2̸8̸

134 50 92
                                    

🍃

Air menetes ke dalam cekungan jalanan tanah yang tidak rata. Kabut tipis mulai membatasi jarak pandang. Percakapan sayup dari bahasa yang tidak kumengerti, menambah suasana asing di sekeliling. Mencuri pandang ke sebelah kananku, pria elf menatap setiap sudut gelap banguan kota.

Sekitar lima puluh meter dari menara, kastil bergaya abad pertengahan menjadi tujuan utama. Delton bergumam rendah. Suaranya sedikit parau. Ia mengayunkan dagunya, menunjuk arah bangunan di hadapan kami. "Ada apa di sana?" tanya Delton.

Aku mengedipkan mata beberapa kali. Sulur silver terentang tipis di udara. Membiarkan penglihatan batinku mengikuti sulur itu, aku sudah sampai di depan pintu kastil.

Ruangan di dalam kastil dipenuhi oleh orang-orang mabuk dan penjudi. Wanita penghibur menggelayut manja, di samping pria-pria yang mengangkat kartu ke wajah mereka.

"Jika kau mau menghabiskan uangmu di atas meja judi dan wanita penghibur, masuk saja ke sana." Aku mendengar tawa rendah Delton. 

"Aku pikir, tempat ini seperti kubangan gelap tak berpenghuni."

Delton benar. Aku juga berpikir Overflow tempat terbengkalai. Karena Nenek yang mengatakannya padaku.

Mereka dari tempat yang terbengkalai, tanpa cahaya. Hanya asap putih tipis yang menjadi penerang dimensi gelap mereka.

Untuk pertama kalinya, Nenek salah. Tempat ini lebih seperti surga para hedonis tamak. Tempat berkumpulnya penjahat kelas kakap. Entah bisnis kotor apa yang mereka lakukan di sini. Pasti ada kaitannya dengan Of.

Dan sekarang, ada empat orang melangkah ke arahku. Mungkin salah satu geng penjahat. Tidak jelas bagiku, apakah mereka pria atau wanita. Namun pendar sihir mereka tidak terlalu terang. Dua berwarna indigo, satu biru dan ungu.

Sihir apa yang memiliki pendar ungu?

Ah...

Aku mengingat gadis spirit di sumur tua Claudia. Dia juga memiliki pendar ungu. Tiga orang itu jelas dari Dominic. Mungkin si ungu berasal dari dimensi yang berbeda.

Saat mereka berjarak empat meter dariku, aku bisa memperhatikan wajah kumuh mereka. Keempatnya terlihat masih muda. Mungkin di awal dua puluhan. Si ungu ternyata seorang wanita berambut cepak. Ia menggunakan jubah pendek. Sedangkan tiga lainnya, pria yang berpakaian kasual. Celana jeans dan t-shirt.

"Clair dan siapa ini?" tanya salah satu pria yang memiliki pendar telekinesis. Seringan di wajah kumuhnya, bagiku, terlihat menyedihkan. "Apa kalian butuh pemandu? Bayar dengan setabung energimu saja."

Tawa rendah Delton membuatku bergidik ngeri. Untung saja aku temannya. Jika aku lawannya, aku pastikan ekspresiku akan sama dengan gadis ungu di depanku. Matanya berkilat, bibirnya bergetar, lalu terbuka menampakkan taring kecil. Ia cepat-cepat memegang tangan pria teleport. Mereka siap kabur dari arena pertempuran, jika Delton memutuskan untuk mengangkat pedang dan mengayunkannya pada mereka.

"Bagaimanapun, kalian butuh bantuan kami," ujar pria telekinesis lainnya.

"Kalian yang butuh!" ucapku tegas. "Kami tidak."

Rahangnya mengencang, menatapku dengan sorot tajam. Sulur tipis terentang di udara. Aku melangkah ke samping, menghindari serangan dari pria itu. Jika dia full magic, aku pastikan tubuhku sudah terkena serangannya. Kilatannya akan cepat, tidak ada waktu bagiku untuk menghindar.

"Pergilah dari sini! Sebelum aku hilang kesabaran." Delton menatap keempatnya. Kilatan putih di matanya hanya sekejap. Menandakan dia juga memiliki sihir yang mematikan.

ϲ Ӏ ɑ ղ ժ ҽ Տ Ե í ղ ҽTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang