Chapter 16 || The highest throne?

2K 132 10
                                    

Allo!

How are you today?

Answer the question!

1. Apa makanan favorit kalian?

2. Aktor favorit?

3. Siapa yang kalian harapkan untuk hadir kembali?

=========HAPPY READING====

Rodriguez mansion's

Sudah sore hari, Vallen sedang berada di mansion bersama keluarganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sudah sore hari, Vallen sedang berada di mansion bersama keluarganya. Ia memang saat ini tidak ada job kerja.

Sebenarnya ia sedang merayakan kepulangan Ayahnya dari Perancis. Ia bahkan mengadakan pesta kecil-kecilan.

"Ayah, kenapa makin kurus sih?" tanya Vallen karena melihat wajah ayahnya yang sedikit tirus.

Velix hanya tertawa kecil melihat ekspresi yang ditampilkan oleh putri semata wayangnya. "Ayah sering olahraga."

Vallen memicingkan matanya, menatap sang ayah curiga. "Yang bener? Tapi, perasaan gak ada otot yang ke bentuk," ejek Vallen.

"Hei! Kamu meremehkan ayah? Dasar anak ini," ucap Velix sembari berdecak beberapa kali. Padahal jika dilihat tubuh sang ayah sudah sangat bagus. Otot perut yang terbentuk sempurna, otot lengan yang menonjol, dan tinggi badannya juga sangat bagus. Jangan lupakan wajah ayahnya yang memang sangat asli orang Eropa.

"Ayah tidak akan kembali ke Paris kan?" tanya Vallen.

"Tuan Velix yang terhormat izinkan saya untuk mengantar anda pulang ke Paris," ucap Raymond yang berhasil menadapat tepukan pedas di punggungnya.

"Hei! Kau sangat menjengkelkan!" kesal Vallen.

"Vallen, kau jangan begitu. Lagipula dia pamanmu," tegur Velix sedangkan Raymond malah menjulurkan lidahnya ke arah Vallen pertanda mengejek. "Kau juga, Ray. Ingin sekali mengusirku," lanjut Velix.

Raymond nyengir kecil, "Hanya bercanda, Kak," ucap Raymond.

"Dih, jangan anggap dia adik, Yah. Dia anak pungut," seru Vallen.

"Astaga, lidahmu tajam juga, Val," ucap Raymond sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Vallen," tegur Velix.

"Mampus!" ucap Raymond pada Vallen. "Tapi, ucapan Vallen sudah biasa. Jadi aku sudah kebal mendengarnya."

"Ada-ada saja kalian ini," ucap Velix.

Tak lama setelah itu sebuah deringan telepon menghentikan percakapan mereka. Raymond yang merasa suara deringan tersebut berasal dari saku celananya segera pergi menjauh dan mengangkat telepon tersebut.

Beberapa saat kemudian setelah mengangkat telepon, Raymond pun menghampiri Vallen dan membisikkan sesuatu.

Vallen nampak mengerutkan alisnya bingung mendengar ucapan Raymond.

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now