44

17.2K 1.8K 73
                                    

"LEPAS! LEPASKAN!!!"

"Al, coba tenang dulu!"

"NGGAK!" hah... hhh... "JANGAN DEKAT-DEKAT!" Hhh... hhh...

Zeith semakin panik mendengar nafas Al semakin terdengar berat. "Papa akan lepas setelah nasal kanulnya papa pasangin lagi, ya?"

Al menggeleng kuat, ia memberontak dalam pelukan Zeith yang berusaha membetulkan posisi alat bantu pernafasan Al yang lepas karena ia terus memberontak. Anak itu terus mendorong Zeith menjauh. Ia tidak mau disentuh sedikitpun dan langsung panik kalau disentuh. Padahal Zeith awalnya hanya ingin membetulkan posisi nasal kanul Al yang bergeser karena anak itu gelisah dalam tidurnya, tapi tiba-tiba Al terbangun dan langsung panik seperti itu sampai masker oksigennya terlepas.

"Al, Sayang, sesek, kan? Papa pasangin oksigennya dulu, ya," kata Zeith lembut sambil berusaha menahan kedua tangan Al yang terus berusaha mendorongnya.

Zeith menahan kedua tangan Al dengan satu tangan serta tubuhnya. Entah karena lelah memberontak atau lemas karena sesak, Al berhenti memberontak dan menyandarkan tubuhnya pada Zeith. Zeith langsung memasang kembali nasal kanulnya. Ia mencoba memastikan Al sudah bernafas dengan benar sebelum ia menaikkan posisi ranjang dan menyandarkan tubuh Al di sana. Bukannya ia kesal atau lelah karena tindakan Al tadi, Zeith hanya berusaha meminimalisir kemungkinan Al akan memberontak lagi.

"Gimana? Masih sesak?" tanya Zeith.

Melihat Al yang langsung memasang mode defensif, Zeith hanya bisa menghela nafas sedih dalam hati. Tanpa menunjukkannya, Zeith melangkah menjauh sambil mengangkat kedua tangannya. Ia tersenyum lembut pada Al, "Lihat, papa nggak sentuh Al lagi. Tenang, ya?"

Al tidak menjawab, ia hanya mengalihkan pandangan dari Zeith. Zeith menurunkan tangannya melihat itu. Ia melihat boneka dinosaurus milik Al di lantai. Kemarin Al histeris karena boneka itu hilang, jangan sampai hal itu terjadi lagi hari ini. Zeith mengambil boneka itu kemudian meletakkannya di dekat kaki Al dengan hati-hati.

Al yang merasakan sentuhan langsung menarik kakinya cepat. Ia melirik sedikit dan terdiam melihat boneka dinonya yang menyentuhnya. Al bergeser sedikit menjauh dari boneka itu, tapi tangannya terulur untuk menyentuhnya. Ia tidak mengambil boneka itu, Al hanya membiarkannya di tempatnya sambil menatapnya dan sesekali mengelusnya.

Zeith sudah melihatnya sejak dua hari lalu. Ia pikir boneka itu membuat Al merasa sedih, karena itu ia berpikir untuk menjauhkan boneka itu dari Al. Tapi ternyata anak itu sampai histeris saat menyadari boneka itu tidak ada. Karena itu Zeith terpaksa mengembalikannya dan ia kembali melihat pemandangan ini dari Al.

"Papa, di depan udah ada Pak Yus."

Panggilan Dimas mengingatkan Zeith kalau ia ada rapat penting di kantor. Tadi ia sampai memanggil Dimas kemari karena ia harus pergi, tapi karena Al tiba-tiba terbangun dan histeris ia jadi lupa harus ke kantor. Zeith menoleh ke arah Al yang ternyata juga menatapnya. Ia tersenyum, tanpa sadar mendekat dan mengangkat tangannya hendak mengelus kepala Al seperti biasa, tapi terhenti saat dilihatnya anaknya itu tersentak.

"Al, papa ada kerjaan, jadi papa pergi dulu, ya? Nanti kalau udah selesai papa balik lagi. Sekarang sama Mas Dimas dulu," kata Zeith pamit sambil mengambil tasnya yang tadi ia jatuhkan begitu saja karena Al yang histeris.

"Dimas kalau ada apa-apa langsung telpon papa ya, kalau papa nggak bisa dihubungin panggil Uncle Valdi aja. Oke?" pamit Zeith pada Dimas. Rey tidak mau masuk dan Lea tidak bisa datang ke sini karena harus menemani keponakannya yang dititipkan di rumah, jadi Dimas hanya akan menemani Al sendiri di sini.

"Iya, Pa, tenang aja. Al aman sama aku, kok," balas Dimas. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Al, tapi Al hanya menatap datar.

Zeith menghela nafas melihatnya. Ia baru akan beranjak saat mendengar dirinya dipanggil. Dengan jantung berdebar, Zeith menoleh kembali ke arah Al yang tadi memanggilnya.

AL WILL BE OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang