Part 18

3.1K 323 4
                                    


Enjoy this story <3









Suara langkah kaki yang terburu-buru terdengar di koridor rumah sakit. Para ahli medis segera membawa sang korban ke ruang IGD.

Arvin menangisi sang kakak yang terlihat mengenaskan dengan darah yang mengalir dari kepalanya. Jantungnya berdetak tak karuan melihat kondisi sang kakak.

Setelah Arkan masuk ruang IGD, Arvin langsung terduduk merosot di samping kursi tunggu. Ia mengusap rambutnya frustasi. Sungguh dirinya takut. Takut jika sang kakak tak bisa bersamanya lagi. Air matanya pun terus-menerus mengalir.

Setelah menunggu sekian lama akhirnya dokter keluar dari ruangan itu.

"Gimana keadaan kakak saya dok? Dia gak apa-apa kan?"

Sang dokter menghela nafas sebentar.

"Pasien berhasil selamat."

Arvin lega mendengar itu. Namun ucapan dokter selanjutnya membuat ia seperti terjatuh dari atas tebing.

"Pasien mengalami koma dikarenakan tumor yang diderita. Apalagi cedera yang paling parah terjadi di kepala pasien."

"Tapi kakak saya bisa sembuhkan. Kakak saya bakal sadar kan dok?" Tanya Arvin khawatir.

"Kita berdoa saja untuk keselamatan pasien." Ucap si dokter lalu meninggalkan Arvin yang mematung dengan air mata yang mengalir kembali dari matanya.







•••••






Di rumah ada Arsen yang tertidur di sofa ruang tamu karena menunggui kasurnya yang di jemur.

Arta yang keluar dari kamarnya karena lapar mendapati sang adik yang tertidur hanya menggelengkan kepalanya. Ia segera menuju dapur untuk makan.

Arta pun membuka tudung saji dan melihat isinya kosong.

"Oh iya. Kakak kan lagi pergi sama adek. Biasanya kalo gak ada makanan bakal dibawain. Tapi kok sampai sekarang masih belum pulang ya?" Monolog Arta.

Arta pun menghampiri Arsen dan membangunkan adiknya itu.

"Euugghh....apasih mas?" Ucap Arsen bangun sambil mengucek matanya.

"Gak ada makanan."

"Ya terus?"

"Laper. Biasanya kalo gak ada makanan kakak bakal bawa pulang makanan."

"Yaudah sih telpon aja kakaknya."

"Oh iya. Kok gak kepikiran ya." Ucap Arta dengan tampang bodohnya.

Arsen memutar matanya malas.

Arta pun mengambil handphonenya dan mendial nomor sang kakak namun tak ada jawaban. Ia pun beralih mendial nomor Arvin.

"H-hal-lo."

Akhirnya Arvin menjawab teleponnya. Arta sedikit heran mengapa suara adiknya terdengar terbata-bata seperti orang menangis.

"Halo adek. Adek ada dimana? Kok suaranya kayak orang nangis. Adek kenapa?"

"Adek di rumah sakit hiks."

"Loh adek kenapa kok di rumah sakit? Adek sakit?"

"Bukan Adek hiks tapi kakak hiks."

"Loh?! Kakak kenapa?!" Ucap Arta dengan suara keras membuat Arsen penasaran.

Arsen langsung mengambil handphone Arta dan menyalakan loud speaker.

"Kakak ketabrak mobil mas hiks mobilnya kabur hiks terus kepalanya kakak keluar darahnya hiks banyak banget mas. Sekarang kakak dirawat di RS Medical. Kesini ya mas hiks adek takut hiks."

Arta yang mendengar penjelasan Arvin langsung blank. Ia tidak bisa berfikir. Arsen yang melihat itu langsung mengambil handphone dan mengatakan kepada Arvin bahwa ia dan Arta akan segera kesana.

"Mas!" Arsen menepuk Arta untuk menyadarkan lelaki itu.

"Ayo ke rumah sakit sekarang!"

Mereka pun langsung ke bersiap dan bergegas pergi ke rumah sakit.





•••••





Suara langkah kaki tergesa terdengar membuat Arvin yang duduk di kursi tunggu menoleh dan mendapati Arta dan Arsen sedang berlari ke arahnya.

Arsen langsung memeluk Arvin membuat Arvin kembali menangis.

"Gimana keadaan kakak sekarang?" Tanya Arta.

"Kakak koma."

Jawaban singkat itu membuat jantung keduanya merosot.



Setelah lelah menangis, mereka duduk terdiam di kursi tunggu dikarenakan Arkan belum bisa dijenguk. Mereka tak ada yang berbicara.

Tiba-tiba Arsen langsung menepuk keras paha Arta yang disampingnya.

"Aduuhh"

"Mas!"

"Apasih?!" Jawab Arta kesal karena pahanya ditepuk tiba-tiba.

"KASURNYA BELUM DIANGKAT!"






































See you in next chapter <3
Don't forget to vote and comment <3<3

Drasananta✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang