26

24.7K 2.9K 128
                                    

Zeith menutup rapat terakhirnya hari ini dengan puas. Akhirnya ia menyelesaikan masalah di sini. Ia bisa pulang hari ini. Ia merindukan anak-anaknya, jadi acara yang seharusnya berlangsung selama seminggu ia percepat hingga selesai dalam waktu 3 hari. 

"Terima kasih, Pak."

"Kerja bagus, Pak. Terima kasih."

"Terima kasih banyak, Pak."

Ia tersenyum lebar kepada bawahannya sebelum pamit undur diri terlebih dulu. Ia tidak sabar untuk kembali ke penthouse dan mengajak Lea pulang. Ah, tapi seingatnya istrinya itu sedang ada pertemuan dengan istri sahabatnya yang ia percayakan memimpin perusahaan cabang di sini. Berarti ia bisa beristirahat sebentar hingga Lea selesai, baru kemudian mereka akan pulang.

Astaga, ia benar-benar merindukan ketiga putranya itu. Padahal biasanya saat ada keperluan keluar kota seperti ini, ia masih bisa menahannya. Mungkin karena interaksinya dengan Rey dan Dimas juga bertambah semenjak kedatangan Al, jadi ia sudah merindukan mereka padahal baru pergi beberapa hari.

"Mas!"

Zeith mengerutkan alis saat melihat Lea sudah menunggu di ruangannya. "Ada apa? Nggak jadi meet up sama Reina?"

"Ayo pulang sekarang!"

"Hah?"

"Untung Mas selesai tepat waktu, jadi aku nggak perlu cancel tiket. Ayo, kita harus pulang sekarang," kata Lea buru-buru. Ia mendekati Zeith sambil membawa tas yang Zeith bawa ke kantor. Ia yakin semua sudah rapi.

Seketika perasaan tidak nyaman melingkupinya. "Ada apa, Sayang? Apa Kai merengek minta kita hadir nanti malam?"

Lea tidak menjawab, hanya menarik Zeith keluar dari ruangannya.

Zeith menelan ludah khawatir, "A, apa Al kambuh? Nggak kan?"

Lea masih diam.

"Apa ada yang luka? Rey? Dimas?"

Lea masih tidak menjawab, hanya menatapnya tajam seolah berkata, Diam dan ikut saja.

Zeith menyerah. Istrinya itu pasti akan memberi tahunya nanti.

"Al terluka waktu ngebantuin persiapan pesta buat Kai," kata Lea akhirnya begitu pesawat yang mereka naiki lepas landas.

"Uhuk..." Zeih yang baru menyeruput minumannya langsung tersedak mendengarnya. "Ken... uhuk uhk... kenapa baru bilang sekarang?!" protesnya keras.

Astaga, istrinya itu. Padahal sejak tadi ia sudah mempersiapkan diri menerima kabar yang mengkhawatirkan, tapi Lea tetap tidak mau mengungkapkannya. Sekarang saat ia sudah lebih tenang karena sudah berada di atas pesawat, istrinya itu malah mengejutkannya. Harus banget mengatakannya saat ia sedang minum begini?

"Aku mau kamu istirahat sebentar habis rapat," jawab Lea.

Zeith hanya bisa menghela nafas, "Jadi, Al luka kenapa?"

"Kakinya kena pisau waktu lagi bantu Kak Sera masak katanya."

Mata Zeith melebar mendengarnya. Segera, bayangan menyeramkan tentang kaki yang terluka atau jari kaki putus mendatanginya. Ia meneguk ludah, berusaha mengenyahkan bayangan itu. "Te, terus gimana? Parah nggak?"

AL WILL BE OKAYWhere stories live. Discover now