganggukkan kepalanya dan setelah itu Genta pun kembali ke dapur untuk bekerja.

Setelah lama melamun di cafe itu. Arta memutuskan untuk pulang.











Selama perjalanan Arta masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Pikirannya terlalu ruwet seperti benang kusut. Tentang ini dan itu. Tanpa ia sadari ada kucing lewat menyebrang.

Arta yang tadinya bengong tiba-tiba tersadar dan kaget melihat kucing lewat. Tangannya langsung membanting setir membuat mobilnya berada di pertigaan.

Sebelum Arta kembali ke kesadarannya ada sesuatu yang menghantam mobilnya hingga mobil itu berguling-guling sejauh 10 meter.

Arta merasa tubuhnya remuk. Darah yang mengalir dari dahinya mulai mengalir ke matanya. Kakinya terasa mati rasa karena terjepit. Tangannya pun tak bisa ia gerakkan.

Diambang kesadarannya Arta hanya bergumam satu kata.














"Sa....sa..kit."

Kakak, Abang, Adek, Papa sakit. - batin Arta


















































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora