1̸6̸

105 60 123
                                    

🍃

Menatap sekeliling, hijau pepohonan tampak rindang di bawah terik matahari sore. Semu kemerahan di ufuk barat membayangi rumah di depanku. Rumah itu tampak bercahaya dari belakang. Memberikan efek seperti rumah harapan.

Sejujurnya, rumah di depanku ini merupakan rumah yang paling besar dan terlihat semi modern. Seperti rumah country style di pedesaan Dominic.

"Kita tidak di rumah Miriam," ujarku sambil melangkah.

"Ini rumah Joel. Aku hanya mengikuti jalur energi teleportasinya saja." Jelas Denzel. Kerutan di keningnya bertambah dalam saat menoleh ke samping kanannya.

"Kamu kenapa Re?" tanya Denzel. 

Aku menjulurkan leher, melirik Regen yang berdiri di samping Denzel.

Energinya tampak berbayang. Pendar jingga di luar garis aura Regen malah terlihat terang.

Aneh, energi jingga bukan dari sihir psikis.

Denzel menoleh, menatapku khawatir. "Aku bawa Regen ke kabin dulu ya. Nanti aku balik lagi ke sini."

Aku mengangguk cepat, "ya."

Joel yang berdiri di undakan serambi hanya menatap dari sana. Ia menelengkan kepala, menunjuk ke arah rumah dengan dagunya. 

"Ada penjelasan untuk gayamu yang baru ini? Ke mana si nerd itu?" Joel tercekat mendengar pertanyaanku.

Ia terlihat rapi dan segar sekarang. Wajahnya di cukur bersih, dan rambutnya dipangkas stylish.

"Sekitar dua bulan aku di sini. Aku ingat, ada pekerjaan... khusus, aku tidak bisa menceritakan detailnya. Yang jelas, pekerjaan ini yang membuatku tidak bisa mengurus diriku. Apapun yang Of sialan itu lakukan dengan tubuhku," ia mengangkat kedua bahu, "sepertinya pekerjaanku telah selesai. Aku kembali ke kehidupan normal. Untuk itu, tampilan sehari-hariku kembali."

Aku akui, Joel mempresentasikan dirinya dengan sangat baik.

Oh! Hei!

Joel membuatku mengingat alasanku untuk marah-marah kepadanya.

"Ya!" Aku menunjuk Joel. "Kamu yang membuat Denzel juga ikut terseret dalam kekacauan ini!"

Joel mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sudut matanya berkedut, menandakan dia dalam masalah.

Ooops! Wrong topic!

"Sienna, aku tidak mengajak mereka. Mereka yang mau mengikutiku, aku sudah..."

"Oh! Joel yang terlalu mempercayai penjaga toko yang tidak terlalu dikenalnya. Berniat untuk menjual kotak hadiah dari pengirim misterius. Kemudian, pria separuh baya itu menyuruh kami melakukan ritual." Aku mengangkat tangan di udara, megayunkannya secara dramatis ke atas kepalaku. "Booom! Di sinilah kita semua!"

Joel bertepuk tangan. Senyumnya mengejekku. Tawa rendahnya bergema, membuatku bertambah kesal. "Kamu tahu ceritanya! Jadi jangan salahkan aku. Okey!" Senyum kecil genitnya kembali.

Hah!

Aku melongo, menatapnya tidak percaya. Joel yang narsistik! Tidak bisa disalahkan barang sedikit saja!

Dengan rasa tidak bersalah, Joel berlari kecil menuju pintu, lalu membukanya dengan pelan. Dari belakang, aku bisa mengatakan bahwa Joel mencoba mengintip dari balik pintu.

Si menjengkelkan ini, mengapa dia bertingkah seperti pencuri untuk masuk ke rumahnya sendiri?

"Kenapa seperti maling yang mengintip keadaan di dalam rumah?"

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang