33.

11.4K 1.4K 43
                                    

VOTE DULU KAWAN!.
___________________________

Saat tiba di luar gerbang, Ara, Kris, dan Aurel sudah disambut dengan anggota inti geng Eagle. Aurel menatap sinis salah satu anggota geng tersebut dengan aura permusuhan yang sangat ketara, siapa lagi kalau bukan sang kekasih yang sebentar lagi menjadi mantan.

"ngapain lo kesini?" tanya Aurel.

Satria melangkah mendekat "buat nemuin kamu, kenapa marah? Kamu juga nggak ada kabar kemarin" Satria hendak meraih tangan Aurel tapi Aurel langsung menjauhkan tangannya dari jangkauan Satria.

"lo pikir aja sendiri kenapa gue bisa marah! Dan lo gak usah sok-sok'an gak tau karena gue benci penipu!" Aurel menyembunyikan dirinya di balik badan Ara dan juga Kris.

"Aurel, tolong jelasin dulu ke gue biar gue paham"

Walaupun pelan, Satria, Ara, dan juga Kris mendengar suara isak tangis. Tidak perlu bertanya mereka sudah bisa menduga dengan pasti "Jemputan lo udah dateng Kris, sekalian anter Aurel pulang" Ara tak tega jika harus membiarkan Aurel berada di sini lebih lama.

"gue duluan" Kris membawa Aurel ke dalam mobil jemputannya.

"AUREL JELASIN DULU!" tangan Satria di cekal oleh Ara supaya pria itu tak menyusul ke arah Aurel dan Kris.

Ara melangkahkan kakinya untuk lebih dekat dengan Satria "lo salah, itu yang lagi Aurel pikirin tentang lo bang. Besok, lo harus tau apa kesalahan lo sama sahabat gue"

Set.

Zidan menarik mundur tubuh Ara supaya tidak terlalu dekat dengan Satria "udah selesaikan ngobrolnya? Ayo lo ikut gue" Zidan menuntun Ara untuk menuju montor kebangaannya.

"mau kemana?"

___

Sebuah montor berhenti di atas pasir coklat dengan mulus dibawah kendali seorang pria berjaket abu-abu. Selain pengendara, juga ada satu penumpang wanita yang turun dari atas montor itu.

"lo nyulik gue buat lo bawa kesini?" tanya Ara dengan memperhatikan area sekitar.

"gak suka?"

"nggak"

Zidan mengedikkan bahu acuh "kemarin lo yang minta buat di bawa ke sini" Zidan berjalan ke tepian pantai dengan menggandeng tangan Ara.

"tuh lihat ada ombak"

"itu burung yang lagi berburu ubur-ubur" tunjuk Zidan ke langit dimana ada beberapa burung yang tengah terbang kesana-kemari.

"yang dibawahnya itu ada kapal bajak laut, tapi dia cuma ngambil ikan"

"kalau stres gak usah ngajak-ajak" walaupun berkata demikian, Ara tetap mengikuti arah pandang Zidan.

"sayangnya Zidan marah-marah mulu"

"idih, main manggil-manggil sayang tapi jadian aja enggak"

"ngekode mau ditembak?"

"mati dong"

"nggak akan mati kok, gue jagaiin. Janji"

Mungkin jika itu adalah orang lain, itu hanya akan dianggap kata rayuan biasa "janji?" kata Ara sambil mengacungkan jari kelingking di hadapan Zidan.

"gak, ke bocah SD aja lo"

"mau cosplay jadi si cupu susah juga, mana ni cowok gila lagi" Ara kembali menurunkan tangannya dengan canggung "pulang aja" Ara bebalik ke arah montor yang ada di belekang mereka.

"iya maaf,gue janji bakalan jagain lo. Mau lo temen gue, pacar gue, istri gue atau tetangga gue pun gue akan selalu jagain lo maupun itu dari deket ataupun dari jauh"

Ara berbalik dan menatap Zidan dengan tatapan sinis "janji tu utang, gue kasih bunga tiga ratus persen mampus lu".

"Lagian kalau nanti tetanggaan nanti gue dikira pelakor, mampus lah gue"

Seakan tak terintimidasi oleh tatapan sinis Ara, Zidan melangkah mendekat kebelakang tubuh Ara "kalau bunganya se cantik ini gue mau" kata Zidan sambil memeluk leher Ara dari belakang.

Hembusan angin pantai dan suara ombak yang menghantam batu karang menjadi pengisi di antara keterdiaman dua orang itu. Mereka memilih menikmati pemandangan yang tak akan pernah membuat mereka merasa bosan walau dilihat berkali-kalipun.

"heh" kekeh Ara dengan menahan tawanya.

"kenapa?"

Ara menunjuk dengan dagunya ke arah se'ekor burung yang tengah memakan ikan di punggir pantai.

"itu anggota bajak laut jadi berburunya ikan" Zidan mempererat pelukannya dan kembali menikmati angin pantai.

"kalau lo ada di deket gue, gue bisa ngejagaiin lo seumur hidup gue"

"nggak perlu".

"haha sayangnya Zidan kuat banget"

Pantai yang awalnya ia anggap sebagai tempat pemisah antara laut dan daratan, ternyata tidak begitu buruk. Tanpa adanya pantai,kita tak akan tau seperti apa bentuk laut.

"Udah, gue mau pulang!"

"Eh gak sekalian nunggu sunset? Bentar lagi sore"

"Gak,pulangnya nanti kemalaman dan badan gue udah pegel gara-gara lo" Ara menatap Zidan dengan mata yang agak menyipit karena terkena sinar matahari "lo itu bodoh atau apa ha? Pantai itu letaknya jauh dan lo ngajak gue ke pantai pake motor butut Lo itu, gila emang"

"Montor gue..butut?" Zidan kebingungan dengan perkataan Ara.

"BU..TUT, nih pinggang gue sampe encok gegara naik montor lo. Mana Lo bawa motornya kek tukang ojek kejar setoran."

Montor Zidan memang menjadi idaman bagi para pria,tapi Ara itu perempuan.

"Yya tapi letak but.."

"Alah bodoamat,kalau lo ngajak jalan gue harus pakek montor metic titik."

Perempuan akan selalu mengutamakan kenyamanan.

"Tapi ra..."

"Gak peduli lo jual aja tu motor butut"

"Kalau git.."

"PULANG SEKARANG!".

"Haah" helaan nafas Zidan terdengar begitu pasrah, ia mengikuti Ara dari belakang karena ia tak berani untuk bersanding dengannya untuk sekarang.

__

Krisdayanti yang hanya mau dipanggil Kris saja itu, membawa sahabatnya yang sedang patah hati kerumahnya. Kalau ibunya Aurel melihat anaknya kusut seperti ini, ia pasti akan khawatir.

"Nih dimakan" Kris menyerahkan 1 dus yang isinya makanan kesukaan Aurel.

"Lo kayak ngasih makan korban banjir Kris"

"Sengaja"

Aurel mulai mengorek isi dari dus yang diberikan oleh Kris.

"Rel" panggil Kris.

"Apa?" Aurel sibuk mengeluarkan jajan dari dalam dus satu demi satu.

"Lo kok nggak nangis lagi sih? Gue pengen liat Lo nangis mewek kaya tadi mangkanya gue bawa pulang".

Aurel mengangkat dusnya tinggi-tinggi lalu membaliknya, membuat isi dalam dus itu jatuh tak beraturan "bunuh aja gue Kris bunuh!".

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang