Chapter 17 || The Secret

1.8K 128 3
                                    

Chicago || At 20.22 PM

Vallen barusaja kembali dari luar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Vallen barusaja kembali dari luar. Ia tiba di mansion bersama Raymond pada saat Velix barusaja hendak meneleponnya.

Dengan cengiran khasnya Vallen pun berlari kecil mendekati Velix. Velix menghela nafas pendek kemudian mengusap rambut panjang putrinya itu. "Baru aja Ayah mau telpon kamu," ucap Velix pada Vallen.

"Tidak perlu, Kak. Anak ini tidak akan hilang apalagi di culik. Merugikan aja," ejek Raymond sembari menatap kearah Vallen.

"Apaan sih, Ray!" kesal Vallen. "Seperti ini juga aku masih berharga wleee ...."

"Sudah-sudah kalian ini kerjaannya bertengkar terus," tegur Velix. "Kalian berdua dari mana aja? Kenapa baru pulang sekarang?"

"Biasa, Yah lagi ngawasin anak buah," ucap Vallen dengan bangganya.

"Jangan terlalu percaya diri. Kau masih kecil, belum mampu jadi Bos," ejek Raymond.

Velix tertawa kecil mendengarnya kemudian ia kembali menatap putri semata wayangnya itu. "Kamu tadi ke kantor?"

Vallen menatap Raymond sejenak, kemudian ia mengangguk kecil. "Kenapa tidak bilang dulu ke Ayah? Bisa barengan tadi."

"Ada urusan sedikit, Yah. Ini rahasia, Ayah tidak boleh tahu," kekeh Vallen.

"Lagi memprovokasi karyawan kantor tuh si Vallen," sahut Raymond kemudian ia langsung saja pergi menaiki tangga menuju lantai dua.

"Hei! Dasar kau sangat menyebalkan, Ray!" teriak Vallen kemudian ia segera berlari mengejar Raymond yang sudah berada jauh di depannya.

"Vallen, Raymond ke ruangan Kakek, cepat!" teriak Johan dari pintu ruang kerjanya.

Seketika Vallen dan Raymond yang sedang asyik kejar-kejaran pun kini langsung saja menuju tempat dimana Kakeknya berada.

"Ada apa, Kek?" tanya Vallen saat sudah sampai di ruang kerja Kakeknya.

"Ada yang ingin Kakek bahas," ucap Johan.

"Masalah itu?" tanya Raymond yang diangguki sekilas oleh Johan.

Raymond pun langsung saja menutup pintu ruangan tadi dengan rapat agar tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka. Bisa saja hal ini menjadi sangat serius jika orang lain sampai tahu.

*******

Seorang pria bersetelan rapi kini tengah menyusuri lorong yang gelap dan sepi. Perlahan cahaya mulai terlihat di sekitar ujung lorong yang cukup jauh.

Hentakan sepatu yang bergesekan dengan lantai terdengar berirama. Tidak ada suara lain selain itu. Dengan langkah tegapnya ia berjalan dengan angkuh menuju ujung lorong.

Tak butuh waktu lama akhirnya ia pun sampai ke ujung lorong.

"Shitt!"

Terdengar suara umpatan kecil dari mulut sang pria tersebut. Bukan tanpa sebab ia bersuara. Melainkan setelah melihat salah satu brankasnya sedikit terbuka.

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now