19.Eagle 3.

34.5K 4.5K 455
                                    

Vote kawan!.
______________


Setelah menghabiskan waktu yang lama hanya untuk membersihkan sebuah ruangan mereka kini tengah duduk di depan TV untuk menyantap makanan yang telah diantar oleh kurir, ada yang duduk melingkari meja,ada yang duduk di sofa, ada juga yang tengah rebahan sambil memakan sepotong ayam.

Tak usah pedulikan mereka, kini kita fokus pada tokoh antagonis kita yang tengah menaiki tangga untuk mencapai sebuah tempat, kini ia sudah berhadapan dengan pintu kayu berwarna coklat yang berada di ujung tangga.

"seharusnya dia ada di sini"

Ara membuka pintu dengan perlahan supaya tidak menimbulkan suara begitu juga dengan langkahnya ia buat pelan supaya keberadaannya tidak diketahui.

Angin-angin nakal telah menerbangkan rambut hitam panjang milik Ara karena tempat ini beratapkan langit hingga sering sekali ada angin yang lewat.

Tempat ini sudah seperti tempat pribadi bagi dia karena dia menghabiskan banyak waktu untuk berada di sini.

Heran? Kenapa dia bisa betah berdiam diri di tempat yang beratapkan oleh langit yang sudah semestinya panas karena terpapar sinar matahari? Tentu saja karena dia memakai sebuah payung untuk menghalau sinar matahari.

Sebuah pohon anggur yang dia rambatkan di sisi kanan,kiri dan juga di atas, pohon itu memiliki ranting dan daun yang lebat hingga seperti sebuah atap buatan. Dia berteduh di bawahnya menggunakan meja pendek dan besar sebagai alasnya.

"dia ada di sini"

Pandangan Ara jatuh pada pria yang tengah berbaring di bawah pohon anggur yang terlihat begitu nyaman, tanpa ragu Ara menghampirinya dengan hati-hati supaya tidak membangunkan pria itu. Ara berdiri di sampingnya tanpa ada niat untuk membangunkan dia.

"siapa?"

Ara tertegun. Pria ini ternyata mengetahui keberadaannya dengan mata yang tertutup, bagaimana sekarang? Apa Ara kabur saja atau dia menjawab pertanyaan tadi?.

"eghem ini aku"

Mata yang terpejam itu seketika langsung terbuka saat mendengar ada suara perempuan karena tidak ada satupun perempuan yang tinggal di markasnya. Pria itu sudah berganti posisi menjadi duduk.

Ara menunduk memperhatikan tangan sebelah kiri pria itu "yang ngasih kamu gelang".

Pria itu mengikuti arah pandang Ara "Ara?".

Ara mengangguk kecil "boleh ikut duduk?".

Setelah mendapat jawaban dari dia, Ara duduk di samping pria itu dengan memberi jarak. Ara mendongak ke atas memperhatikan pohon anggur yang kini tengah berbunga.

"pohon lo bentar lagi berbuah"

Pria itu lagi-lagi mengikuti arah pandang gadis yang berada di sebelahnya. Angin yang berhembus pelan itu berhasil membuat kelopak bunga yang kecil itu berjatuhan.

"Gaga"

Ara menoleh ke samping memperhatikan pria itu "hem salam kenal".

Angin terus berhembus semakin lama semakin kencang hingga menerbangkan daun daun kering yang tergeletak di bawah, awan-awan juga sudah mulai merapat menjadi satu membuat warnanya menjadi abu-abu.

"bang Gaga, pernah denger nggak cerita soal bintang yang jatuh bisa mengabulkan sebuah permohonan?"

"itu cuma dongeng, mau sebanyak apa pun bintang yang jatuh tetep nggak ada satu pun harapan gue yang terwujud"

Itu memang benar, cerita klasik itu sudah ada dari jaman dahulu namun bukti akan kebenarannya tidak ada, cerita itu telah memakan begitu banyak korban seperti Gaga.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang