3̸1̸

133 37 8
                                    

🍃

Porphan... aku seperti pernah mendengar nama itu. Hm, dia menyebut perbatasan? Aku menoleh ke belakang, perisai itu tampak kokoh.

"Pergilah ke kaummu," ujarnya. Suara berat itu terdengar serak. Porphan melangkah pelan, membuatku reflek mundur ke belakang.

"Kenapa kau melepaskanku?" tanyaku hati-hati. Tawa rendahnya bergema, membuatku bergidik ngeri.

"Sienna!"

Aku terkejut mendengar panggilan itu. Sudah lama rasanya, aku tidak mendengar suara itu. Dengan cepat, aku berbalik. Sekitar lima meter dariku, Leo berdiri di samping pohon akasia. Tidak hanya Leo, Mr. Hercules juga ada di sana!

Aku mengucek mata dengan telunjuk, merasa tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini!

Kembali berpaling, aku melihat Porphan melangkah kembali ke hutan. Mataku semakin terbuka lebar saat melihat pepohonan di hutan bergerak, membentuk dinding tinggi yang kokoh.

Benturan energi membuat pendar perisai semakin berkilau.

Aku kembali berbalik. Mataku semakin melebar, melihat Regen juga ada di sini!

Ketiga pria itu sudah berdiri tak jauh dariku.

Perisai di hadapanku meluruh, membentuk kotak persegi panjang yang tidak lebih tinggi dariku. Aku melihat pendar indigo terentang di sekeliling kotak itu.

Aku melangkah cepat. Sulur indigo itu kembali tertarik pada Regen, saat aku sudah melintasi perisai.

"Kamu baik-baik saja?" pertanyaan itu terdengar tulus.

Aku menatap Leo dengan sorot bingung, "ya," ujarku pelan.

Aku melihat Mr. Hercules, sorot matanya juga tampak cemas. "Setidaknya sekarang, kami menemukanmu."

Apa maksud Mr. Hercules dengan menemukanku? Aku melihat bahunya naik turun. Sebentar, apa Mr. Hercules bernapas? Aku memperhatikan lebih seksama. "Kenapa bisa Mr. Hercules dan Leo di sini?"

Aku juga ingin tahu, apa yang terjadi di Sweven selama aku berada di Overflow!

Regen menggaruk kepalanya. Pendar energi indigo itu terlihat berbeda. Kilauan jingga di tepian aura itu membuatku menatap bingung.

Tidak mungkin dia...

"Pertama-tama, kita kembali dulu ke Bartholow," ujar Mr. Hercules memotong lamunanku. "Lalu, Sienna... kamu akan mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaanmu ketika kamu sudah bisa bernapas lagi." Mr. Hercules menarik senyum simpul. Sudah lama rasanya, aku tidak melihat guru narsisku ini.

Kembali bernapas? Terdengar bagus. "Bagaimana dengan Regen?" tanyaku. Aku melirik Regen dari sudut mata, "kenapa dia memiliki aura jingga?"

Regen menatapku tajam. Sedangkan Leo dan Mr. Hercules menatap Regen dengan sorot bingung.

"Jingga?" Mr. Hercules menaikkan sebelah alisnya. "Kita tidak tahu itu, tapi mungkin Regen punya cerita." Guru narsis itu kembali menatapku, "nenekmu sudah cemas. Ayo kita kembali."

🪐🪐

Kepalaku masih terasa berat ketika seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku. "Bangun..." bisiknya lembut di telingaku.

Suara itu terdengar familiar dan anehnya terdengar sangat nyata.

Lenganku digoyangkan kembali. "Bangun Sienna!" teriak Denzel.

Aku merasakan udara hangat dari panasnya matahari.

Membuka mata, plafon putih menjadi hal pertama yang aku lihat. Lalu mata abu-abu yang penasaran memblokir penglihatanku.

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang