10

45.7K 6.4K 208
                                    

Tak..

"BANJIR WOI TOLONG BANJIR"

Brak..

"BUMI GONJANG GANJING BATU SEREMBAN MAIL TERBELAH." Ara bangun dari tidurnya dengan menggebrak meja yang ada di Gazebo, jangan lupakan sebelah tangan Ara yang terangkat ke atas.

Ara mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari bala bantuan namun ia tak mendapati satupun perahu atupun tim penyelamat. Ia malah melihat dua jamet tengah tertawa tanpa akhlak mengejek ke arahnya.

"ketawa lo ketawaaa" Ara kesal karena dikerjai oleh Aurel, apa lagi sekarang ia berada di tempat umum yang mungkin saja ada yang melihat tingkah bodohnya. Malu.

Satria menghentikan tawanya karena kasihan melihat wajah berantakan Ara. Mata merah dengan wajah bantalnya yang menahan kesal.

"ya elo tidur dari tadi nggak bangun-bangun, masih untung nggak kita tinggal" ucap Satria yang disetujui oleh Aurel.

"Zidan mana?"

Sontak Aurel menghentikan tawanya dan menatap Ara lekat "Zidan? Jangan-jangan lo ngimpiin si Zidan ya?" Aurel menggoda Ara dengan menoel-noel lengan Ara.

"ENGGAK! jelas-jelas tadi Zidan dateng ke sini! Tanya aja sama pacar lo sono!"

Satria kembali tertawa tak memperdulikan tatapan Ara yang meminta penjelasan.

"hahahaha udah gue nggak kuat ra udah" Aurel menyeka ujung matanya yang mengeluarkan air mata.

"kagak ada Zidan dari tadi ra, atau mau gue panggilin?" Satria mengotak-atik HPnya namun langsung direbut oleh Ara.

"NGGAK! nggak usah aneh-aneh lo!"

Sebenarnya tadi Aurel dan Satria ijin pergi untuk membeli jajan dan meninggalkan Ara sendiri di gazebo, saat mereka sudah kembali sambil membawa cemilan malah disuguhi pemandangan Ara yang tengah meletakkan kepalanya di meja, tertidur.

"btw lo ngimpi tentang apa ra?" Aurel bertanya sambil menyodorkan Thai tea pada Ara.

Ara mengambilnya dengan senang hati lalu meminumnya "gue ngimpi Zidan dikejar banci."

"wuiiih yang bener lo!" Aurel kembali tertawa sambil membayangkan raut wajah dingin itu ketakutan karena dikejar oleh banci.

"keluarga lo lagi susah apa sampe lo buka usaha jualan gelang gini?" Satria mengambil satu gelang yang tergeletak di meja, bentuk gelang itu sangat simpel namun masih kerenlah jika yang memakai gelang itu Satria.

"iya, lo beli dong satu. Itung-itung bantu temen"

"keluarga lo betulan bangkrut?" tanya Aurel nge-gas.

"ya enggaklah, itu gelang khusus buat para temen gue. Baekkan gue, nih punyalo warna ungu dan lo bang kalau mau lo pilih dah tu satu".

"gue ambil yang ini, eh gue sekalian ambil buat gue bagi-bagi'in ke yang lain boleh?"

"boleh, tapi tu orang harus ganteng no debat"

"temen gue pada jelek sumua lagi" Satria kembali meletakkan gelang yang tadinya ia ambil ke meja.

Ara kaget, batinnya terguncang. Sepertinya Satria terkena gangguan mental.

"emang ya cowok itu narsisnya sampe menembus bumi, nggak sekalian aja lo bilang kalau lo yang paling ganteng di antara temen lo!" Ara kini tau hal apa yang membuat Aurel bisa bersanding dengan Satria.

****

Ara memasuki rumah dengan mulut yang masih belum berhenti mengeluarkan makian pada dirinya sendiri. Ara sungguh sungguh malu karena kepergok telah mengimpikan Zidan, mau ditaruh dimana wajah Ara nanti.

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang