33

18.7K 2.1K 128
                                    

Al mendesah menatap langit-langit di atasnya. Ia lagi-lagi terbangun di ruangan ini. Sudah hampir empat hari sejak Al terbangun di ruangan ini. Al merasa bosan sekaligus kesepian. Saat ia pertama bangun, kamarnya ramai. Ada mama, papa, Bang Rey, Mas Dimas, serta keluarga papa lainnya. Semakin hari, satu persatu mulai jarang muncul. Bang Rey bahkan sudah tiga hari tidak datang. Abangnya itu pasti sedang sibuk mengurus acara camping itu.

Al menyentuh hidungnya yang masih digantungi nassal clanula. Sudah empat hari dan Uncle Valdi belum mengizinkannya melepas ini. Katanya jumlah oksigen di dalam tubuhnya masih kurang dan ia masih membutuhkan bantuan. Padahal Al cukup yakin ia sudah baik-baik saja. Al sudah tidak merasa sesak lagi, tapi bisa saja itu karena nassal clanula yang dikenakannya ini.

Sejak Al sadar, tidak ada satupun yang membicarakan kejadian itu. Bukannya Al ingin membicarakannya, kalau ada yang bertanya siapa yang mengurungnya di dalam gudang itupun, Al tidak akan menjawabnya. Hanya saja, entah kenapa tidak ada yang membahasnya terasa lebih mengkhawatirkan. Seolah kejadian itu sudah selesai dan tidak perlu diungkit lagi.

Itu lebih mengkhawatirkan, karena itu berarti orang yang melakukan ini padanya sudah diketahui. Baiklah, Al tahu banyak orang yang akan marah jika ia mengatakannya, termasuk Devan, apalagi keluarganya. Tapi Al tidak mau Kak Bima dihukum apa-apa. Mau bagaimanapun, Kak Bima adalah kakaknya. Walaupun mereka ternyata bukan saudara kandung.

"Al udah bangun?"

Panggilan lembut itu membuat Al menoleh. Ia tersenyum melihat mama keluar dari kamar mandi. Ia pikir kali ini ia hanya sendirian, ternyata mama masih ada di sini.

"Gimana perasaannya, Sayang? Masih terasa sesak?" tanya mama sambil mengelus kepala Al.

Al menggeleng pelan, "Masih belum boleh dibuka, ya, Ma?"

Mama tersenyum lembut, "Belum, ya, Sayang. Kata Uncle Valdi masih harus dipakai. Kita lepas kalau Unle Valdi udah bilang boleh, ya."yprotes.

"Oh, iya, makan dulu, ya, Sayang. Kamu harus minum obat supaya cepat sembuh," kata mama sambil duduk di kursi dekat ranjang Al. Tangannya bergerak mengambil makanan yang tersedia di atas meja. 

Mama menyuapi Al dengan telaten. Ia menunggu dengan sabar jika makanan di dalam mulut Al belum habis, kemudian setelah Al siap untuk menerima suapan lagi, baru mama menyuapi Al lagi dengan lembut.

"Mama?" panggil Al khawatir. Saat sedang menyuapinya, entah kenapa tiba-tiba mama melamun sampai tidak mendengar panggilan Al.

"Kok melamun?" tanya Al khawatir setelah sang mama akhirnya menatapnya.

Mama menggeleng sambil mengelus rambut Al. Al dapat melihat kesedihan dari senyuman tipis mama, jadi Al tidak bertanya. Ia hanya membuka mulutnya lagi untuk mengisyaratkan bahwa ia ingin disuapi lagi dan mama menyuapinya lagi sampai makanan itu habis.

➰➰➰

"Mas, Bang Rey pulang besokkan?" tanya Al sambil memperhatikan Mas Dimas yang sedang bermain video game di TV. Katanya ia melakukan itu agar Al tidak bosan dan Al tidak menolak juga.

Tadi akhirnya Al diizinkan melepas selang yang mengganggu itu dari hidungnya. Ia sudah diizinkan turun dari ranjang, tapi papa menitipkan pesan bahwa Al tidak boleh keluar dari kamar. Setelah selesai menyuapi Al makan, mama pergi keluar dan belum kembali sampai sekarang. Menurut Mas Dimas, mama ada keperluan mendadak dan menyuruh Mas Dimas untuk menemani Al di sini.

"Iya. Kenapa emang?" tanya Mas Dimas sambil menyipitkan matanya. Ia kesal karena Al malah memikirkan Rey padahal ia jelas-jelas ada di sini.

AL WILL BE OKAYWhere stories live. Discover now