18

28K 3.1K 70
                                    

Halo lagiii...
Asli deh, mantep banget kalian, belum ada 5 jam udah terpenuhi SnK ngaco aku wkwk. Makasih makasih, berarti pada semangat kan, nunggu Al up? Semiga ngga mengecewakan kalian, ya!
⚘Selamat membaca⚘
➰➰➰

Al digandeng oleh papa saat memasuki rumah. Mereka langsung dihampiri mama dan oma yang sudah menunggu Al pulang sejak tadi. Opa sedang pergi melakukan kunjungan bisnis di luar negeri. Sebenarnya oma ingin ikut, tapi tidak diizinkan karena oma sedang tidak enak badan. Karena itulah oma memilih datang ke sini untuk bermain bersama cucunya. Begitulah yang diceritakan papa tadi.

Al tersenyum pada kedua wanita berbeda umur itu, "Mama, oma, Al pulang!"

Oma mencium pipi Al setelah ia mencium punggung tangan sang oma. "Kok lama banget pulang sekolahnya? Oma nunggu dari tadi, lho."

"Tadi Al mampir ke rumah temen Al dulu, Oma. Habis itu diajak papa ke rumah sakit. Makanya lama. Maaf, ya, Oma?" jelas Al saat dirinya dituntun ke sofa di ruang keluarga.

"Lho, kenapa ke rumah sakit?" tanya mama sambil menatap Papa tajam.

Papa menghela nafas sambil duduk di sebelah mama di seberang Al dan Oma. "Tadi Al jatuh di sekolah, punggungnya sakit katanya. Aku khawatir kenapa-kenapa."

"Terus gimana? Nggak ada masalah ke depannya jugakan?" tanya oma khawatir. Tangannya yang tadinya hendak mengelus punggungnya dialihkan ke kepala anak itu.

"Alhamdulillah nggak ada. Tadi udah cek CT-scan, MRI, kata Kak Valdi cuma keseleo dikit aja. Disuruh istirahat, Al. Besok sampai sembuh nggak boleh ke sekolah!"

"EEH?" protes Al seketika. Ia benar-benar baru dengar tentang larangan sekolah itu. Uncle Valdi tadi hanya melarangnya melakukan hal-hal berat dan menyuruhnya beristirahat.

"Asik, dong, nggak sekolah. Kai juga mau kalau boleh. Boleh nggak, Oma?" tanya Kak Kai yang mendekat dari arah dapur.

Oma mendengus, "Nggak bolehlah! Kan Kai udah kepilih jadi Ketos yang baru. Pemimpin harus memberikan contoh yang baik, Kai."

Kak Kai mendengus, tapi tidak protes lagi. Ia memilih untuk duduk di sebelah Al sambil memakan camilan yang dibawanya dari dapur. 

"Papa, Al nggak bakal capek-capek, deh, di sekolah. Janji."

Papa tetap menggeleng tegas. Ia tidak terpengaruh wajah memelas Al sama sekali. Ada sesuatu yang ia pertimbangkan selama di perjalanan tadi. Ia yakin yang terbaik untuk anaknya adalah tidak sekolah selama proses penyembuhannya.

"Kok bisa jatuh sih, Sayang? Jatuh di mana?" tanya Oma.

"Al kepeleset di toilet, Oma. Terus punggungnya nabrak toilet duduk. Jadinya sakit," jelas Al santai seolah itu bukan masalah besar. Ia membuka mulutnya saat Kak Kai menyuapinya sepotong camilan yang sedang dimakannya.

"Enakkan?" tanya Kak Kai gemas.

Al mengangguk sambil tersenyum lebar, "Enak. Dari mana, Kak?"

"Tadi Bang Rey beli waktu pulang sekolah. Jadi gue minta," jelas Kak Kai. Ia menunjuk ke arah dapur menggunakan sendok yang dipakainya. "Tuh, dia."

Al menoleh dan melihat Bang Rey berjalan mendekat membawa senampan camilan seperti yang sedang dimakan oleh Kak Kai. Pandangan mereka beradu sesaat sebelum Bang Rey mengalihkan pandangannya. Jantung Al seperti diremas melihatnya. Bang Rey tidak pernah tidak tersenyum saat melihat Al sebelumnya. Seolah melihat Al saja sudah membuat ia senang.

"Al... mau ke kamar dulu, ya, Oma. Mau ganti baju," kata Al sambil menunduk. Ia turun dari sofa dan berjalan menuju tangga. Tidak berani menoleh lagi sehingga tidak menyadari bahwa Bang Rey sedang menatapnya yang langsung pergi begitu ia datang tanpa berpaling sedikitpun.

AL WILL BE OKAYWhere stories live. Discover now