32

17.8K 2.1K 111
                                    

Rey sedang memeriksa ulang berkas-berkas yang perlu dibawanya saat papa akhirnya turun sambil menggendong Al. Ia segera menyimpan semua berkasnya ke dalam tas setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. Sebenarnya ia memang sudah demisioner sebagai ketua OSIS, tapi ia dan teman-temannya masih harus menyelesaikan kegiatan terakhir di akhir semester ini. Hal ini sudah seperti tradisi yang dilakukan setiap tahun, sebagai kegiatan penutup, anggota OSIS yang sudah demisioner tetap menjadi panitia acara akhir semester. Acara yang biasa diadakan seperti lomba atau wisata sekolah. Sudah tiga tahun ini, anggota OSIS mengadakan camping dan Rey terlalu malas untuk mengadakan kegiatan baru.

"Papa, di sekolah ada acara akhir tahun, Al boleh nggak ikut..."

"Nggak boleh!" potong Rey cepat. Mereka baru selesai makan saat Al menanyakan itu. Tanpa Al menyelesaikan kata-katanya, Rey sudah tahu kalau adiknya itu ingin meminta izin untuk ikut acara camping itu.

Al mengerucutkan bibirnya mendengar Rey memotong perkataannya, "Abang, Al, kan belum selesai ngomong!"

Rey mendengus, "Abang udah tahu Al mau ngomong apa. Pasti tentang camping'kan?"

Kali ini papa mengernyitkan alis, "Camping kayak tahun lalu itu, Bang?"

"Iya, Pa," angguk Rey. Ia segera menambahkan, "Pokoknya abang nggak ngizinin Al ikut camping itu."

"Tapi'kan Abang yang jadi panitianya," kata Al setengah cemberut.

"Justru karena itu abang nggak ngizinin kamu ikut. Nanti abang pasti bakalan sibuk banget. Acaranya juga capek banget. Mending Al nggak usah ikut," bantah Rey. 

"Kan ada temen-temen Al juga. Bang Rey nggak usah jagain Al terus."

Rey bisa melihat mama dan Dimas memperhatikan dengan tertarik, karena Al jarang membantah. Kalaupun membantah, setelah ditekankan sekali, pasti Al tidak akan protes lagi. Sedangkan di tempatnya papa hanya diam seolah sedang mempertimbangkan permintaan Al. Bukannya Rey tidak suka Al ikut, tapi ia tahu pasti acaranya benar-benar melelahkan. Mereka bukan hanya bermain di sana, tapi juga sebagai salah satu ajang penyeleksian anak kelas 7 yang akan masuk OSIS. Rey tidak mau melihat Al kelelahan, belum lagi kalau asmanya kambuh.

 "Pokoknya nggak boleh!" tekan Rey. Ia berusaha menjaga agar nada suaranya tidak naik, karena Al bisa ketakutan karena itu.

Al yang mendengarnya menoleh pada Papa, "Beneran nggak boleh, Pa?"

"Papa, acaranya benar-benar melelahkan. Aku nggak mau Al kenapa-kenapa di sana," kata Rey, ikut membujuk sang papa.

Papa mendesah, "Kenapa kamu nggak ngadain acara yang bisa diikutin Al aja, sih, Rey?"

Rey mendengus mendengarnya, "Papa bercanda, ya? Semua acara'kan direncanain dari awal kepengurusan. Aku nggak bisa ngubah acara seenaknya."

Al menghela nafas, "Ya udah kalau Al nggak boleh ikut."

Rey menempelkan jidatnya ke meja yang terasa dingin. Ia merasa bersalah seharian karena menolak permintaan Al tadi pagi. Tadi pagi, rasanya ia sudah melakukan hal benar karena ia tidak mau Al terlalu kelelahan, tapi saat ia melihat wajah Al saat menerima kalau ia tidak boleh ikut camping itu, Rey merasa bahwa ia benar-benar jahat karena melarang Al. Al memang tidak menangis atau marah, tapi Rey menyadari dari ekspresi Al bahwa adiknya itu sedih karena tidak diizinkan pergi.

Mood Rey jadi jelek seharian, untung saja Kai bisa meng-handle rapat ini karena rapat ini berjalan cukup alot. Seharusnya semua sudah siap karena mereka akan berangkat dua hari lagi. Tapi ternyata masih banyak yang belum siap. Rey hampir saja meledak kalau Kai tidak segera menahannya dan menyelesaikannya dengan baik.

AL WILL BE OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang