Part 32

4.5K 281 10
                                    

Enjoy this story <3















Arvin tengah berdiri di tengah jembatan yang sepi. Rambut yang berantakan dengan wajah yang kusut serta jejak-jejak air mata sudah bisa menjelaskan keadaannya sekarang seperti apa. Matanya menatap kosong ke depan.

Setelah dari pemakaman tadi Arvin langsung berlari ke sini. Tunggu pemakaman?

Ya, nyawa Arta tak tertolong karena cederanya yang sangat serius terlebih di bagian kepalanya.

Arvin sekarang hanya sendiri. Semua panutannya semua cahayanya sudah lebih dulu meninggalkan dirinya. Sekarang hidupnya hanya kegelapan yang tak terbendung.

Arvin perlahan mengangkat kakinya menaiki pembatas jembatan. Saat kedua kakinya sudah diatas, Arvin memejamkan matanya lalu mengehela nafas.






Braaakkk


Arvin terjatuh di atas badan seseorang saat hendak melompat.

"HEH! LO MAU APA ANJING?! LO MAU BUNUH DIRI?! LO GAK MIKIR KAKAK-KAKAK LO?! HA?!" Ucap Harsa.

Ya, yang menarik Arvin adalah Harsa. Kebetulan Harsa sedang berada di Indonesia. Ia begitu terkejut saat melewati jembatan yang sepi terlihat orang yang akan bunuh diri. Ia lebih terkejut saat orang itu adalah adik dari sahabatnya.

"Buat apa gue hidup?" Lirih Arvin.

Kemudian Arvin menolehkan kepalanya menatap Harsa.

"BUAT APA GUE HIDUP?!"

Harsa terkejut mendengar bentakan Arvin. Ini pertama kalinya ia melihat Arvin seperti ini.

"Ya buat keluarga lo! Walaupun kak Arkan udah meninggal lo gak mikirin perasaan Arsen atau gak Kak Arta atau-"

"Mereka juga pergi." Potong Arvin lirih.

"Apa?"

"Mereka. Mas Arta. Abang Arsen. Mereka pergi ninggalin gue sendirian disini. Mereka lebih memilih Kak Arkan."

"A-apa? Gak. Gak mungkin. Ini gak mungkin kan? Gak mungkin." Ucap Harsa terkejut.

Arvin hanya terdiam. Matanya memejam saat dirasa air matanya mulai memenuhi pelupuk matanya.

"Ini gak mungkin kan?! JAWAB ARVIN!" Ucap Harsa menggoyangkan bahu Arvin.

Arvin hanya mampu diam. Rasanya sudah tak kuat untuk menjawab pertanyaan sahabat abangnya itu.

Melihat keterdiaman Arvin membuat tubuh Harsa ambruk. Ia tak percaya dengan semua ini. Apalagi sahabatnya?

Padahal ia ke Indonesia untuk menjenguk sahabatnya. Ia ingin membuat surprise untuk sahabatnya itu. Tapi malah ia yang terkejut.

Harsa menangis tersedu-sedu. Andai waktu itu ia tidak pindah ke China apakah Arsen masih hidup? Setidaknya Harsa akan menjadi sandaran bagi Arsen saat terakhirnya.











•••••













Mobil Harsa berhenti di depan rumah Arvin. Setelah puas menangis, Harsa langsung mengajak Arvin pulang. Ia tidak akan membiarkan pemuda itu bunuh diri. Arvin adalah adik kesayangan Arsen sahabatnya.

Setelah mobil Harsa pergi, Arvin langsung masuk ke rumah. Dilihatnya sang papa yang sepertinya menunggunya di ruang tamu.

"Arvin. Dek. Kamu kemana aja? Papa khawatir dek." Tanya papa khawatir.

Arvin hanya diam tak menjawab pertanyaan papa. Papa hanya menghela nafas berusaha memahami keadaan hati si bungsu.

"Yaudah. Ke kamar aja ya. Istirahat." Ucap Papa.

Arvin hanya menganggukkan kepalanya dan pergi menuju kamarnya. Papa hanya bisa memandang punggung si bungsu yang tak setegap biasanya itu menjauh dalam diam. Sejujurnya ia juga sedang dalam kondisi yang terpuruk. Tapi ia harus kuat demi anaknya itu.































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz