Part 27

3.2K 315 3
                                    



Enjoy this story <3


































Beberapa hari sudah berlalu. Arta dan kedua adiknya sudah mulai bisa menerima sang papa. Papa pun sudah tinggal bersama mereka.

Hari ini mereka berempat berkunjung ke makam Arkan. Walaupun sudah berhari-hari yang lalu namun kepergian Arkan masih sangat membekas di hati mereka.

Arkan si sulung yang selalu menjadi panutan bagi mereka. Arkan si sulung yang selalu menjadi sandaran mereka. Dan Arkan si sulung yang menjadi penenang mereka. Ya, Arkana Drasananta adalah tuas pertama dalam hubungan Drasananta.

Sesampainya di makam Arkan, mereka langsung berjongkok di samping Arkan. Mereka mulai menaburkan bunga yang mereka beli saat perjalanan ke sini.

Papa mengelus nisan anak pertamanya itu. Anak yang dulu ia sangat nanti-nantikan kini sudah pergi tertelan tanah. Air matanya keluar begitu saja tanpa izin.

"Kakak, ini papa. Kakak apa kabar? Udah gak sakit lagi ya. Kakak bahagia disana? Papa minta maaf kak. Maaf karena gak pernah ada di samping kakak. Maaf karena papa gak ada di saat kakak sakit bahkan saat terakhir kakak. Papa minta maaf ya kak."

Papa mengangkat kepalanya ke atas agar air matanya tak mengalir. Ia menghembuskan nafasnya sebentar.

"Papa....sayang banget sama kakak." Lanjut papa lalu mencium nisan Arkan.

Papa langsung berdiri dan pindah membiarkan Arsen mendekat ke arah nisan.

"Hai kak. Ini Arsen. Arsen ada salah ya kak? Kenapa ninggalin Arsen tiba-tiba? Padahal Arsen udah mau tepatin janji Arsen ke kakak kalau gak akan susah dibangunin. Kakak tahu gak? Harsa pindah ke China. Sekarang Arsen gak punya temen lagi. Kakak pasti bahagia ya disana. Arsen harap kakak selalu bahagia disana. Tolong bahagia ya kak." Ucap Arsen dengan air mata yang mengalir.

Arvin yang sejak tadi diam menunduk sambil mengelus-elus nisan Arkan pun mengarahkan pandangannya pada nisan yang bertuliskan nama kakaknya. Rasanya ia masih tak percaya kalau tulisan itu adalah nama kakaknya.

"Kak, ini adek. Sekarang adek udah mulai bisa mengikhlaskan kakak. Adek hebatkan kak? Adek udah jadi superhero ya kan kak? Adek selalu berdoa supaya kita selalu bersama hingga tua nanti. Tapi kenapa kakak pergi duluan? Tapi gak apa-apa. Adek yakin kakak sekarang udah gak sakit lagi. Pasti kakak bahagia sekarang. Adek yakin itu. Tolong ya kak sering-sering mampir ke mimpi adek. Soalnya adek gampang kangen." Ucap Arvin dengan mata yang sendu. Dadanya sesak sekali karena ia menahan tangisnya. Ia tak mau lagi menangis. Ia harus membuktikan ke kakaknya kalau ia kuat.

Arvin berpindah posisi membiarkan Arta mendekati nisan. Arta langsung mendekat dan mencium nisan sang kakak.

"Kak, ini mas Arta. Adik pertama kakak. Arta gak akan mempertanyakan kenapa kakak pergi karena itu adalah takdir. Dan Arta yakin ini yang terbaik untuk kakak. Arta mungkin belum mengucapkan ini secara langsung sama kakak. Arta hanya mau bilang terima kasih. Terimakasih sudah menjadi sosok kakak yang kuat untuk kita. Terimakasih sudah menjadi figur orang tua untuk kita. Terimakasih sudah menjadi pondasi untuk kita. Beribu-ribu terimakasih untuk segala peluh keringat yang kakak lakukan untuk kita. Dan juga beribu-ribu maaf untuk kakak kalau kita ada salah atau mungkin membuat hati kakak sakit. Sudah dulu ya kak. Yang penting sekarang kakak udah bahagia. Aku ikhlas." Ucap Arta dengan mata berkaca-kaca.

Setelah mengucapkan itu, Arta langsung memejamkan matanya membuat air matanya keluar. Setelah itu, mereka berempat pulang ke rumah.

Bayangan putih di samping makam tersenyum lembut melihat mereka yang pergi dari sana.













































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3

Drasananta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang