14

41.4K 6.1K 156
                                    

Jari jempolnya jangan dimanjain gitu.
Yok vote dulu.

_________________________________________




Rendra tengah mendorong troli belanjaan disalah satu pusat perbelanjaan, ia datang kesana bersama dengan Ara dan juga Reta. Mereka sedang membeli kebutuhan rumah untuk dua minggu ke depan, kenapa tidak sekalian untuk satu bulan? Jawabannya karena terlalu banyak. Mereka tidak hanya hidup bertiga di rumah besar itu, ada dua orang pembantu rumah tangga, satu satpam dan satu supir. Bukankah itu hal yang wajar jika sang majikan memenuhi kebutuhan para pekerjanya.

"yang ini aja apelnya masih seger" Ara menunjukkan satu buah apel hijau di depan Reta.

Reta melihat apel yang ditunjukkan oleh anaknya lalu terkekeh, anaknya ini bisa membedakan buah yang masih segar atau tidak sih sebenarnya "kamu lihat, tangkai buahnya udah keriput gini kamu bilang masih seger?".

"si A'a mana ngerti hal begituan mah, kemarin aja buat kue isinya wasabi"

"ungkit aja terus!" Ara tetap memasukkan buah itu ke dalam ranjang yang nantinya akan ditimbang.

"oke kalau abang lihat kue abang bakal inget kue buatan A'a, juga kalau abang liat warna hijau, dapur, oven, sushi,rumput,kotak bekal abang bakal ungkit terus."

"nggak gitu konsepnya abang ih" Ara melampiaskan rasa kesalnya dengan mendorong troli yang berada di depan Rendra hingga menabrak tubuh abangnya.

"mah itu abang didaur ulang aja atau dirongsokin kalau perlu biar berguna."

"heh, sembarangan. Yang ada A'a yang pantes buat dirongsokin!" Rendra melempar daun bawang hingga mengenai wajah Ara.

"abang"

"A'a"

"abang"

"A'a"

"ab-"

"jangan berantem di sini, pak sekalian mereka berdua bapak timbang mau saya rongsokin." ucap Reta yang merasa risih karena ada banyak pengunjung yang melihat kearah kedua anaknya yang sedang bertengkar.

Pria yang tengah menimbang apel hijau itu hanya menanggapi dengan tawa ringan,

"Ara mau beli jajan dulu ma, abang nggak usah ngikut!" Ara pergi dengan menghentakkan kaki kesal.

Rendra hampir saja menyusul Ara tapi tidak jadi saat ia teringat akan Reta, tak mungkin ia membiarkan Reta mendorong troli yang hampir penuh ini sendirian.

Ara kini tengah menelusuri rak yang berisi makanan ringan, langkahnya terhenti saat melihat seorang pria tengah berdiri di depan kumpulan coklat. Hanya dengan melihat posturnya saja Ara sudah tau jika orang itu tampan, haruskah Ara menghampirinya?.

"huh tenang, kita atur strategi dulu."

Setelah merancang sajak sajak indah yang ia yakini mampu membuat pria itu luluh, Ara melangkahkan kaki untuk mendekat.

"ekhm"

Pria itu menoleh, ia mengenakan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Dengan tanpa permisi Ara mengambil salah satu tangan pria itu membuat sang pemilik tersentak kaget "tangan kamu kelihatan berat jadi aku bantu pegangin".

Jika diperhatikan mata dia mulai menyipit, seperti orang yang tengah tersenyum. Dia membalas genggaman tangan Ara dengan erat lalu "kamu nggak boleh berubah fikiran".

"kalaupun nanti aku berubah fikiran kamu harus percaya hati aku masih sama, masih ingin merengkuhmu"

Pria itu mengamati wajah Ara yang tengah tersenyum, cantik pikirnya.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang