M.A.M 1/2: Introducing The New Brand.

24.7K 1.7K 23
                                    

Ignatius POV

"Kau benar-benar datang? Kukira kau akan menghiraukan ucapanku."

Aku mengambil duduk di kursi, tepat didepan Kanagi Eris. Teman lamaku yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit besar Kota Utara. Aku mengenal Kanagi sejak sekolah menengah pertama. Tidak ada yang berubah darinya, sama sekali.

Dia tetap berisik, bodoh, dan keras kepala.

"Jangan menatapku seperti itu, Aige."

"Aku jarang menuruti perkataan orang. Aku kesini karna memang aku membutuhkannya" ucapku.

Kanagi tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya, "Baiklah. Tentang obatmu... kau harus berhenti meminumnya."

Aku mendobrak meja kerjanya dengan keras sampai Kanagi terkejut, "Kau menyuruhku untuk datang dan ini yang aku dapat?"

"Hei... kau bisa merusak properti milik rumah sakit."

"Kau tidak tau, bagaimana aku sangat membutuhkan waktu tidur walau hanya empat jam saja" kucoba untuk tidak emosional.

"Kau sudah menjalankan pengobatan ini selama dua minggu. Obat yang kuberikan hanya boleh dalam jangka pendek sekitar satu sampai dua minggu saja. Dan lima hari terakhir kau mengkonsumsinya, aku sudah menurunkan dosisnya tiap kuberikan. Seharusnya kau sudah tidak insomnia lagi" jelasnya begitu.

"Seharusnya, tapi dimalam aku tidak menggunakan obat itu, aku terjaga sampai detik ini juga. Kau tidak bisa lihat, mata lelahku?" Aku memperlihatkan mataku yang benar-benar lelah.

"Kau tidak minum-minum 'kan selama pengobatan?" Curiga Kanada.

"Tidak. Kau yang bilang kalau itu tidak akan membuat obatnya bekerja."

Kanagi merilekskan dirinya pada sandaran kursi, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu dia bersuara, "Apa yang membuatmu tiba-tiba terkena insomnia mendadak?"

Aku menghembuskan nafas panjang, "Sudah dua bulan berlalu dan kau menanyakannya sekarang?"

Kanagi kembali bersemangat, "Tidak. Aku serius. Katakanlah, apa yang terjadi padamu?"

Sebenarnya, aku tidak tau jawaban yang jelasnya juga. Malam itu adalah hari yang menyenangkan, sekaligus hari yang membuatku tersiksa secara bersamaan.

"Dua bulan lalu, dimalam aku membunuh orang yang menghilangkan nyawa ibuku. Akhirnya aku menemukannya sejak lima belas tahun. Itu waktu yang lama, Kanagi. Aku menantikan malam pembunuhan itu setiap saat, tapi ada ketidakpastian yang membuatku ragu. Akankah aku merasa baik kembali, atau tidak sama sekali?" Ucapku tanpa kedip.

"Dia jatuh dibawah ku. Aku yang membuat kakinya menghilang karna dia ingin melarikan diri. Dia sangat sekarat karna kehilangan banyak darah. Tapi aku tidak akan membiarkannya mati begitu saja. Aku menceritakan kisah kecilku yang sunyi setelah dia menghabisi ibuku. Dia tidak menangis karna menyesali perbuatannya, dia menangis karna rasa sakit yang dirasakannya. Sekali dia berkata, 'Sakit'. Sekali aku menembakinya" masih tanpa mengedipkan mata, melihat dengan tatapan kosong pada manik mata Kanagi yang bergetar, aku memperagakan bagaimana aku menembaki pria itu pada keningnya.

"Setelahnya, hujan turun, dan aku menyadari satu hal. Membunuh pria itu tidak membuat kesunyian di pikiranku menghilang. Aku tidak merasakan apa-apa yang spesial. Aku hanya merasa senang bisa membunuhnya, namun tidak sesepuas yang sudah kuperkirakan jauh-jauh hari. Aku berkata, 'Ternyata hanya seperti ini?' pada diriku sendiri. Aku tidak menangis meski bayangan ibuku muncul disela-sela hening malam itu, namun aku sadar, aku masih pria yang sama dengan laki-laki umur tiga belas tahun yang mengejar sesuatu tanpa kepastian jelas."

Mine Are Mine (BXB)Where stories live. Discover now