1

67.6K 7.7K 388
                                    

Sekarang kita panggil Nisa jadi Ara!

-----

Ara menuruni tangga dengan tas merah yang bertengger di pundak. Ara bersyukur bahwa hanya perilaku Ara yang buruk tidak dengan cara berpakaiannya. Seragam yang cenderung agak longgar dengan rok 2cm dibawah lutut. Tuhkan apa ia bilang, Ara itu emang yang terbaik.

Ara duduk di meja makan,ia merasa agak canggung dengan keluarga barunya.

"buruan lo, nanti kalau gue tinggal nanges"

"lo sebenernya anak siapa sih? Laki kok mulutnya lemes!"

"udah Ara buruan makan nanti telat" kata wania paruh baya yang Ara yakini adalah ibunya.

"iya bu"

Ara melahap roti dengan selai coklat dengan cepat. Sebenarnya sedari tadi Ara sedang mengomel di dalam hati 'cuma makan roti kek gini mana kenyang' 'ini baru sampe sekolah udah laper lagi kali".

**

Ara turun dari motor milik abangnya, Rendra. Ara menatap kagum bangunan sekolah yang luas dan nampak berkelas dengan mulut sedikit terbuka.

"bau-bau sarang cogan" gumam Ara.

Rendra melewati Ara dengan mengabaikan pekikan orang-orang yang dengan tidak sopanya masuk ke indra pendengar Rendra.

Ara yang baru sadar melihat Rendra berjalan di depannya buru-buru melepas helem dan berlari menyusul Rendra.

Tanpa Rendra Ara hanyalah anak hilang yang tak tau dimana letak kelasnya.

"bang anterin Ara kekelas ya?"

"ogah"

"itung-itung cari cecan kan lumayan, emang nggak capek apa jomblo terus?"

"bawel banget sih lo! Biasanya juga nggak gini"

Ara menatap Rendra kecewa, Ara lupa kalau Rendra memang tidak menyukai Ara. Berangkat sekolah bareng aja udah bersyukur. Ara meninggalkan Rendra dengan menghentakkan kaki kesal seperti banteng kalau lagi mau nyruduk orang.

Ara berjalan sambil memperhatikan setiap kelas yang ia lewati, Ara mencari kelas 11IPA1.

"tiba-tiba inget sebuah lagu"

"ehem"

"pagiku cerahku matahari bersinar. Kugendong tas merahku dipundak" Ara memegang kedua tali tas merah miliknya.

"slamat pagi coganku ku nantikan dirimu. Di depan kelasku tuk melamar ku"

Ara sedang sibuk cekikikan sambil berhalu ria, ia sebenarnya sadar jika ia sedari tadi menjadi perhatian orang.

"kesambet apa tu sih cupu?"

"lucu kek orang gila"

"Ara bukan cupu ya nyet, dilabrak nanti mampus lo"

"pengen nyubit deh"

"anak tk mana tu yang nyasar?"

Oke Ara sudah keluar dari lingkaran halu. Ara menyelipkan anak rambut ke telinga 'sekalian tebar pesona ah' batin Ara.

Ara mengangkat dagu dengan senyuman manis andalannya, siapa tau ada yang kepincut.

Plak

"muka lo napa dah?"

"lo mau nakutin anaknya siapa?"

Dahi Ara dipukul dengan tidak santainya. Pelakunya adalah seorang wanita berpipi cubby, dan disebelahnya ada wanita yang tingginya melebihi Ara.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang