32.

15.4K 1.9K 80
                                    

Tring!
Tring!
Tring!
Tring!.

Suara ponsel berdering dengan bergantian memenuhi koridor kelas, para siswa pun mengecek notifikasi yang masuk kedalam ponsel masing-masing. Termasuk dengan Galang, Ara, Aurel dan juga Kris.

Ada sebuah akun sosial media yang tengah mengadakan siaran live dengan menandai akun para siswa yang ada di sekolah itu.

Terlihat seorang gadis tengah merias dirinya di depan cermin.

"okey udah beres, lo cantik banget sa. Ini adalah sebuah maha karya hahaha muka gue udah kaya orang habis di gebukin."

"tinggal nemuin bebeb Galang terus hiks hiks udah deh pasti bakal ngamuk tu bocah ke si Ara."

"sorry lo harus gue jadiin kambing hitam dulu, Galang hiks a-aku habis di bully sama hiks hiks sama huwaaa"

"hahaha drama in the shcool dimulai"

Vidio itu berganti menunjukkan Salsa yang tengah memegang handphone disebuah koridor, ia menunduk dengan muka terkejut yang dipenuhi oleh lebam palsu buatannya. Hal itu membuat para siswa tersadar bahwa Salsa dan geng Hazard berada di belakang Galang.

Kini semua menatap ke arah Salsa, tatapan marah, kaget, kecewa, bingung dan senang telah Salsa dapatkan dari para murid.

Prang.

Galang membanting hp ke lantai hingga hampir mengenai kaki Ara. Galang berjalan secara terburu-buru untuk menghampiri seseorang yang bersetatus sebagai pacarnya.

Tampak raut muka bingung dan takut dari gadis itu, ia bingung harus berkata apa pada kekasihnya yang sudah ada di hadapannya.

Galang, ia mengulurkan tangan untuk mencoba menghapus noda keunguan di pipi Salsa dan benar saja. Warna di pipi itu hilang dan berpindah ke jari-jari Galang.

Rendra, Langit, Angga,Daniel dan yang lain tampak terkejut dengan hal tesebut.

"jelasin" nada datar itu keluar dengan sendirinya dari mulut Galang.

"emm, kamu percaya sama vidio tadi?" tanya Salsa.

"udah ada bukti nyata di depan mata gue, jadi kenapa enggak?" aura dingin benar-benar memancar dari Galang.

Salsa sedang merasa cemas dan khawatir, kalau Galang sudah bersikap seperti itu mau dia nangis ngesot pun Galang tidak akan bisa dikelabui.

"gue harap lo mau jelasin ini sejelas-jelasnya!" ucak Rendra yang tengah menahan amarah.

Salsa mengambil tisu basah yang ia simpan di saku sragamnya, ia membersihkan make-up yang berada di wajahnya hingga lebam-lebam itu sudah tak terlihat. Semua orang tentu saja terkejut, apa selama ini mereka sudah ditipu oleh gadis itu? Lalu mereka salah telah menyalahkan orang yang benar dan membela yang salah? Jadi selama ini mereka..?.

"maaf" hanya satu kata itu yang mampu Salsa keluarkan.

"bukannya lo harus minta maaf ke gue? Lo itu pikun atau pura-pura amnesia?" Ara berjalan mendekat pada segrombolan geng Hazard.

"dengan gak tau malunya lo ngehapus make-up zombie lo disini, yah berkat lo juga sih gue jadi gak di tampar lagi." Ara mengangkat wajah Salsa supaya mau menatapnya "kapan-kapan ajarin gue dong, siapa tau gue bisa rebut hatinya si Galang sama trik zombie.".

Salsa menepis kasar tangan Ara yang hinggap di wajahnya "gak usah sok suci, lo bahkan lebih buruk dari gue. Gue berani ngakuin kesalahan gue dan gue juga akan tanggung akibatnya. Sedangkan lo? Lo pernah ngakuin kesalahan lo? Pernah? HAHAHA IYA JUGA YA! LO KAN GAK PERNAH SADAR SAMA SEMUA KESALAHAN LO!".

Salsa maju selangkah "GARA-GARA LO! gara-gara kelakuan lo! Lo ngebully gue cuma gara-gara gue deket sama Galang."

"gue ngebully lo? Nggak salah? Bukannya lo duluan yang cari gara-gara sama gue? gak tau diri"

"oh atau perlu gue bongkar kebusukan lo lebih jauh lagi biar lo paham? Kalau penjahat yang sebenarnya itu lo?". Lanjut Ara.

"NGGAK! GUE BUKAN ANTAGONIS GUE ITU PROTAGONIS ASAL LO TAU! DAN LO! BAKAL GUE PASTIIN LO BAKAL DAPET BALASAN YANG SETIMPAL SAMA APA YANG UDAH LO PERBUAT!" teriakan Salsa menggema di seluruh koridor.

"kalau gila ya gila aja mbak, gak usah diumumin" Ara berucap dengan santai sambil melihat raut berantakan milik Salsa "sok-sok'an bilang protagonis segala, lo kira ini dogeng?".

"kurang ajar" Salsa menyambar rambut Ara dan menariknya dengan kuat "manusia gak punya otak" Salsa semakin gencar menjambak rambut milik Ara saat Ara membalas perbuatannya.

"topeng monyet lo kebuka juga kan! Hah wajah asli lo malah lebih mirip kingkong" Ara mejadi semakin bringas, udah untung dari tadi ia mau menahan diri untuk tidak bermain fisik, kok malah dipancing.

"tuhkan beneran kumat" kata Aurel tanpa ada niatan untuk membantu.

"wajar aja si kalau menurut gue" ucap Kris sambil menonton pergulatan temannya.

"mau ngebantuin tu anak nggak?" tanya Aurel.

"lo gak liat si Salsa udah kaya gembel gitu?"

"liat. Dia nggak tau aja di dalam tubuh Ara tempat bersemayan Reog"
____

Di parkiran, setelah perkelahian itu dimenangkan oleh Ara, ia langsung diseret oleh kedua temannya untuk menjauhi tempat petkara.

"lo lepas kendali" ucap kris tanpa melirik sedikitpun ke arah Ara.

"kalau gue gak keburu buat nyeret lo pergi, pasti lo udah di tangkep sama guru" ucap Aurel.

"iya maaf, habisnya mukanya si Salsa nyebelin" Ara sedang merapikan rambutnya yang berantakan karena jambakan dari Salsa.

"nyebelin apaan! Jijik iya!" sanggah Aurel sambil memberikan ikat rambut pada Ara supaya gadis itu menguncir rambutnya.

"reputasi Salsa bakalan hancur di sekolah, karena udah ada bukti nyata di depan mata mereka. Yah, setidaknya mereka gak akan percaya dengan mudah kalau lo difitnah bully dia lagi" ucap Kris.

"gue tau." Ara memang berniat untuk menyingkirkan orang-orang yang mengganggunya, sekarang hanya tersisa satu orang yang akan ia coba singkirkan. Tapi mana berani Ara melakukannya, setidaknya orang itu tidak ada di ruang lingkup kehidupannya belakangan ini.

"lo lagi mikirin apa?" tanya Aurel yang berjalan di sebelah Ara.

"em gue lagi mikir kapan ni tokek mau ngelepasin tas gue" Ara melirik kebelakang dimana disana ada seseorang yang tengah memegang bandul tas miliknya sambil mengikutinya sedari tadi.

Aurel dan Kris menengok ke belakang dan mendapati seseorang tengah berdiri di belakang mereka dengan raut wajah yang gelisah "ngapain lo disini?" tanya Kris dengan tatapan yang tidak suka.

"bukan urusan lo" jawab Rendra melirik kecil ke arah Ara.

"jangan nambah beban pundak gue" Ara menyetak tas miliknya hingga genggaman Rendra pada bandul tas terlepas.

"a-anu itu a'ada yang mau gue omongin"

"ngomong di rumah" setelah mengucapkan itu, Ara pergi meninggalkan Rendra tanpa mau menatapnya.



_______

Vote dulu kawan.

Follow akun author ya..




Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang