Chapter 21 || Choose or be chosen

849 42 0
                                    

Hallo, I'm back again...

Sudah melupakan cerita ini? I'm so sorry for all<3

Ⓢ︎Ⓔ︎Ⓒ︎Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓣ︎ Ⓜ︎Ⓤ︎Ⓡ︎Ⓓ︎Ⓔ︎Ⓡ︎Ⓔ︎Ⓡ︎

Vallen berlari dengan tergesa menuruni tangga untuk menemui sang kakek. Saat sampai di lantai 1, ia langsung saja pergi mencari kakeknya. Dengan rambut yang masih terurai dan wajah khas bangun tidurnya ia berlari kesana-kemari seperti orang gangguan jiwa.

"Astaga! Dimana sih?!" gerutu Vallen saat ia sudah mulai lelah mencari kakeknya.

"RAY!!!" teriak Vallen dengan kesal.

Raymond yang baru saja berjalan menuruni tangga pun cukup kaget mendengar teriakan tersebut. Ia kemudian menghela nafas berat dan menaikkan sebelah alisnya menatap Vallen yang sudah bersedekap dada sambil menatapnya nyalang.

"Dimana?" tanya Vallen dengan nada rendah.

"Taman belakang." Raymond menjawab Vallen dengan dingin dan datar. Seakan ada perang yang akan terjadi nantinya diantara mereka berdua.

Vallen memicingkan sedikit matanya sambil terus menatap Raymond. Raymond yang ditatap hanya dapat berdecak kesal. "Di rumah kaca, orang gila!" kesal Raymond.

"Bilang daritadi! Dan hey! Kau memanggilku orang gila?!"

"Terserah."

"Awas kau nanti!" Vallen segera bergegas menuju taman belakang tempat rumah kaca dibangun.

Saat Vallen telah sampai ia bergegas membuka pintu rumah kaca tersebut. Dan betapa kagetnya saat ia melihat disana tidak hanya ada kakeknya saja, melainkan ada teman ayahnya juga.

Ya, Vallen cukup kenal beberapa teman dekat ayahnya yang juga akrab dengan kakeknya. Dan sekarang ia bertanya-tanya, sedang apa orang itu disini pada pagi hari?

"Kakek memanggilku?" tanya Vallen sambil berjalan mendekati kakeknya.

"Anda siapa? Saya tidak punya cucu yang seperti orang gila," ucap Johan sambil meminum kembali kopi paginya, ia sama sekali tidak mempedulikan Vallen.

Teman ayahnya Vallen yang bernama Alex Weasley pun tertawa melihat Vallen. "Kau sudah dewasa ternyata, Val," ucapnya.

"Paman Alex? Woahh... Aku hampir tidak mengenalimu karena kau semakin gagah dan tampan," goda Vallen.

"Lebih baik kamu cari pacar, daripada menggoda seseorang yang sudah beristri dan tua," sahut Johan pada Vallen.

"Aku tidak terlalu tua," ucap Alex dengan nada sedikit tidak suka.

"Kalau kau tidak terlalu tua, apa kau punya niatan menjadikan cucuku istri keduamu? Hah?" ucap Johan.

"Yah... Kalau dianya mau."

Johan menggebrak meja tidak terlalu keras dan menatap remeh Alex sembari berucap, "Cucuku masih sangat cantik dia bisa mendapatkan lelaki muda di luaran sana, daripada bersanding dengan pria tua sepertimu."

Vallen tertawa melihat tingkah kakeknya. "Aku tidak apa-apa kalau harus jadi istri kedua," canda Vallen.

"Tidak, kau tidak boleh jadi istri kedua!" sahut Velix, ayah Vallen dari kejauhan.

SECRET MURDERER Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα