16

26.6K 2.9K 43
                                    

Hai lagiii
Seneng deh, semuanya udah kenal sama Al. Ada macem-macem jawaban dan kalian menjawab itu karena merasa itu lebih sesuai sama Al yang kalian kenal. Sayang sekali nggak ada yang pilih D wkwk. Pada penasaran ngga nih, jawabannya apa?

Jawabannya adalah...

Baca aja sendiri ya!🤭
Selamat membaca🤗⚘
➰➰➰

"Eh? Tuan muda mau ke mana?" tanya Pak Min seketika.

"Ke perempatan sebelum mall-nya Papa. Sebentar aja, kok," jawab Al pelan. Kepalanya disandarkan pada kaca mobil. Punggungnya terasa sakit, nafasnya sesak, ia lemas, tapi tidak mau pulang. Ia tidak tahu juga mau ke mana. Jadi kenapa tidak mengunjungi tempatnya dulu bekerja? Ia juga ingin memberikan sesuatu pada Bibi May yang selama ini selalu membantunya.

"Ng... tapi-"

"Pak Min bisa bilang sama papa atau mama kan? Aku cuma mau mampir sebentar," pinta Al sekali lagi. Ia memang sudah dibekali ponsel oleh orang tuanya, tapi tadi pagi tertinggal di kamar karena sedang mengisi baterainya.

"Ya udah," kata Pak Min akhirnya. Ia membelokkan mobil yang dikendarainya ke arah mall milik majikannya.

"Perempatan sini, ya, Tuan muda?"

Al tersenyum sambil mengangguk. Ia melepaskan dasi yang masih dipakainya, lalu membuka pintu mobil. Ia langsung tersenyum saat tatapan matanya bertemu dengan Bibi May yang selama ini sering sekali membantunya, yang terkadang memberinya roti atau air mineral serta memberikannya tempat berteduh saat hujan.

"Lho, Al! Udah lama banget nggak liat, udah sekolah, toh, ternyata!" sapa Bi May setelah mengenali Al yang berjalan mendekatinya.

Al tersenyum, "Iya, Bi. Alhamdulillah sekarang Al ada biaya buat sekolah."

Bi May menepuk kepala Al dengan sayang, "Iya, alhamdulillah. Nggak seharusnya anak seumuran kamu nggak sekolah buat kerja. Ngomong-ngomong, dapat uang dari mana? Bibi juga mau, atuh, kaya dadakan sampe punya mobil bagus."

Kali ini Al tertawa kecil, bibi May memang selalu mengucapkan apa yang ada di pikirannya secara langsung. "Sekarang Al tinggal sama papa, Bi. Alhamdulillah papa ada uang."

"Eh? Ibunya Al nikah lagi? Kamu manggil bapakmu ayah kan?" tanya Bi May bingung. Ia ingat saat mereka mengobrol dulu, Al selalu menyebut 'ayah' dan bukan 'papa'.

"Nggak, Bi. Papa itu ayah kandung Al, mantan suaminya ibu Al."

"Hee..." 

Tiba-tiba dari belakan kaki Bibi May seorang anak perempuan berusia sekitar 3 tahun muncul. Anak itu mendongak menatap Al dengan mata bulatnya. Al membalas tatapan itu dengan senyum. Ia mengenal anak itu. Keponakannya Bi May yang terkadang dititipkan di sini untuk menemani Bi May berjualan.

"Halo, Aira! Masih inget sama kakak, nggak?" sapa Al.

Aira diam menatap Al beberapa saat sebelum kemudian tersenyum lebar. "Kakak Al!"

"Bener!" balas Al sambil mengulurkan tangannya mengajak Aira melakukan tos. Ia agak mengerutkan alis saat dirasanya punggungnya sakit saat ia membungkuk lalu mengulurkan tangannya. Apalagi Aira membalasnya dengan kuat.

"Ada apa, nih, tumben main ke sini lagi? Bukan mau jualan lagi kan?" tanya Bi May tiba-tiba.

"Al pengen mampir aja, Bi. Emang nggak boleh?"

"Mampir aja, nih? Nggak mau beli apa-apa?" tawar Bi May sambil mengedipkan sebelah matanya.

Al nyengir, "Kalau gitu Al beli roti, deh. Sama air mineralnya satu."

AL WILL BE OKAYOù les histoires vivent. Découvrez maintenant