22.Negri dongeng 2.

22.6K 2.8K 61
                                    

SEBUAH LEGENDA
___________________________________



Benar. Dalam kesempatan kali ini Satria berperan sebagai Belle sedangkan tokoh pangeran yang terkutuk diperankan oleh Zidan. Dan tentunya meraka memerankan dua tokoh itu tidak dengan senang hati, sudah jelas sekali karena paksaan.

Gaun kuning bak putri kerajaan dengan mahkota kecil diatas kepala sang putri dan tentunya sepatu olahraga yang melakat erat di kaki Belle palsu yang tak mau digantikan oleh sepatu kaca.

Sang pangeran terkutuk itu mengenakan kemeja putih dan jas panjang bak sang pemain piano dengan tanduk yang bertengger diatas kepalanya, oh dan jangan lupakan gigi taring pangeran yang panjang.

Eits dalam sebuah kisah pasti ada tokoh pembantu dan ini dia.

Sang teko putih, diperankan oleh Aurel. Ia mengenakan dres putih dengan lengan berwarna ungu dan topi bulat dengan warna yang senada.

Sang lilin yang menerangi kegelapan diperankan oleh seorang yang paling tinggi diantara mereka, Kris. Ia mengenakan kemeja warna putih dengan rompi coklat dan celana aladin.

Jam. Diperankan oleh Ara. Alat yang mengerti akan sebuah waktu. Ara mengenakan kemeja putih dengan rompi coklat lalu dibalut dengan jas panjang berwarna merah dengan celana hitam panjang. Sebagai bumbu pemanis, Ara menggambar wajahnya layaknya sebuah jam. Angka-angka ditulis dengan cara melingkari wajahnya dan juga dengan sebuah jarum jam yang menjukkan pukul tiga.

"ayo kita bikin foto keluarga" Ara menggiring orang-orang ke titik kumpul pengambilan foto dengan bermodalkan kamera hasil dari membegal ayahnya Aurel.

Ara mengotak-atik kamera supaya sesuai dengan apa yang diinginkannya, sedangkan Kris dan Aurel sedang menata pasangan Beuty and the Beast biar tampak harmonis.

"lo berdua agak deketan" kata Kris sambil mendorong Zidan supaya lebih dekat dengan Satria.

"ayang pegangan tangan sama kak Zidan!"

"enggak lah yang, nanti dikira aku homo gimana?"

Aurel menyambar tangan Satria dan Zidan lalu dijadikannya satu "gak papa aku ikhlas"

"tuhkan tangan si Zidan kasar kaya kuli bangunan enakan juga pegang tangan kamu"

"gue juga berasa lagi megang krikil" kata Zidan, krikil adalah serpihan batu-batu yang ukurannya kecil.

Zidan menatap tajam ke arah Satria begitu pula sebaliknya, Ara yang melihat moment langka itu tak bisa menyiakannya begitu saja, ia langsung mengabadikannya dengan kamera.

Cekrik..

Cahaya dari kamera mampu membuat Ara menjadi pusat perhatian "yes dapet foto pasangan! Teko sama lilin ngepet buru ambil posisi"

"mulut lo mau gue timpuk?" selalu saja Kris yang kena.

Setelah mengatur tombol waktu, Ara segera berlari untuk mengambil posisinya hingga ia menabrak tubuh Zidan.

"maaf remnya blong" Ara segera memutar tubuhnya untuk menghadap ke kamera, berbeda dengan Zidan yang masih menundukkan kepala ke arah Ara.

Setelah sesi pemotretan selesai, mereka langsung berganti pakaian dan membersihkan make-up di wajah. Sebenarnya ada satu misteri yang belum terungkap hari ini, yaitu dari mana meraka mendapatkan kostum?.

_____

Matahari mulai mengeluarkan cahaya orange hingga mengenai dataran bumi, angin dingin mulai berhembus diantara sela-sela dedaunan. Daun yang kokoh akan tetap bertahan pada tangkainya, sedangkan yang rapuh akan rontok terbawa terbang oleh angin hingga nanti menyentuh bumi.

"baunya enak, jadi adem kan sanubari gue"

Sebelah tangan Ara terulur untuk menyapu angin-angin serta beberapa helai daun yang jatuh, ini adalah titik damai bagi Ara.

"lo suka sama wangi parfum gue?"

"oh iya bener juga lo zi, jadi yang gue cium dari tadi itu bau parfum lo ya, pantes!"

Zidan dan Ara sedang duduk di satu sepeda yang sama menuju toko serba ada. Zidan yang mengayuh sepeda putih itu sedangkan Ara duduk di belakangnya menikmati udara sore sebelum para makhluk berakar itu mengeluarkan karbon dioksida.

"nih lo cium ketek gue sepuasnya gratis"

"itu bukannya wangi malah bau sampah"

Zidan menolehkan kepalanya sedikit kebelakang "gue semprot parfumnya di ketek"

"kok lo taruh di ketek si zi, kasih parfum tu di leher apa di tangan gitu, masa lo nyuruh gue ngendus ngendus ketek lo, ya kali." Ara memukul punggung Zidan dengan pelan.

"alah bilang aja lo mau ngendus leher gue, nih endus ni leher gue"

Ara meletakkan mulutnya di leher Zidan, lebih tepatnya mengigit leher Zidan dengan 2 gigi taring kecilnya.

"aakhh"

Ara melepaskan gigitannya lalu memukul kepala Zidan dengan keras "Zidan goblok,ngapain suara lo kaya gitu ih jijik gue".

"mangkanya jangan mancing".

"gak gue pancing, langsung gue jaring hahhaa"

Jujur saja Zidan tidak tau dimana letak kelucuan dari ucapan Ara tadi, ia hanya ikut tertawa saat mendengar Ara tertawa.

___

Mereka berdua tengah duduk di depan toko sambil membersihkan noda di wajah Ara menggunakan kapas, mataharipun tersipu dengan dua ingsan yang berada di depannya hingga perlahan ia mulai bersembunyi di bawah bumi.

"bang Zidan" panggil Ara

Tangan Zidan yang tengah membersihkan wajah Ara pun terhenti, tidak biasanya Ara memanggil dengan embel-embel abang "hem".

"kenapa lo bisa suka sama Salsa?"

Zidan menurunkan tanganya sambil menatap mata Ara "kenapa tanya itu?".

"karena gue pengen tau apa sisi baik dari Salsa yang sampai bisa bikin lo jatuh hati"

Zidan terdiam, ia tengah berfikir, bukan berarti ia lupa tapi ia tengah menyusun kata. Zidan tidak ingin Ara sakit hati atau menjauh darinya, karena dia tau, perempuan mempunyai hati yang halus hingga mudah tergores. Kisah tentang wanita yang pernah singgah dihatinya pasti akan menyakiti wanitanya yang sekarang, Zidan tidak boleh menceritakan seberapa besarnya ia dulu mencintai masa lalunya, ia tidak boleh terlihat seperti orang yang sangat kehilangan, ia juga tidak boleh membanggakan wanita yang berada di masa lalunya. Jika sampai ia melakukan itu, Ara akan pergi. Tidak boleh, wanitanya yang ini tidak boleh pergi.

"karena dulu dia ada saat gue butuh seseorang"

"eemm gue ngerti sama apa yang lo rasain, lo pasti ngerasa kehilangan karena sosok itu udah berubah, nggak mudah buat ngelupain perasaan di masa lalu, semua itu pasti berbekas. Apa lagi Salsa ada di samping lo saat lo lagi putus asa, saat lo kehilangan lo juga butuh sandaran, itu wajar buat gue"

"tunggu, maksud lo apa?"

"bukan apa-apa, eh wajah gue udah bersih belum?"

"dikit lagi" Zidan kembali ke aktivitasnya membersihkan wajah Ara.

"Ra, gue gak pernah sekalipun punya niat buat jadiin lo pelarian, baru baru ini gue tau satu fakta penting buat gue sampe gue bisa berpaling dari Salsa. Lo nggak usah khawatir, gue nggak bakalan balikan sama dia, cerita gue yang dulu biar jadi masa lalu dan lo jadi masa depan gue."

"muka lo serius amat, gue cuma sekedar pengen tau aja, gue penasaran. Gak usah merembet kemana-mana, sok-sok an bahas masa depan, gue udah tau endingya kali"

"ending? Ending apa?"




----
Yeey.
Jangan lupa like,coment dan share kawanku biar aku rajin up.
Wkwkwk

See u

Transmigrasi Antagonis (Ara) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang