214 116 335
                                    

🍃

Pendar sihir berwarna indigo membuat nyala api sedikit meredup. Pendar itu juga mengelilingi kayu bakar, membuat kayu itu bergerak menuju perapian.

Mengucek mata, aku ingin memastikan apa yang aku lihat ini benar adanya. Karena aku tidak pernah melihat pendar sihir sebersih ini!

Pendar itu meredup, tapi masih ada di perapian.

Menghempaskan diri ke sandaran sofa, aku menaikkan kaki, duduk bersila dengan tangan dilipat di atas dada.

Aku merasa kesal! Aku tidak memahami apa yang terjadi padaku! Mr. Hercules mengatakan bahwa dia akan meningkatkan tingkatan energi sihirku, lalu apakah sihirku meningkat hingga level half magic? Karena tidak ada yang bisa mencapai full magic, mereka mendapatkannya dari lahir.

Regen menoleh, keningnya langsung berkerut saat memperhatikan posisi dudukku.

Ekspresinya terlihat normal!

Dan itu menjengkelkan! Maksudku, tadi di sekolah, aku masih melihat senyum kecil penuh maksud licik tertarik di sudut bibirnya. Sekarang, dia menatapku seolah-olah dia tidak bersalah padaku!

Ingin aku berteriak padanya saat ini juga! Mengatakan betapa menyebalkannya dia dan Mr.Hercules!

Huh!

Menggertakkan gigi dari bibir yang terkatup rapat, aku mengalihkan wajahku dari pria menyebalkan ini. Jika aku terus-terusan melihat wajah Regen, aku hanya akan memaki-makinya dalam hati!

Aku tidak memiliki keberanian untuk mengutarakannya secara langsung. Regen membuatku takut. Aku tidak mau Regen melumpuhkan sarafku seperti tadi di sekolah.

"Maaf jika membuatmu tidak nyaman." Suara itu terdengar sopan.

Aku melihat Regen dari sudut mata.

Raut wajahnya terlihat bersungguh-sungguh dengan perkataan 'maaf' barusan.

Jika Regen masih berpura-pura menjadi pria baik hati, aku akui dia pintar memanipulasi.

Aku harus tetap waspada. Aku tidak akan melupakan mata hitam itu!

Mendengus, aku menatap matanya lekat-lekat. "Kenapa berpura-pura sopan segala?" Menyipitkan sebelah mata, aku mengalihkan wajahku, menatap Regen dengan curiga. "Apa rencana kalian selanjutnya?"

Regen memajukan posisi duduknya. Keningnya berkerut, mata itu menatapku tajam.

Jika mata itu berubah hitam, tamat sudah riwayatku!

Aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat! Tidak ada siapapun di sini, selain aku dan Regen. Jika aku berteriak, tidak akan ada yang akan datang untuk menolongku!

Tapi jika Regen ingin mengakhiri hidupku, kenapa ia repot-repot membawaku yang kedinginan di tengah hutan salju? Di sana, dia bisa membiarkanku mati membeku.

Regen bergeming. "Apa kita bertemu di sekolah?"

Pertanyaannya membuatku menurunkan bahu yang sempat tegang. Aku tidak menduga pertanyaannya barusan. "Tentu saja. Itu sebabnya kita berdua di sini."

Regen mengalihkan tatapannya dariku. Mengernyitkan kening, rahangnya menegang memikirkan sesuatu.

Seringaian mencemooh tertarik di bibirku. "Apa sekarang kamu berlagak hilang ingatan?" 

Regen menggeleng pelan. "Bukan seperti itu. Aku paham..."

Tertawa mencemooh, aku menurunkan sebelah kaki. "Apa kamu pikir, aku akan percaya dengan alasan apapun yang keluar dari mulutmu itu?" Aku memajukan tubuhku sedikit, memicingkan mata untuk memberikan efek tidak percaya. "Tadi jela-jelas kamu dan Mr. Hercules merencanakan untuk..."

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽWhere stories live. Discover now