4

40.6K 4K 114
                                    

"Uhuk uhuk... hhh... bang.... hhh... ses... sek... hhh..."

Rey memucat mendengarnya, "Sabar, ya, Abang panggil papa dulu. PAPA!!! PAPAAA!!!"

"Apa, sih, Rey, berisik amat," keluh Dimas sambil bangkit dari tidurnya.

"Bang, itu adeknya sesek katanya. Gue panggil papa dulu!" balas Rey panik. Ia berlari keluar kamar dan melihat kamar papanya baru terbuka.

"PAPAA... ADEK SESEK KATANYA!!!" seru Rey panik.

Zeith yang memang belum tidur dengan Lea langsung buru-buru menghampiri sejak panggilan pertama. Begitu keluar kamar, ia mendapati Rey yang menunggunya dengan panik. Ia baru hendak menuju ke kamar anak itu saat dari sana Dimas keluar sambil menggendong Al yang dilingkari selimut seperti kepompong.

"Papa, ayo ke rumah sakit aja sekarang!" serunya.

Zeith yang masih terkejut mengerjapkan mata sebentar sampai Lea menarik tangannya dengan wajah pucat. "Mas, ayo ke rumah sakit. Siapin mobilnya!"

"Eh, iya!"

Tersadar, Zeith buru-buru mengambil kunci mobil dan dua helai jaket untuk dirinya dan istrinya. Masa bodoh dengan piyama yang masih mereka gunakan. Ia tidak sempat berpikir untuk mengganti baju dulu. Sesampainya di mobil, anak-anak dan istrinya sudah siap masuk dan membuka gerbang.

Di dalam mobil, suara mengi dan batuk Al terdengar sangat jelas hingga terasa menyakitkan. Zeith sesekali melirik ke arah istrinya yang sedang berusaha menenangkan Al yang masih kesulitan bernapas.

"Sayang, bertahan, ya, bentar lagi kita sampai di rumah sakit," gumam Lea sambil terisak.

Begitu sampai, Lea langsung keluar dari mobil dan memanggil dokter dengan panik. Zeith ikut keluar dengan Rey sehingga terpaksa Dimas harus memarkirkan mobil mereka sebelum kena omel satpam.

Teringat kakaknya yang merupakan pemilik rumah sakit ini, Zeith buru-buru mengambil ponselnya sebelum tersadar ia tidak membawa ponsel sama sekali. Terpaksa ia menyerahkan perawatan putranya itu pada dokter yang kebetulan sedang berjaga malam ini. Perawat membawa Al ke UGD dan mereka terpaksa menunggu hasil perawatan pada anak itu.

Menghela napas kasar karena tidak bisa melakukan apa-apa, Zeith memilih menghibur istrinya yang sedang menangis keras di depan UGD.

"Tenang aja, Al pasti nggak apa-apa, kok," gumam Zeith sambil memeluk pundak Lea lembut. Ia melirik ke arah Rey dan Dimas yang baru duduk di kursi yang tersedia juga menampilkan wajah kalut.

"Papa, ibu ngga bilang kalau Al sakit? Tadi Al aku tanya waktu batuk-batuk cuma geleng-geleng," kata Rey pelan saat Zeith berhasil membujuk Lea duduk di kursi.

Zeith hanya menggeleng. Benar-benar, yang mereka bicarakan saat bertemu tadi hanya uang dan surat perjanjian. Zeith jadi merasa bersalah karena tidak menanyakan apapun tentang Al.

Kemudian hening, mereka sama-sama mendoakan bocah imut yang sudah berhasil meraih hati mereka walau belum sehari bersama.

➰➰➰

Zeith menghela napas lega saat dokter mengatakan bahwa Al sudah berhasil ditangani. Ia langsung mengikuti begitu dokter yang tidak dikenalnya itu mengajaknya untuk berbicara mengenai pasien dan membiarkan Lea dan anak-anaknya menghampiri Al yang tertidur dengan masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya.

AL WILL BE OKAYWhere stories live. Discover now