Թ ɾ օ Ӏ օ ց մ ҽ

744 134 337
                                    

Bayangan gelap mengintai,
tubuhku.
Memaksa takdir merantai,
jiwaku.

🍃

Aroma sedap malam tercium pekat diembus angin malam. Atap gubuk di seberang danau tampak bercahaya. Diterpa sinar rembulan penuh yang menggantung rendah di atasnya. Riak air danau berkilauan diterpa cahaya langit malam. Membuat pohon-pohon di sekitar danau seperti bayangan yang menyembunyikan monster menyeramkan.

Seakan waktu berhenti, aku dipaksa untuk melihat semua ini. Keabadian yang dipancarkan langit malam. Keabadian yang sunyi dan sepi. Menginginkan penonton untuk atraksi sihir mereka.

Kenapa aku di sini?

Arus adrenalin membuat tengkukku meremang.

Derap langkah kaki terdengar dari kejauhan. Aku menoleh dari balik bahu. Tidak ada siapapun di belakangku. Aku hanya melihat rumput ilalang setinggi satu meter bergoyang pelan.

Langkah itu berhenti.

Sepenuhnya membalikkan tubuh ke arah semak-semak, mataku terbuka lebar. Lebih baik aku menghadapi siapapun itu secara langsung, daripada makhluk itu mengagetkanku. Dan akan membunuhku dengan serangan jantung.

Menit berlalu.

Aku hanya menatap hampa semak-semak yang bergoyang pelan ditiup angin. Tidak ada siapapun di sini!

Kembali menoleh ke arah danau, aku melihat jembatan kecil. Tadi, aku tidak memperhatikan detail dari danau ini. Seumur hidup, aku pertama kali melihat bulan penuh yang cahayanya mampu membuatku terpesona.

Di tengah-tengah jembatan, berdiri bayangan yang berpendar. Mengerjapkan mata, aku melihat ada beberapa pendar di sana. Warnanya hijau, biru, jingga dan indigo.

Jantungku tiba-tiba berdetak dengan cepat.

Aku meluruskan pandanganku ke arah semak-semak. Hanya ada bayanganku di atas rumput. Namun cahaya rembulan dari belakang membuat bayanganku memanjang di atas rumput kering.

Tunggu! Bayangan itu bergerak!

Terus memanjang menutupi semak-semak sekitar sepuluh langkah dariku.

TIDAK!

Keringat dingin membasahi punggung. Aku tidak ingin di sini! Siapapun! Tolong aku! Kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku? Dan kenapa aku tidak bisa mengeluarkan suara!

OH! Air mata menggenang. Aku tidak ingin menangis!

Langkah kaki itu terdengar kembali! Kali ini langkah itu semakin terdengar nyaring.

Tidak! Jangan mendekat!

Siap untuk pertunjukan? Hitung... satu... dua...

Bayangan gelap muncul dari balik ilalang. Makhluk gelap itu berlari kencang, seolah memutuskan aku adalah mangsa buruannya.

Kepalaku berdengung. Dunia berputar menguras sisa adrenalin. Hawa dingin merambat dari ujung kaki, terus ke atas mengisi seluruh bagian tubuhku.

"Sienna!" bisikan dari suara feminin itu bergaung di kepalaku. Seolah suara itu berada di bawah alam sadarku.

Gelap.

"SIENNA!!!" Kali ini, teriakan yang memanggil namaku itu terdengar nyata.

Jantungku berhenti berdetak. Rasanya hampa.

Ruangan berkabut putih menggantikan kegelapan. Jiwaku terombang-ambing melayang di antara sulur asap tipis. Tercekat, menelan terbukti sulit ketika nafasku terasa menyangkut di tenggorokan.

Vertigo. Terasa seperti bangun dari mimpi.

Cahaya terang mulai menusuk retinaku. Mengerjapkan mata beberapa kali, napasku masih tersengal.

"Jadi dari tadi aku ngoceh sendiri?" ujar Claudia terdengar kesal.

Perlahan, aku mendengar percakapan riuh di sekitarku.

Menoleh ke samping kiri, mulutku terbuka. Namun otak ini tidak bisa merangkai kata-kata. "Aku..."

Claudia meletakkan tangannya di pundakku. "Arwah kamu udah ngumpul lagi?!" Sorot matanya khawatir, namun intonasinya terdengar ketus.

Menatap ke sekeliling, tidak ada hal aneh. Gerbang sekolah tampak ramai dipenuhi murid lainnya. Dunia berjalan normal tanpaku di dalamnya, membiarkanku mengambil jalan abnormal yang terombang-ambing dalam penglihatan supranatural.

Keningku berkerut.

Kenapa aku bisa mendapatkan vision?

Rembulan penuh masih menggantung di awan pikiranku. Danau itu ingin menunjukkan lebih banyak lagi hamparan skenario.

Meskipun bayangan hitam itu masih terngiang, membuatku merinding sekujur tubuh.

Tapi aku merasa heran, dengan jernihnya penglihatan barusan. Penglihatan yang hanya dimiliki oleh full magic.

Tingkat sihirku rendah. Candle magic. Sihir itu keluar hanya untuk mengejekku. Sekali-kali, aku bisa melihat gambaran masa depan. Setelahnya, aku lemas karena energi sihir yang aku keluarkan membuat tubuhku lelah.

Biasanya penglihatanku seperti mimpi, tubuhku tidak berwujud dan tidak menapak. Aku seperti hantu yang mengawang. Tadi, aku merasa seperti jiwaku terkunci di dimensi lain, memaksaku tinggal di sana.

Aku menatap Claudia, ekspresinya masih terlihat khawatir.

Aku menarik senyum kecil dari wajah yang terasa kaku. "Hmm, emang kamu ngomong apaan?"

Obrolan lain. Pergantian topik lebih baik. Membantuku mengalihkan pikiran. Aku tidak ingin membicarakan penglihatan barusan. Mungkin nanti ketika aku sudah paham kenapa bisa aku mendapatkan vision.

Senyuman centil terulas di wajah manis temanku. "Tadi ada cowok baru! Ganteng banget!!!" Bahunya turun, "tapi kamu mendapatkan 'penglihatan'. Akhirnya aku ngomong sendiri deh."

"Yah, aku sial dong!" dengusku kesal. Aku melewatkan cowok ganteng itu! Tapi mataku tetap saja melihat ke sekeliling. Manatau...

"Telat, dia udah ngilang!" Claudia menarik tanganku, "yuk masuk!"

Bel panjang berbunyi, menandakan masuk jam pelajaran pertama.

🍂

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽWhere stories live. Discover now