130 87 175
                                    

🍃

Aku sungguh merasa tidak nyaman dengan tatapan Miriam. Mata gelapnya mengingatkanku pada mata Regen. Meskipun tidak seluruh pupilnya berubah gelap, tetap saja aura sihirnya terasa berbeda.

Kamu tidak sekuat itu, Sienna. Kamu bukan ayahmu.

Suara mental itu terdengar nyaring di pikiranku.

Menggertakkan gigi dari balik bibir yang terkatup rapat, aku menyipitkan sebelah mata, mencoba fokus melihat aura tubuh Miriam.

Tawa kecil terdengar di saat aku melihat tarikan di sudut bibirnya.

Bagiku, senyum itu terlihat jahat.

"Aku bukan wanita jahat. Kita sama-sama korban Of di sini," ujar Miriam tenang. Dengan terus menyanggah isi pikiranku, Miriam bahkan tidak segan untuk menunjukkan bahwa ia telah membaca apa yang terlintas di otakku.  

Denzel menoleh, menatapku dari balik bulu mata lentiknya. Dia terlihat seperti remaja tampan yang suka tebar pesona. Jika Denzel benar-benar adikku, bagaimana bisa Nenek tidak mengatakan apapun mengenai dirinya?

Memikirkan kenyataan baru dalam hidupku ini membuatku kesal. Karena aku seperti orang tolol yang tidak tahu apa-apa!

"Bagaimana bisa kamu mengenal keluargaku?" Aku melihat Miriam dengan sorot curiga.

"Aku mengenal ayahmu," jawabnya lugas.

Ya, tadi Miriam secara jelas mengatakan bahwa kekuatanku tidak seperti ayahku. Mendengus kecil, aku menyandarkan punggung ke belakang. Bahkan aku saja tidak kenal dengan ayahku!

"Bagaimana bisa?" tanya Denzel. Dia sedikit memajukan tubuhnya.

Miriam bergeming. "Dia pernah bekerja di TubeCorp. Aku mengenalnya ketika aku masih magang di bawah divisi kerjanya," jawab Miriam. Gadis telepath itu menambah potongan kayu bakar, lalu ia mengais sisa-sisa pembakaran dengan tongkat kecil.

Aku kembali menatap Denzel lekat-lekat. "Bagaimana kamu tahu aku kakakmu?"

Denzel menoleh, ia menatapku nyalang. "Mama sering menyebut namamu. Dia sangat bahagia ketika menceritakan dirimu waktu kecil." Jawabannya terdengar polos.

Mendengar perkataan Denzel membuat keningku berkerut. Bagiku, orang tua adalah sosok mitos. Karena aku pikir, aku tidak akan pernah memiliki mereka dalam hidupku.

Sekarang, kenyataan membuka kisah hidupku. Aku memiliki seorang adik, sekaligus orang tua. Aku memiliki keluarga yang sempurna.

Kenyataan ini seharusnya membuatku senang. Tapi saat ini aku merasa hampa.

Denzel kembali memalingkan tubuhnya. Aku tidak bisa melihat ekspresi dari wajah oval itu karena dia membelakangiku.

"Siapa Basilius?" tanya Denzel.

Miriam mengangguk kecil. "Olaf Basilius adalah CEO Tube Corp.  Dia yang membuka uji coba makhluk sihir dari Overflow yang diberi nama Clandestine." Miriam berhenti sebentar. Jika dia bernapas, aku tahu dia akan mengambil napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Disebut Clandestine karena tidak ada yang menyangka bahwa makhluk hitam itu mengambil tubuh seseorang untuk dijadikan induknya. Mereka menghubungkan Sweven sebagai dimensi yang akan menampung jiwa kita. Karena jika kita mati, tubuh kita juga akan ikut mati." Miriam mengalihkan wajahnya ke samping kanan, melihat ke arah perapian.

Teori dari sihir Clandestine sebenarnya terdengar menarik. Hanya saja, pengaplikasiannya terkesan kejam. Memang Basilius tidak membunuh, tapi ini sama saja dengan membunuh secara perlahan!

"Tapi kenapa aku bisa melihat pendar hitam dari energi Regen saat di Bartholow? Tadi kamu bilang, tidak ada yang dapat melihat sihir itu." Aku mengangkat sebelah bahu. "Kenapa aku bis..."

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽWhere stories live. Discover now