35

9.3K 1.1K 23
                                    

VOTE

_____________________

"gue mau ngikut mobilnya bang Alex" ucap Bams yang sedari tadi memegang pintu mobil.

"Lo kan punya motor ya lo naik motor lah Bams" ucap Mikaila yang berebut tepat duduk dengan Bams.

"Panas"

"Cowok kok takut panas" Mikaila sungguh menginginkan tempat duduk itu.

"Cowok juga manusia kali"

Ara tengah sibuk memakai kaos kaki di teras rumah tanpa memperdulikan kebisingan di depannya, hingga ada seseorang yang ikut duduk disampingnya.

"Em dek, abang minta maaf ya" Rendra duduk disebelah Ara sambil melihat saudaranya yang sedang bertengkar.

"Yes gue menang, jadi gue yang duduk di sini" ucap Bams kegirangan karena menang suit dari Mikaila.

"Kan aturannya harus menang empat kali, jadi gue masih ada kesempatan"

Ara mengenakan sepatu pada kaki kanannya "buat?".

"Kasar sama adek,ngefitnah adek,nyakitin hati adek buat semua kesalahan Abang"

"Setelah gue maafin lo mau apa?" Ara tengah membuat simpul tali di sepatunya.

"Abang mau deket lagi sama adek" pandangan Rendra kini jatuh ke bawah.

"Bang.."

"...gue udah terbiasa sendiri. Ada atau nggaknya lo di hidup gue itu cuma masalah sepele. Gue udah coba buat buka hati sama lo tapi pintu itu udah lo rusak" Ara memasang sepatu sebelah kirinya "lo mau masuk di hidup gue silahkan, lo mau pergi juga silahkan. Gue bakal jaga jarak sama orang yang gue gak suka dan gue bakal berjalan sama orang yang gue anggap pantes."

"Ra.."

"Asal lo tau bang, itu cara hidup gue dari dulu. Lo nggak usah nyalahin diri lo sendiri apa lagi sok jadi orang yang tersakiti, karena lo juga yang ngebuat gue kaya gitu."

"Abang bukan orang yang pantes buat ada di sisi adek"

"Tumben..pinter" Ara berdiri dan meninggalkan Rendra yang tengah merenungi kesalahannya.

"BAMS LO BONCENGIN GUE PAKE MOTOR!" teriak Ara yang jengah melihat Bams tengah bertengkar dengan Mikaila.

"Kalo lo yang minta sih gue oke" Bams setengah berlari untuk mengambil kunci motornya di dalam rumah, hingga ia tidak sengaja menyenggol bahu Alex Lo yang tengah berdiri di samping pintu "Lo jangan berdiri disini ngapa sih bang".

Alex sedari tadi ia berdiri disana, menyaksikan interaksi kakak beradik itu. Ia mendengar pembicaraan mereka dengan sangat jelas.

____

Di sekolah, Kris dan Aurel tengah berada di dalam kelas memperhatikan seorang guru yang tengah mengajar. Ah bukan, hanya Kris yang tengah sibuk mencatat penjelasan materi dari guru sedangkan Aurel tengah bermain SOS dengan Rehan.

"Nenek lampir nggak masuk?" Rehan menyerahkan selembar kertas yang berisi coretan pada Aurel.

"Em gak tau" Aurel mengisi salah satu kotak dengan huruf s.

"Napa lo? Kebelet boker?" Rehan mengambil kertas itu.

"Gue lagi di ambang kehidupan"

"Mau sakaratul maut?" Rehan mengatakan apa yang lewat di otaknya tanpa ia fikir terlebih dahulu.

Aurel melemparkan bolpoinnya ke arah Rehan "gue belum kawin geblek".

Rehan mengembalikan kertas itu ke Aurel "gue kawinin mau?".

"Lo kira gue hewan apa?"

"Emangnya bukan?"

Saat akan mengisi salah satu kotak tersebut, Aurel di buat terdiam. Kotak yang seharusnya terisi oleh huruf s atau o kini ada tulisan yang familiar untuknya.

'SATRIA'

"REHAN MONYET NGAPA LO NULIS NAMA SI SATRIA NYET!" Aurel memukul kertas itu.

"Bukan gue nyet, lo sendiri yang nulis. Gue cuma nambahin A-T-R-I sama A" bela Rehan.

"Sama aja nyet" Aurel meremas kertas putih yang hampir penuh dengan coretan itu ke arah Rehan.

Jangan diragukan lagi, mereka kini tengah dipelototi oleh seisi kelas l.
____

Satria tengah merenung di sebuah tempat favoritnya, memikirkan sebuah akar permasalahan yang membuat hubungannya dengan sang pacar merenggang. Sudah dua jam ia berfikir di tempat ini, namun belum mendapatkan jawaban.

Padahal dia selalu memberi kabar, memberi perhatian, sering chat sang pacar, terkadang juga mengirim makanan. Terus apa lagi yang kurang?.

"Rontok rontok dah tu rambut" ucap Dion yang sedari tadi mengamati tingkah absurd Satria.

"Ha? Lo dari kemarin masih mikirin itu?" tanya Kenzo.

"Anggota gue bego banget" ucap Zidan yang sedari tadi sibuk bermain game di handphone.

"Gue nggak paham" ucap Gio yang tengah asik menonton game di hp Zidan.

"Ya..ya gue emang gak ngerasa salah, Aurel juga bukan orang mempermasalahin hal sepele" ungkap curahan hati Satria.

"Bodo amat anjing, gue ogah semedi di toilet terus" ucap Bregas lalu keluar dari ruangan sempit itu.

Gio yang duduk di belakang Zidan, ia menepuk pundak Zidan sebagai kode 'kita keluar aja'. Zidan menyerahkan handphone miliknya pada Gio supaya Gio meneruskan game miliknya.

"Lo mikir pake otak jangan pake hati" kata Zidan lalu pergi meninggalkan bilik toilet tersebut dan di susul oleh para anggota yang lain, meninggalkan Satria yang tengah...ah sebaiknya Satria juga ikut keluar dari sana.

____

Brum..Brum..Brum.

Suara berising montor terdengar sangat jelas di telinga Ara yang tengah berkutik di dapur untuk mempersiapkan makan malam.

"Itu siapa si berisik banget" keluh Anjani yang tengah mengupas buah di meja makan untuk ia makan sendiri.

Mikaila berdiri di samping Anjani untuk meminta buah yang tengah di kupas tersebut "BANG RENDRA ITU TEMEN LO APA BUKAN?".

Rendra langsung saja beranjak dari duduknya untuk melihat ke depan rumah, apa benar jika itu temannya. Namun Rendra hanya diam di pintu tanpa sepatah katapun dan hanya menatap keluar.

"Siapa?" Tanya Arga yang berdiri di belakang Rendra.

Para tamu itu pun sedah tiba di depan pintu, bertukar tatap dengan Rendra dan juga Arga.

"Gini bro,kita kesini mau ketemu sama adek lo" ucap Dion.

"Lo pada siapanya si Ara?" Tanya Arga.

"Kalau itu belum diskusikan" ucap Dion tanpa pikir panjang yang langsung disenggol oleh Gio.

"Gue adeknya, yang lain temennya" ucap Gio dengan santai.

"Sejak kapan gue jadi abang lo?" Sewot Rendra.

"Najis"

Mikaila yang penasaran, ia ikut menyusul ke depan.

"Keyaknya lebih tua elo deh" pikir Arga yang memang benar adanya.

"AAA RA ARA ADA COGAN RA BURU KESINI RA!" teriak Mikaila dari belakang Arga. Jangan ditanya lagi, sudah pasti telinga Arga berdengung.

"Gue buang juga lo" ucap Arga.

Zidan dan yang lainnya hanya menatap Mikaila, yah karena mereka sendiri sudah terbiasa dengan sikap Ara yang mirip seperti itu.

"Tangan gue kena minyak goblok" Ara muncul dari belakang tubuh Mikaila sambil memukul bahu Mikaila dengan kencang.

Ara mengikuti arah pandang Mikaila dan menemukan segrombolan pria yang tengah berdiri menatap dirinya.















Vote woy....
Biar gue semangat nih...
See u...

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang