25

16.8K 2.2K 74
                                    

Follow.
Vote.


Di lain sisi, Salsa melihat kejadian tadi dengan jelas. Tangannya mengepal pertanda ia sedang marah, Galang yang notabennya pacar Salsa malah memeluk Ara seperti itu. Galangkan bisa memisahkan mereka berdua dengan cara lain tapi kenapa?.

Jam istirahatpun tiba, inilah waktu yang tepat untuk Salsa menyalurkan kemarahannya, di kantin.

Salsa tiba dikantin yang masih lumayan sepi. Bagus, targetnya belum tiba disini. Salasa menuju di salah satu stan yang berada di kantin, ia berdiri di sana menatap buku menu dengan senyum tipis. 'Menu apa ya yang cocok untuk hari ini?' begitulah batin Salsa.

"bu pesen soto sama teh panas ya bukan yang anget" Salsa tersenyum ramah pada ibu kantin.

"eh siang-siang gini minum yang panas apa nggak bikin gerah dek?" tanya ibu kantin tanpa menaruh curiga sedikitpun.

"biarpun gitu tapi bagus buat kesehatan gigi bu"

Ibu penjual kantin itupun menyiapkan pesanan Salsa dengan merebus air dahulu karena hanya ada air hangat di sana. Sedangkan Salsa menunggu pesanannya sambil melihat seisi kantin mencari targetnya, ini akan menjadi hari yang menarik.

Nah, itu dia gadis yang menjadi targetnya baru saja memasuki area kantin, senyum licik langsung saja muncul di wajahnya tanpa terkendali.

"untung tadi Santi mau ngasih kita iket rambut, kita gak jadi kucel berkat Santi,nanti gue bakal cariin Santi gebetan sebagai bentuk balas budi" ucap Ara pada Aurel yang juga dikuncir kuda sama dengan dirinya.

"gue jadi kaya punya buntut di belakang kepala gue" Aurel menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri hingga rambutnya terhempas kesana kemari.

"kalau rambut lo kena muka gue lagi gue botakin kepala lo" ucap tegas Kris yang berdiri di sebelah Aurel.

Bug. Prang...

"aws panas!" seru Ara setelah merasakan panas di kulit lengan sebelah kanan dan juga sebagian perutnya.

"Ara lo gak papa aduh gimana nih!" panik Aurel melihat penampilan sahabatnya yang berantakan.

"maaf, tadi ada yang nyenggol aku" kata Salsa yang sedang memegangi nampan kosong di tangannya.

Kris mengambil botol minuman yang ada di meja sebelahnya "gue minta ini boleh ya!" Kris langsung membuka tutup botol itu dan menyiramkan airnya di lengan kanan Ara yang melepuh.

"eh Kris baju gue basah kan jadinya" rok Ara terkena cipratan air yang disiram oleh Kris.

"lo kalau jalan hati-hati dong, atau lo mau gue tetah ha! Lo mau gue ajarin caranya jalan yang bener!" Aurel mendorong bahu Salsa hingga membuatnya mundur selangkah ke belakang.

Air yang ada di botol sudah Kris guyurkan ke bekas luka bakar di tangan Ara, dan botolnya langsung ia lempar ke arah Salsa hingga mengetai kepala gadis itu "punya otak itu dipakai".

Ara menarik mundur Kris dan Aurel, ia ingin menghadapi Salsa sendiri. Ara mengangkat wajah Salsa yang sedari tadi menunduk dengan tangan kanannya yang tersiram air panas tadi "hey senyum dong jangan sedih gitu kan lo lagi seneng hm".

Salsa malah mengeluarkan air matanya hingga menetes mengenai tangan Ara yang tengah memegang dagu Salsa "kok malah nagis sih, kalau lagi bahagia ya seharusnya lo ketawa bukan kaya gini". Ara mendekatkan mulutnya ke telinga Salsa supaya gadis itu bisa mendengar suaranya dengan jelas "nanti lo gila".

Ara menjaukan wajahnya dari Salsa "lo benaran gila ternyata" kekeh Ara lalu ia membuang wajah Salsa kesamping.

"ARA!"

"A'a"

Suara derap langkah terdengar mendekat ke arah Ara, bisa Ara lihat wajah yang dipenuhi emosi dari balik punggung Salsa mendekat dengan cepat, Ara tersenyum ringan 'gue berharap lihat wajah khawatir lo dari pada wajah emosi' batin Ara tanpa ada satupun orang yang tau.

"lo buat onar apa lagi?" Galang mendorong tubuh Ara hingga harus mundur beberapa langkah.

"A'a tadi ngapain, udah abang bilang jangan suka ngebuly"

Ara menyembunyikan lengan kanannya di belakang tubuh "A'a cuma habis ngobrol biasa sama Salsa".

"siapa juga disini yang bakal percaya sama omongan lo?" sentak Galang kemudian ia menyembunyikan Salsa di balik punggungnya, Rendra langsung saja menarik tubuh Salsa mundur hingga berada di antara ia dan para sahabatnya.

"bukan lo pastinya" Ara tersenyum remeh terhadap segrombolan pria yang ada di depannya.

"lo-"

Ucapan Galang harus terhenti karena teriakan tegas yang dikeluarkan oleh Ara "UDAHLAH STOP. Gue gak ada urusan sama sekali sama lo, dan jangan pernah lo ungkit masalah ini lagi di depan gue, ngerti." Ara membalikkan tubuhnya dengan tetap menyembunyikan tangan kanannya untuk pergi meninggalkan kantin.

Entah terkena sihir apa mereka, sudah jelas jika penampilan Ara lah yang paling berantakan disini, tidak mungkinkan seorang pelaku pembulyan lebih berantakan dari pada korban. Bukankah hal itu harus di curigai.

___

Disinilah mereka bertiga berada, UKS. Mereka kesini untuk mengobati luka bakar yang ada di lengan Ara tentunya. "ck Aurel ngapain lo kasih betadine ke tangan gue, Kris tolong ambilin salep warna putih yang ada di kotak hijau dalam etalase" Ara mengambil kasa yang diberi ethanol untuk membersihkan bekas betadine dan untuk membersihkan lukanya.

"maap gue panik ra, lagian lo kena luka bakar kaya gini kok anteng-anteng aja si" ucap Aurel yang meniru gerakan Ara untuk membersihkan lengan gadis itu.

"mungkin karena gue tadi masih syok, jadi belum kerasa sakitnya"

Kris membantu dengan mengoleskan salep yang dimaksudkan oleh Ara, Kris mengoleskan dengan perlahan supaya tidak menyakiti Ara.

"awas aja tu si Salsa pasti bakal gue kasih pelajaran, tanang aja lo ra, gue bakal bales dendam lo" ucap Aurel menggebu-gebu.

"kata siapa gue dendam sama dia?" kata Ara kemudian memberi isyarat pada Kris untuk mengambil perban di kotak hitam.

"jadi lo terima-terima aja di perlakuin kaya gitu?" Aurel tersumut emosi jika memikirkan kejadian dikantin tadi, sungguh tidak adil, Aurel tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti tadi.

"gue jelas gak terima rel, gue kesel, gue marah, gue kecewa. Abang gue lebih khawatir sama Salsa dari pada gue rel, gue harus gimana? gak ada yang mau percaya sama gue padahal gue gak suka bohong rel. Bales dendam? Setelah itu apa? Yang disalahin pasti gue lagi. Udah cukup gue naruh harapan di orang yang salah, tapi bodohnya gue ngulangin hal yang sama. Dia bukan abang gue dan seterusnya pun sama." ucap Ara sambil melilitkan perban dari telapak tangan hingga sikunya, bahkan luka yang berada di perutnya belum ia obati sama sekali.

Aurel dan Kris sangat tersentuh oleh perkataan Ara. Benar, apapun yang akan dilakulan sahabatnya itu mau baik atau buruk selalu ia yang akan disalahkan, tak ada yang mau mendengarkn penjelasannya. Aurel dan Kris membuang muka dari Ara, mereka tak mau menatap sahabatnya itu.

"di hidup gue cuma ada kalian berdua, cuma ada kita. Semisal kejadian tadi menimpa kalian,  gue Ara gak bakal ngelepasin orang yang berani nyakitin lo berdua, kalian bisa pegang kata-kata gue" Ara sudah selesai mengobati luka di lengannya,ia segera memberesi alat-alat yang digunakannya tadi dan mengembalikan kotak itu ke dalam etalase. Ara tetap berdiri di depan etalase karena ia mendengar isak tangis.

"hah" Ara membuang nafas pelan, ia memilih untuk tetap diam disana untuk memberikan waktu pada kedua sahabatnya.



___

Vote okey.

Btw mau ada yang disampein gak sama

Ara

Kris

Aurel

Salsa

Rendra

Galang

Langit

Santi.

Spam comet disini.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang