49 (END)

21.6K 1.6K 158
                                    

"Mas...

Zeith memeluk Lea dengan erat, berusaha memberikan kekuatannya yang tersisa. "Al akan baik-baik saja. Dia kuat, kok."

"Pa! Apa yang terjadi?" tanya Dimas yang datang bersama Rey.

Zeith menyuruh mereka untuk duduk terlebih dulu, "Ada beberapa orang yang mencoba menculik mama dan Al, sepertinya mereka saingan bisnis papa."

"Mama nggak apa-apa?" tanya Dimas khawatir.

Mendengar pertanyaan itu, Lea malah menangis semakin keras. Zeith mengusap bahu wanita itu dengan lembut. Pasti kenyataan bahwa Al berusaha melindunginya membuatnya lebih hancur.

"Bagaimana keadaan Al?" tanya Rey tidak sabaran.

Zeith menggeleng. Tidak ada yang tahu.

Ruang operasi tiba-tiba terbuka. Mereka berempat sontak berdiri. Akan tetapi, perawat yang baru keluar mengabaikan mereka dan berlari menuju suatu tempat. Mereka terdiam melihat itu dan merasa semakin khawatir. Tidak lama kemudian perawat itu kembali dengan membawa beberapa kantong darah.

Lea melemas melihatnya. Zeith buru-buru kembali membantunya duduk. Istrinya itu memeluknya dan kembali menangis. Zeith menatap kedua anaknya yang masih berdiri menatap ke arah ruang operasi dalam diam. Mereka berdua hanya diam dan menatap pintu ruangan itu. Ia tiba-tiba teringat saat kecelakaan Chika dulu. Mereka dulu juga berada di posisi ini, tapi mereka berdua menangis, sedih dan ketakutan. Kali ini mereka berdua hanya diam tanpa mengeluarkan air mata sedikitpun.

Secara bertahap, seluruh keluarga Zeith datang. Mereka berkata langsung datang begitu mendapat berita itu. Kini Lea dipeluk oleh mommy dan Kak Sera menemani Dimas dan Rey. Zeith lebih memilih menyendiri. Ia masih tidak bisa menghilangkan bayangan saat Al tertembak di depan matanya.

Anaknya terluka. Lagi-lagi ia terlambat menyelamatkan Al.

Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka. Zeith langsung bangkit dan menghampiri dokter yang keluar dari sana.

"Eh..." Dokter itu terlihat kebingungan melihat banyak orang yang menunggu di depan ruang operasi. "Wali pasien?"

"Saya walinya," sahut Zeith cepat.

"Tunggu... tidak mungkin..." gumaman Kak Valdi terdengar di sebelah Zeith. Kakaknya itu tidak melihat ke arah dokter,melainkan ke arah ruang operasi.

Dokter itu menunduk, "Maafkan saya. Kami sudah berusaha yang terbaik, tapi kami tidak bisa menyelamatkan pasien."

Lea terduduk di tempatnya. Pikirannya kosong mendengar vonis dokter itu.

➰➰➰

"Al... Al..."

"Lea, sayang, bangun!"

"AL!"

Lea terengah di tempat tidurnya. Tubuhnya basah karena peluh, bahkan ia dapat merasakan air matanya mengalir begitu saja. Zeith bergerak mengusap pipinya yang basah dan memeluknya.

"Al sudah baik-baik saja, sayang. Dia akan sedih kalau mamanya masih menangisi kejadian beberapa bulan lalu," bisik Zeith sambil mengusap rambutnya.

"Mas Je..."

"Aku di sini."

"Mau ketemu Al..."

"Besok, ya. Sekarang sudah terlalu malam."

AL WILL BE OKAYWhere stories live. Discover now