7

36.9K 3.6K 48
                                    

Al menahan kuap sambil membaringkan tubuhnya di ayunan kayu yang ada di balkon kamar Mas Dimas. Tidak bisa disebut balkon kamar Mas Dimas juga karena balkon kamarnya, Mas Dimas, dan Bang Rey sebenarnya terhubung menjadi satu. Walaupun memang benar, ia kini berada di luar kamar Mas Dimas.

Sudah dua minggu Al menghabiskan harinya di sekitar kamar Mas Dimas. Saat ia baru keluar rumah sakit, seperti biasa Al mengambil alat pembersih seperti sapu, pel, serta penyedot debu. Tapi baru mengeluarkan barang-barang itu dari tempatnya, Al sudah dihentikan oleh Bi Leli, salah satu ART di rumah ini. Katanya itu pekerjaan mereka dan sebaiknya Al tidak mengganggu. Walaupun kesal karena disebut mengganggu, Al menurut tanpa protes. Akhirnya yang ia lakukan hanya melamun di kamarnya tanpa melakukan apapun.

"Al, lagi apa?" tanya mama saat itu.

Al yang sebelumnya tiduran buru-buru bangkit. Ia malu tidak melakukan apapun, tapi tidak tahu harus melakukan apa. "Nggak ngapa-ngapain, Ma. Hehe."

"Tadi Al mau bantu bersih-bersih, ya?" tanya mama sambil duduk di pinggir kasur Al.

Al mengangguk malu.

Mama mengusap rambut Al lembut, "Al ngga perlu bantu bersih-bersih di sini. Soalnya kan udah ada Mbak Nari sama Bi Leli. Kalau siang sama sore juga yang masak mereka berdua. Yang nyuci juga. Al beresin kamar Al aja, atau Al santai aja main-main, nggak apa-apa, kok."

Al terdiam bingung, "Al ngga usah ngapa-ngapain?"

"Iya, ngga usah."

Saat itu mama dengan riang menawarkan padanya untuk membaca komik yang ada di kamar Mas Dimas. Awalnya Al ragu-ragu. Walaupun Mas Dimas selalu baik padanya, ia khawatir Mas Dimas marah kalau Al masuk ke kamarnya saat ia tidak ada di sana. Tapi mama meyakinkan Al Mas Dimas tidak akan marah. Ternyata benar, saat Mas Dimas pulang dan melihat Al ada di kamarnya, Mas-nya itu malah semangat dan memeluknya terus-terusan sampai Bang Rey yang melihatnya marah karena kesal melihat Al terus-terusan di kamar Mas Dimas.

"Al... Halooo..."

"Al di sini, Ma!" sahut Al saat mendengar suara mama memanggilnya. Ia mendudukkan dirinya di ayunan itu, tangannya memegang komik yang sudah selesai dibacanya tadi.

Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah mendekat. "Ini dia anak gantengnya mama! Al sayang, kencan yuk!"

Al yang dipeluk seketika agak menjauh,  "Kencan itu apa, Ma?"

Mama mengerucutkan bibirnya, "Kencan itu jalan-jalan berdua. Mama sama Al. Gimana? Maukan? Mau dong!"

Jantung Al seketika berdegup cepat mendengarnya. Terakhir ia jalan-jalan berdua, ia berakhir dibuang. Tangannya yang agak gemetar dikepalkan erat olehnya. Al ketakutan, tapi ia tetap memaksakan semyumnya, "Al mau. Kita jalan-jalan ke mana?"

"YEY!" seru mama sambil kembali memeluk Al erat. "Nggak jauh, kok. Kita ke mall papa, ya? Al temenin mama shopping."

Tangan Al tambah gemetar mendengarnya. Ia yakin tidak melakukan hal buruk selama dua minggu ini. Mama dan yang lain juga tidak pernah terlihat marah padanya. Mereka bertingkah seperti biasa, seperti mereka menyayangi Al lebih dari apapun di dunia ini. Tapi, bagaimana kalau ternyata itu semua bohong? Bagaimana kalau ternyata mereka muak pada Al dan mau membuang Al? Al takut. Al tidak mau dibuang lagi. Tubuhnya tidak terluka, tapi dadanya terasa sakit sekali sampai rasanya Al ingin menangis meraung-raung.

"Al? Nggak mau ya?" mama bertanya lagi dengan nada sedih.

Al menelan ludah. Ia takut, tapi Al juga tidak mau menolak permintaan mama. Selama hampir sebulan sejak ia bertemu mama juga, mama selalu memberikannya kasih sayang. Mana mungkin Al berani menolak kalau mama memang ingin membuangnya?

AL WILL BE OKAYWo Geschichten leben. Entdecke jetzt