Chapter 11 || In Paris

2.6K 185 6
                                    

Bordeaux, Perancis | At 21.30 pm

Gemerlap lampu jalanan di sebuah pusat kota memang sangat menarik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gemerlap lampu jalanan di sebuah pusat kota memang sangat menarik. Namun, siapa sangka dibalik gemerlap dan hiruk-pikuk dunia luar, ada sebuah dunia gelap yang tak bisa dijamah oleh sembarang orang.

Dunia yang hanya bisa dinikmati para penguasa. Dunia yang membuat orang-orang yang hidup di dalamnya harus bersaing demi memperebutkan sebuah tahta dan kekuasaan. Kedudukan yang tinggi akan memperlihatkan seberapa berpengaruhnya dirimu.

Proses dalam mencapai tujuan adalah hal yang dilupakan semua orang. Pembuktian yang sebenarnya bukan dari sebuah proses tapi dengan sebuah hasil. Bagaimanapun caranya didapatkan orang-orang pasti akan tercengang tanpa memikirkan hal apa yang terjadi dalam proses tersebut.

"Menggunakan kekuasaan untuk meruntuhkan," kekeh seorang pria yang duduk di sebuah kursi kebesarannya sembari menatap sang lawan bicara yang sedang berlutut di depannya.

"Assez bien," lanjutnya lagi.
(Cukup baik)

"Pourquoi ne veux-tu pas parler?"  ucap pria satunya lagi yang sedang berdiri dengan angkuhnya disudut ruangan.
(Kenapa kau tak mau bicara?)

"Hh ... Kau yang bertanggung jawab atas dia." ucap sang pria yang sedang duduk tersebut.

"Maaf, Tuan Adzriel," ucapnya seraya merunduk menyadari kesalahannya. Ia adalah seorang pria yang datang ke bar di Chicago waktu itu, untuk menemui Adzriel. Mark Fernando, adalah seorang pengurus klan mafia di Perancis. Ia dipercaya Adzriel untuk tugas tersebut.

"Seharusnya kau lah yang membawanya untukku, bukan aku yang membawanya untukmu," ucap Adzriel yang membuat Mark semakin kalah telak. Ya, seharusnya dirinya lah yang lebih mengetahui masalah ini, namun sangat tidak dapat dipercaya ia tidak bisa memecahkan masalahnya.

"Pecundang," sahut Rendy seraya berdecih. Ia sengaja menatap keluar jendela yang ada di ruangan tersebut, bermaksud untuk tidak ikut campur masalah ini. Tapi, tetap saja ia harus selalu ikut campur karena hal tersebut juga salah satu tanggung jawabnya.

"Hei, jangan meledekku pak tua," ucap Mark pada Rendy.

"Jangan mendebatnya." Mendengar suara bariton yang terdengar cukup dingin namun tegas membuat Mark segera menghentikan ucapannya.

"Yang ku tahu, kau lebih tua daripada dia," ucap Adzriel pada Mark, hingga membuat pria itu nyengir kuda.

"Ck, lupakan," ucap Adzriel. "Menurutmu ini adalah sebuah kesalahan besar atau kecil?" tanya Adzriel pada sang pria yang berlutut di depannya.

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now